Tiga Dokter Profesional Tertular HIV/AIDS

Surabaya, Bhirawa
Kendati berprofesi sebagai tenaga kesehatan, tidak membuat dokter kebal akan penularan virus. Di Surabaya ada tiga dokter terkena virus HIV. Dua orang di antaranya bekerja di rumah sakit swasta ternama dan seorang lagi membuka praktik pribadi. Hal ini diungkapkan Direktur Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga Surabaya. Prof. Nasronudin, M.D., Ph.D.
Nasronudin mengatakan, tiga dokter ini kondisi sangat parah sudah stadium empat. Pihaknya menolak menyebutkan nama ketiga dokter itu, tapi hanya menyebutkan masing-masing berusia 44 tahun, 58 tahun, dan 52 tahun. Ia memperkirakan para dokter gigi itu sudah lebih dari lima tahun terinfeksi virus HIV/AIDS.
”Kita masih sulit mencari kepastian sumber penularan. Namun, ada dua kemungkinan mereka terinfeksi, yaitu karena profesi dan pribadi.,” ucapnya
Menurutnya, profesi dokter memang berisiko tertular HIV/AIDS. Khususnya dokter gigi, dokter obgyn, bedah, THT, dan penyakit dalam dan infeksi. Tertutupnya pasien mengenai penyakitnya menjadi faktor seorang dokter bisa terpapar virus HIV/AIDS tanpa sengaja.
Meski sudah diberi surat pengantar bahwa seseorang mengidap HIV/AIDS, sering kali surat itu tidak diberikan kepada dokter yang dirujuk. Akibatnya, dokter rujukan tersebut tidak mengetahui bahwa pasien menderita HIV/AIDS. “80 persen pasien HIV/AIDS tidak mau berikan surat pengantar ke dokter rujukan karena takut tidak ditangani,” katanya.
Cara penularan HIV/AIDS bisa terjadi secara horizontal, yakni kontak cairan darah dan melalui hubungan seksual. Perbandingan penularan lewat kontak cairan darah adalah 1:1. Artinya sekali kontak, virus HIV bisa langsung tertular. Inilah yang membuat profesi dokter gigi sangat rentan terinfeksi HIV/AIDS.
Penularan virus melalui kontak cairan darah lebih berbahaya ketimbang hubungan seksual. Hubungan seksual perbandingan penularannya sekitar 1:60. Ini berarti butuh 60 kali berhubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS untuk bisa tertular virus ini.
Koordinator Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya dr Erwin Astha Triyono SpPD-KPTI mengatakan kasus HIV/AIDS terhadap tenaga medis memang masih sangat jarang, hanya 1 persen dari seluruh kasus. Karena itu, tim kesehatan diminta untuk memperhatikan kewaspadaan universal. Standar prosedur dokter dalam menangani pasien HIV/AIDS pun lebih ketat.
”Jadi dalam menangani pasien harus ektra hati-hati karena jika tidak dokter akan tertular,” ujarnya. [dna]

Tags: