Testimoni Kewalian Gus Dur

Gus Dur WaliResensi buku :
Judul  : Bukti-bukti Gus Dur itu Wali
Penulis  : Achmad Mukafi Niam dan Syaifullah Amin
Penerbit  : Renebook, Jakarta.
Terbitan  : Pertama, Januari 2014
Tebal  : 235 halaman
ISBN  : 978-602-1201-03-9  
Peresensi  : M Kamil Akhyari*)
Guru SMPI Nurul Ishlah dan SMK Nurul Huda, Kec. Bluto, Sumenep.

Semasa masih hidup, KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal sebagai kiai, penulis, humoris, pemimpin, pembela hak asasi manusia, demokrasi, dan lain sebagainya. Puncaknya, Gus Dur ditasbihkan sebagai guru bangsa. Dan tulisan-tulisan yang mengupas tentang itu semua telah bertebaran.
Belakangan, setelah wafat, Gus Dur dikabarkan bagian dari komunitas wali Allah. Meski mantan Ketum PBNU 1984-2000 tersebut dikenal sebagai kiai, namun tulisan yang secara khusus menjelaskan sisi spritualitasnya masih lengkap. Di antara buku yang tidak banyak itu adalah Bukti-Bukti Gus Dur itu Wali.
Tanda Wali
Berbicara kewalian seseorang, karena memang tidak ada penganugerahan secara khusus, tak ada yang tahu secara pasti kecuali orang yang memiliki frekuensi yang sama. Namun, bukan lantas tidak bisa dikenali sama sekali. Allah meletakkan tanda-tanda, salah satunya berupa karamah. Kolega dan sahabat-sahabatnya meyakini Gus Dur memiliki karamah. Dan Gus Dur bisa membedakan orang wali dan yang tidak.
Karamah semacam mukjizat. Hanya saja, mukjizat tertentu kepada para rasul Allah, sementara karamah merupakan keistimewaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh dan taat. Masyarakat muslim Nusantara mengenal perkara luar biasa yang tidak dimiliki orang pada umumnya dengan kekeramatan. Keramat hanya dimiliki wali Allah.
Secara umum jenis karamah wali Allah ada dua; pertama, pengetahuan berupa ilmu yang datang langsung dari Allah tanpa harus susah-susah belajar (ladunni) dan atau berupa pengetahuan akan peristiwa yang bakal terjadi. Kedua, perbuatan. Gus Dur diyakini memiliki kedua-duanya.
Mantan Ketua PBNU H. Mustofa Zuhad Mughni meyakini Gus Dur memiliki ilmu ladunni. Terhadap buku-buku yang belum pernah dibaca, cukup melihat daftar isi, referensi, dan kesimpulan buku, Gus Dur sudah menguasai seluruh isinya. Bahkan, tak jarang mengajak mendiskusikan tentang isi buku tersebut (hlm. 47).
Gus Dur juga dikenal bisa mengikuti jalannya diskusi meski tertidur. Andi D. Noya pernah mengonfirmasi langsung kepada Gus Dur tentang hal ini, Gus Dur hanya menjawab: menebak kata-kata terakhir pembicara paling akhir karena jalannya diskusi pasti tidak simpang dari perkataan itu.
Hal ini juga bisa dibuktikan secara ilmiah. Sebuah penelitian dari Universitas Florida menemukan bahwa bayi mampu belajar dan berpikir dalan kondisi tidur (hlm. 104). Namun hingga saat ini, belum ada orang yang berani mencoba atau menirunya.
Dan jika ditelisik dari pendekatan spritual, ada wali yang memiliki kebiasaan aneh berupa suka tidur. Wali Allah yang sangat terkenal memiliki kebiasaan ini Tengku Ibrahim Wolya dari Aceh (hlm. 105). Gus Dur juga pernah hanya tidur saat menemui tamu.
Pengetahuan lain yang Allah berikan kepada kekasinya berupa pengetahuan tentang hal-hal yang belum terjadi. Gus Dur diyakini wali salah satunya karena mengetahui peristiwa yang akan terjadi. Saksi mata akan kebenaran ramalan Gus Dur tak hanya segelintir orang. Salah satu saksinya Kapolri Sutarman dan Ketum PBNU KH. Said Aqil Siradj (hlm. 79-95).
Dalam perbuatan, peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi di antaranya jarak tempuh yang mestinya dijalani selama 3-4 jam, Gus Dur hanya tempuh 1 jam (42-46), awan tersibak memberi jalan pesawat kepresidenan yang ditumpangi Gus Dur (hlm. 57), dan hujan reda sekaligus saat Gus Dur datang (hlm. 58).
Karamah-karamah Gus Dur terungkap dalam buku setebal 235 halaman melalui kesaksian 99 orang-orang terdekatnya. Meski hanya berupa cerita, namun secara jurnalistik validitasnya tak perlu disangsikan lagi. Achmad Mukafi Niam dan Syaifullah Amin melacak langsung dari saksi mata.
Namun, angka 99 terkesan dipaksakan. Ada beberpa kesaksian sama yang diceritakan orang berbeda yang ditulis terpisah padahal bisa disatukan, seperti tentang salam tempel yang disedekahkan semua (hlm. 27) dengan cerita bantuan Rp 75 juta yang juga serupa (hlm. 163).

—————- *** —————-

Rate this article!
Tags: