‘Tidak Banyak Bicara, Tapi Memberikan Pengalaman’

Penulis dan seniman Hetty Palestina menikmati karya-karya seniman yang dipamerkan di Galeri Orasis untuk memperingati 100 harinya maestro lukis Hening Purnamawati, Minggu (8/10) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Spirit Maestro Lukis Hening Dalam Bingkai
Surabaya, Bhirawa
Sosok Hening Purnamawati semasa hidupnya memang patut diapresiasi dalam dunia kesenian. Karya-karyanya telah memberikan warna tersendiri dalam seni rupa baik nasional maupun internasional. Maestro lukis kelahiran Cimahi, 3 September 1960 silam ini juga dinilai profesional dalam segala hal.
Hal ini ditandai dengan sebanyak 57 pelukis lintas generasi memperingati 100 hari meninggalnya Hening di Galeri Orasis Jumat (6/10) lalu. Mereka memamerkan lukisannya masing-masing dengan tajuk ‘Mengenang Sang Hening’. Uniknya, bingkai-bingkai lukisan tersebut dibuat sama, yakni dengan ukuran 57×57 sentimeter. Hal ini lantaran Hening meninggal dalam usianya yang ke 57 tahun.
Segudang prestasi gemilang diperoleh perempuan yang pernah menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta jurusan seni lukis tahun 1987. Di tahun 1994 misalnya. Hening menerima penghargaan sebagai satu di antara Sepuluh Lukisan Terbaik, Indonesian Art Awards 1994 (The Philip Morris Group of Companies) dari Yayasan Seni Rupa Indonesia.
Di tahun 1996, Hening kembali memperoleh penghargaan Karya Terbaik Indonesian Art Awards 1996 (The Philip Morris Group of Companies) dari Yayasan Seni Rupa Indonesia. Dan di tahun 1998, penghargaan dalam Meningkatkan Kreatifitas Seni Lukis Indonesia dari Menteri Pariwisata Seni dan Budaya RI diberikan kepada Hening Purnamawati. Tahun 2003, Hening menerima penghargaan Seniman Jawa Timur Awards 2003 dalam Pengabdian dan Dedikasi di Bidang Seni.
Atas prestasi Hening semasa hidupnya itu membuat kesan tersendiri bagi penulis yang juga seniman, Hetty Palestina. Menurutnya, Hening adalah sosok yang terus menjunjung tinggi profesionalitas sebagai seorang seniman. “Hening itu seperti namanya. Diam tidak banyak bicara, tapi ia mau memberikan pengalamannya pada orang lain. Profesionalitas Hening adalah nilai ketinggiannya sebagai seniman,” kata Hetty saat ditanya Bhirawa mengenai sosok Hening semasa hidupnya.
Hetty mengungkapkan, konsisten seorang Hening juga patut diapresiasi. Hal ini ditunjukkan dengan sikapnya yang tidak mau berhadapan langsung dengan peminat karya lukisannya terkait harga. “Pernah sekali waktu Hening meminta sata untuk menjadi penghubung beliau dengan peminat lukisannya soal nilai (harga, red). Bagi Hening, urusan demikian ia perlu harus melalui orang lain. Itulah profesionalitas yang dijaganya,” tuturnya.
Bahkan, lanjut Hetty, Hening adalah seniman yang anti melukis sesuai pesanan. Hal inilah yang perlu dicontoh para pelukis muda. Dimana perlu adanya membangun integritas dirinya sebagai seorang seniman. “Tidak semua hal harus diurus sendiri. Jadi, para generasi muda harus mencontohnya untuk membangun integritas dirinya,” jelas dia.
Sebanyak 57 pelukis tersebut melibatkan pelukis SMK, beberapa perguruan tinggi, serta berbagai sanggar yang ada. Dengan harapan, spirit kekaryaan dari pelukis yang pernah menerima penghargaan dari Konsulat Jenderal Amerika dan beberapa negara dari ASEAN tersebut bisa diimplementasikan.
Owner dari Orasis art gallery, Elizabeth mengatakan, pameran ini mempunyai konsep menyapa masyarakat dan dapat mengambil spirit dari Hening.”Hening adalah salah satu maestro lukis Indonesia. Dan lukisannya yang beraliran surealis tersebut lebih banyak bercerita tentang kehidupan alam dan keagamaan,” kata Elizabeth yang mengatakan karya Hening kini bernilai ratusan juta rupiah per lukisannya. [geh]

Tags: