Tetap Standar Ramadan

RamadanHari paling berbahagia, Idul Fitri, baru saja berlalu. Bersyukur, karena dalam empat tahun terakhir, perayaan Idul Fitri bisa dilakukan tanpa perbedaan waktu (hari). Bersama lebih indah, walau perbedaan (dengan sistem ru’yat hilal maupun hisab) bisa menjadi rahmat. Beberapa situasi alam tak bersahabat melingkupi Ramadhan dengan luapan banjir rob. Juga perekonomian nasional sedang mengalami pelambatan. Tetapi Idul Fitri mampu mengembalikan “ke-berkah-an.”
Kampung yang diterjang meluapnya air laut, dikunjungi kerabat yang jauh untuk menglipur lara. Yang mengalami longsor tanah juga dibangun kembali bersama kerabat yang pulang dari rantau. Pada sisi perekonomian, sepanjang bulan Ramadhan di-iringi dengan naiknya harga pangan, terutama daging sapi. Sedangkan harga barang yang lain (tekstil dan produk tekstil) dan jasa (termasuk umroh), juga merangkak naik. Bersyukur terdapat THR (tunjangan hari raya) untuk seluruh pekerja, dan gaji ke-13.
Sedekah “jatah” riayan menjadi pemandangan khas saat lebaran. Yang tidak bersedekah, dianggap kikir, tidak di-doa-kan memperoleh berkah. Secara nasional, “jatah” riayan yang ditebar ditaksir mencapai Rp 38 trilyun. Itu tidak termasuk ongkos transportasi, yang nilainya bisa separuh atau kadang setara dengan sisa uang di kantong. Jadi, dalam setiap musim mudik, diperkirakan tebaran dana sekurang-kurangnya senilai Rp 60-an trilyun. Selain tebaran dana untuk rakyat, angka ke-ekonomi-an lebaran akan semakin membubung manakala memperhitungkan biaya iklan ucapan selamat ber-lebaran. Hampir seluruh perusahaan swasta, serta pemerintahan memasang iklan dengan biaya sangat besar di media cetak, elektronika serta iklan out-door. Biaya iklan ini, secara nasional ditaksir mencapai trilyunan rupiah.
Inilah berkah Ramadhan dan Idul Fitri, sebagai penggerak perekonomian nasional. Tak kenal resesi, tak pandang suku, tak pandang teritorial. Juga tak pandang perbedaan keyakinan agama. Karena kerabat keluarga berbeda agama turut pula dalam kebahagiaan bersama. Misalnya di Jakarta, manakala areal masjid Istiqlal penuh jamaah (salat Id), maka parkir kendaraan ditempatkan di katedral.
Aktifitas sehari-hari pasca-puasa Ramadhan mulai kembali ke rutinitas “biasa” lagi. Tetapi Ramadhan memiliki fungsi re-kreatif sangat bermanfaat untuk memulihkan spirit dan inovasi. Selama sebulan puasa, hampir seluruh paradigma dan kinerja terlaksana dengan “standar” Ramadhan. Terasa lebih ramah dengan inner quotient (kecerdasan dari dalam diri). Sukses mengendalikan diri bukan hanya takut terhadap ancaman hukum, melainkan kesadaran murni.
Karena inner-quotient itu pula, hiburan malam tutup secara sukarela. Maksiat dan pekat (penyakit masyarakat) yang lain juga turut menyurut, karena situasi sosial yang baik. Bahkan pada masa lalu, inner-quotient “standar” Ramadhan dijadikan momentum untuk proklamasi kemerdekaan RI. Namun sekelompok orang yang coba nekad merusak khidmat Idul Fitri (dan persatuan nasional) dengan teror, memalsukan vaksin.
Namun situasi umum respons terhadap Ramadhan sudah lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Juga “kerja sosial” pemerintah terasa lebih melayani hajat kultural Ramadhan. Misalnya, dengan menyediakan angkutan mudik dan balik lebaran, dengan mengerahkan moda transportasi darat (bus dan kereta-api) serta laut. Tahun ini, kerja sosial pemerintah (serta pemerintah daerah) ditambah dengan penyediaan angkutan kargo sepedamotor pemudik.
Pemerintah memiliki kewajiban mengamankan (dan menyamankan) bulan puasa Ramadhan sejak awal sampai diujungnya (hari raya Idul Fitri). Hal itu disebabkan rangkaian Ramadhan, menjadi bagian sosial-budaya paling kolosal. Didalamnya juga terdapat nilai ke-ekonomi-an sangat tinggi (melebihi bulan-bulan sebelumnya). Banyak pula yang memanfaatkan untuk pencitraan politik.
Seluruh aktifitas Ramadhan sampai Idul Fitri, terbukti plong secara ke-ekonomi-an, plong secara hukum dan sosial-politik. Juga plong secara spiritual, mencerahkan pemikiran. Maka “standar” (perilaku) Ramadhan patut dilanjutkan selepas lebaran !

                                                                                                                ——— 000 ———

Rate this article!
Tetap Standar Ramadan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: