Tiga GTT SMKN 4 Surabaya Diberhentikan

Foto: ilustrasi

Sekolah Berdalih Tidak Tersedia Jam Mengajar
Surabaya, Bhirawa
Tiga orang Guru Tidak Tetap (GTT) di SMKN 4 Surabaya diberhentikan karena tidak adanya jam mengajar yang tersedia. Sekolah berdalih, jika hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan guru PNS dan meminimalisir GTT. Namun sayangnya, langkah tersebut dianggap tidak adil bagi ketiganya, karena tidak ada pembicaraan atau pemberitahuan awal terkait porsi jam mengajar.
Dikatakan salah seorang GTT Matematika SMKN 4 Surabaya, Maria Ulfah selama menjadi GTT 23 tahun, ia merasa tidak mempunyai masalah dengan sekolah. Ia juga tidak pernah membolos dari kewajibannya sebagai pengajar. Namun, ia menyesalkan langkah yang diambil kepala sekolah, Sri Tjahyono Watie yang dinilainya tidak masuk akal. Sebab, jika alasannya untuk meminimalisir GTT, pada bulan juli ini ada guru yang memasuki masa pensiun.
”Ada salah satu guru yang memasuki masa pensiun bulan Juli ini. Bidang mapel nya pun sama dengan saya. Matematika juga. Kalaupun seumpama saya dikasih jam mengajar tidak linier, saya tidak apa-apa karena tahun kemarin pun saya ngajar sejarah,” tutur dia, Kamis (4/7).
Maria juga mempertanyakan konsistensi sekolah. Sebab, tidak sedikit GTT yang mengajar dengan mapel yang diampu tidak sesuai dengan ijazah terakhir. ”Banyak GTT yang tidak linier ngajarnya tapi kenapa yang lama yang dikeluarkan kan ya gak adil,”sambung dia.
Maria menilai, langkah yang diambil Sri Tjahyono tidaklah bijak sebagai seorang pemimpin di sekolah nya. Sebab, jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, bila ada sisa jam mengajar dari PNS, ada koordinasi dan komunikasi dengan GTT yang ada di SMKN 4 Surabaya. ”Dulu, kalau ada kejadian seperti ini, pasti dikomunikasikan dulu dengan pimpinan yang lama. Dari hasil diskusi itu kemudian jamnya dibagi dengan sejumlah GTT yang ada,”urainya.
Ia berharap Sri Tjahyono watie mempertimbangkan kembali keputusan yang diambilnya. Sebab, ia sendiri sudah cukup lama mengabdi sebagai GTT. ”Kalau sekarang di putus (diberhentikan paksa) masa kerja saya dihitung mulai nol lagi. Padahal saya sudah mengajar 23 tahun dan tidak pernah ada masalah seperti ini,”pungkas dia.
Hal senada juga diungkapkan Riri, GTT bidang mata pelajaran Bahasa Inggris yang telah mengajar hampir 13 tahun di SMKN 4 Surabaya. Selama mengajar, ia hanya mendapatkan waktu mengajar selama delapan jam. Namun, ia merasa heran ketika kepala sekolah mengambil keputusan tersebut.
”Dua hari yang lalu saya diminta menghadap ke kepala sekolah. Dalam pertemuan itu ternyata saya diminta membuat surat pengunduran diri tapi saya tidak mau. Karena memang tidak mau resign. Terus kemarin dipanggil lagi diminta menghadap langsung dikasih ucapan surat ucapan terimakasih,”ungkap dia.
Ia juga mempertanyakan, jika alasan memberhentikan dia dan kedua temannya karena mengampu di mata pelajaran yang tidak linier, namun faktanya banyak GTT yang tidak linier tetap dipertahankan.
Selain Maria Ulfa dan Riri, GTT yang tidak mendapatkan jam mengajar di SMKN 4 Surabaya, Nur Faizha GTT yang mengajar bahasa Indonesia juga mengalami hal yang sama.
Dikonfirmasi terpisah Kepala SMKN 4 Surabaya, Sri Tjahyono Watie menampik adanya kabar jika pihaknya memberhentikan tiga GTT disekolahnya. Hanya, saja ia menjelaskan jika jumlah jam mengajar yang diampu ke tiga guru tersebut tidak ada dan sudah digantikan oleh guru PNS.
”Kalau tidak ada jamnya bagaimana lagi, gurunya sudah pas. Apa harus diada-adakan jam nya? Saya tidak memecat tidak ada begitu. Tapi kita harus optimalkan pegawai negeri,”ujar dia dikonfirmasi bhirawa melalui sambungan telfon, Kamis (4/7).
Lebih lanjut, kalaupun harus mengambil GTT, pihaknya menuturkan harus yang mengampu pada mata pelajaran yang sesuai dengan ijazah terakhir. Tidak bisa kemudian guru bahasa inggris mengajar sejarah.
”Yak kan itu nggak bijak. Kita tetap perlu GTT. Tapi kalau guru PNS ini penuh di bidang studi tertentu ya kita cari GTT yang linier. Tapi kita punya GTT yang linier banyak,”pungkas dia. [ina]

Tags: