“The Platiez” Kota Probolinggo Bahu Membahu Menjahit Baju APD

Masker gratis buatan UMKM untuk petugas satpol PP.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

(Bentuk Partisipasi Peduli Tim Penanganan Covid-19)
Probolinggo, Bhirawa
Upaya bentuk sosial yang dimotori oleh istri Camat Mayangan bernama Reni Windia Astutik ini cukup membanggakan dan layak menjadi contoh untuk daerah lainnya di Jatim. Bersama timnya, mereka ikut serta dalam memerangi mewabahnya virus corona atau Covid-19 ini. Walaupun hanya memberikan bantuan berupa baju APD.
Bersama dengan Komunitas Peduli Anak Yatim Piatu dan Sesama “The Platiez” yang terdiri dari ibu-ibu yang berada di Perum Sumber Taman, kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, bahu membahu tak mengenal lelah telah membuat baju Alat Pelindung Diri (APD), yang dijahitnya sendiri bersama rekan-rekan untuk dibagikan kepada petugas garda terdepan di wilayahnya.
Dikomandoi sang penjahit bernama Ririn Trikatikowati, yang tinggal Jalan Taman Tirta II, RT 06 RW 08, Reni bersama anggotanya terdiri dari 4 ibu-ibu dan 2 remaja laki-laki, mereka nampak sibuk, ada yang membuat pola, mengemal, memotong, menata hasil potongan dan ada yang menjahit. Kesibukan itu untuk membuat baju terusan yang fungsinya melindungi diri dari penularan virus corona.
Bahan bakunya dari plastik tak tembus udara, mirip jas hujan, namun kelihatannya lebih bagus dan kuat. Tak ada satu pun dari mereka yang tahu nama dan merknya. Mereka memilih bahan seperti itu setelah berkonsultasi dengan Ikatan Dokter Indonesia, cabang kota setempat. Contoh bahan yang direkomendasi IDI itulah yang kemudian dibawa dan diberikan ke pemilik toko, tempat membeli bahan tersebut.
“Kita bawa contohnya agar pemilik toko tidak bingung. Soalnya kami tidak tahu nama jenis bahan itu dan merek-nya,” ujar Reni Windia Astutik, Selasa (31/3).
Ceritanya, waktu itu Reni lah yang mengawali dan memotori gerakan kepedulian terhadap keselamatan tim penanganan virus corona. Aksinya berupa, pemberian gratis alkohol, sepatu boot, hand sanitizer, sarung tangan dan Alat Pelinding diri (APD) berupa baju. “Awalnya, kami kesulitan cari tukang jahitnya,” ujar Reni.
Tidak begitu lama memperoleh informasi, kalau di perumahan Sumbertaman Indah ada penjahit yang bisa menjahit bahan plastic. Iapun menuju ke rumah Ririn Trikatokawati, sang penjahit dan disana bertemu dengan Yayuk Haryuni, pengurus Komunitas Peduli Anak yatim dan sesama bernama The Platiez. “Sekalian kami ajak The Platiezt untuk bergabung,” tandasnya.
Alasannya, The Platiez sudah terbiasa dengan urusan bantuan kemanusiaan dan pekerjaan social lainnya. Merekalah yang melakukan pekerjaan penyemprotan, mengantar hand Sanitizer, sarung tangan dan sepatu boot serta APD.
“Tukang jahitnya juga tidak digaji alias gratis. Jadi apa yang kami lakukan bersama, tanpa honor,” katanya.
Selain baju APD yang dijahit sendiri, ada beberapa penjahit yang terketuk untuk bergabung. Mereka memesan baju APD itu tanpa menerima bayaran sepeser pun. “Kita melakukan ini semua karena sisi kemanusian,” kata Yayuk, pengurus lainnya.
Untuk pengadaan bahannya, didapat dari sumbangan masyarakat. Saat ini sudah terkumpul dana Rp2,5 juta lebih dari 10 donatur. Uang itu sudah dibelanjakan bahan APD dan kebutuhan lain yang akan diberikan cuma-cuma ke masyarakat dan petugas medis penanganan virus corona.
“Ya masih kurang. Kebutuhannya banyak, untuk membuat satu baju APD tersebut, diperkirakan menghabiskan biaya Rp200 ribu. Dana tersebut berasal dari para dermawan yang digalang oleh para ibu-ibu,” jelasnya.
Reni mengajak masyarakat untuk saling bahu membahu dalam penanganan virus yang cara penularannya cepat tersebut, sesuai keahlian dan kemampuannya. Bagi mereka yang mau menyalurkan dananya, Reni membuka pintu selebar-lebarnya, demi kesehatan dan keselamatan masyarakat. Mengingat, pihaknya memiliki keterbatasan soal dana yang akan digunakan pengadaan bahan atau barang yang akan diberikan cuma-cuma tersebut.
Reni juga menyebut, pihaknya kekurangan tenaga atau tukang jahit. Ia berharap warga yang bisa menjahit berkenan dan mau begabung menjadi bekerja sosial demi keselamatan warga dan tim penanganan virus corvid 19 di garda paling depan.
Saat ini, ada 4 penjahit yang sudah menyatakan bergabung, di antaranya berasal dari Kelurahan Sumbertaman, Triwung lor dan Kelurahan Jati, “Ya, masih kurang. Kan banyak baju yang akan kita jahit,” bebernya.
Saat ini, pihaknya telah menyelesaikan belasan APD yang rencananya akan diserahkan dalam minggu ini. Bantuan berbagai jenis tersebut akan diserahkan ke IDI Cabang Kota Probolinggo untuk diserahkan ke pihak yang membutuhkan. “Langsung kita serahkan ke IDI. Biar IDI yang membagikan. Soalnya mereka yang tahu,” tandasnya.
Ririn Trikatikowati berterus terang, tidak mengalami kesulitan menjahit pakaian APD. Menurutnya, pekerjaan tersebut sama dengan pekerjaan menjahit bahan lainnya seperti kain. Hanya saja dibutuhkan ketelatenan, kesabaran serta kehati-hatian.
Rasa kepedulian yang tinggi juga dirasakan oleh sejumlah UMKM di Probolinggo, dengan memberikan bentuk perhatian mereka kepada anggota Satpol PP dan Damkar yang saban hari bertugas di lapangan.
Seperti yang dilakukan Senin kemarin, ketika personil Satpol PP dan Damkar melakukan apel pagi di halaman kantornya, di Jalan Panglima Sudirman, ratusan minuman herbal terbuat dari empon-empon dikemas dalam botol, snack dan masker kain yang berasal dari UMKM yang tergabung dalam Asosiasi Makanan Minuman Jawa Timur, dibagikan oleh ke beberapa petugas. Juga Komunitas antar ambil barang/mamin offline di Kota Probolinggo pun ikut serta dalam kegiatan ini.
“Kami merasa dilindungi, lalu apa yang bisa kami lakukan? Hanya ini yang bisa kami bantukan sebagai kepedulian kami kepada petugas. Sebagai masyarakat kami merasa terenyuh dengan tugas bapak-bapak ini. Mudah-mudahan setiap ada kegiatan, kami sebagai UMKM ikut berkontribusi,” ujar Zainal Abidin, pelaku UMKM di bidang makanan yang hadir dalam apel.
Ada sekitar tujuh UMKM yang ikut membantu memberikan bantuan dari masing-masing bidang yang berbeda. Berawal dari perbincangan di antara mereka, akhirnya ada yang bersedia memberi botol, membuat minuman, makanan hingga menjahit masker kain yang bisa dicuci dan dipakai kembali.
“Setiap hari kami menyebarkan masker ke masyarakat gratis, ini yang ke empat kalinya kami berikan kepada petugas Satpol PP sebagai ujung tombak yang harus kita patuhi imbauannya. Kami berharap agar Kota Probolinggo tidak menjadi zona merah,” tambah Zainal. [wap]

Tags: