Tetap Produktif di Masa Pandemi

Judul buku : Kisah-Kisah Kecil & Ganjil Malam 1001 Pandemi
Penulis : Agus Noor
Penerbit : Diva Press, Jogjakarta
Cetakan : Juli, 2020
Tebal : 272 halaman
ISBN : 978-602-391-993-2
Peresensi : Ahmad Farisi
Pegiat literasi di Garawiksa Institute Jogjakarta
Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung di seluruh penjuru dunia, dan tak terlebih di Indonesia telah menciptakan kelesuan di berbagai bidang. Aktivitas dan kerja-kerja intelektual terhambat dengan begitu dahsyatnya.

Karena itu, hadirnya buku Kisah-Kisah Kecil & Ganjil Malam 1001 Pandemi, yang ditulis oleh Agus Noor semasa pandemi Covid-19 berlangsung, di satu sisi, bagi saya sebenarnya memberi makna berharga pada kita, bahwa seyogianya, di masa pandemi Covid-19 yang tak tentu kapan akhirnya ini kita harus tetap produktif menjalankan aktivitas kita, termasuk menulis, meskipun dengan segala keterbatasan yang ada.

Agus Noor, dengan buku ini, telah membuktikan pada kita. Sebagai salah satu penulis yang dipunyai bangsa ini, di masa pandemi Covid-19 yang begitu membosankan, ia tetap bersemangat untuk menelurkan ide-ide cemerlang yang segar dalam sebuah cerita-cerita pendek yang tentunya, sangat bermanfaat untuk keberlangsungan dan kemajuan dunia kesusastraan kita.

Dalam buku ini, Agus Noor menulis cerita-cerita pendek dengan begitu apik. Ketajaman analisisnya dalam melihat sebuah fenomena sosial, yang tak lain adalah wabah Corona, telah berhasil membuat realitas-realitas yang membosankan dibaca menjadi sangat elegan, menarik, dan segar. Bagi saya, inilah seabrek cerita-cerita pendek yang tak hanya sekadar bercerita, tetapi mampu memberi kesan dan makna berharga bagi setiap pembacanya.

Dalam buku setebal 272 halaman ini, Agus Noor tidak hanya menulis cerita-cerita tentang apa yang di alami masyarakat di masa pandemi. Tetapi, juga tak lupa menyelipkan kritik-kritik pedas kepada pemerintah yang, selama ini dinilai abai, atau tepatnya kurang maksimal dalam melindungi segenap masyarakat dari hantu pandemi dan kesengsaraan yang dialami oleh masyarakat miskin. Sehingga, cerita-cerita pendek dalam Kisah-Kisah Kecil & Ganjil Malam 1001 Pandemi terasa begitu satire dan tak membosankan dibaca.

Sebagai misal, dalam cerpen Mayat Yang Berjalan Ke Kuburannya Sendiri, Agus Noor bercerita tentang seorang lelaki bernama Malik. Sebagaimana judulnya, Malik adalah tokoh dalam cerpen ini yang digambarkan sebagai sosok mayat yang berangkat sendiri ke kuburannya. Ia tidak diantar oleh karib-kerabatnya menunggangi kendaraan terakhirnya: keranda.

Namun, meski nasib pahit menimpanya di saat hari kematiannya, Malik tetap tidak mengeluh. Katanya, ia memang bukan sosok pengeluh. Susah oleh wabah, Malik tak pernah mengharap bantuan pemerintah. “Kau tahu sendiri, pemerintah selalu merepotkan hidup kita. Mengharap bantuan pemerintah akan jauh lebih merepotkan. Lagi pula, dalam keadaan tak susah pun pemerintah tak pernah memperhatikan kita, apalagi saat segalanya susah seperti ini. Di saat susah, justru pemerintahlah yang makin membuat kita kerepotan. Membantu dirinya sendiri saja mereka tak mampu, apalagi membantu orang miskin seperti kita?!”. Ungkap Malik dengan kesal. (hlm 25).

Selain itu, dalam buku ini, Agus Noor, melalui gaya-gaya berceritanya yang segar, ia juga memberi kita banyak sudut pandang baru mengenai kehidupan di tengah wabah Corona ini. Sebagai contohnya, misalnya, dalam Teka-Teki Seekor Anjing, Ia menulis, bahwa kata Agus Noor, yang menciptakan ketakutan bagi kebanyakan orang, sebenarnya bukanlah kematian yang disebabkan oleh wabah itu sendiri, melainkan karena bermacam kabar kematian itu sendiri yang begitu masif. “Mungkin bukan kematian yang menakutkan. Tapi bermacam kabar tentang kematian itu yang membuat kepanikan”. Tulis Agus Noor.

Cerita-cerita pendek dalam buku ini, ditulis dengan pola menulis yang ringkas. Tidak bertele-tele. Namun, tetap tidak kehilangan subtansi dan kekayaan kandungan maknanya. Dengan semua alasan itu, buku kumpulan ceerpen ini menjadi sesuatu yang layak untuk kita baca.

——— *** ———-

Rate this article!
Tags: