Tiga Sekolah Ikuti Program AKSI

Foto: ilustrasi

Kota Surabaya, Bhirawa
Asesment Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) jadi perhatian khusus dalam pendidikan di Indonesia. Pasalnya, AKSI diklaim lebih efektif dan tepat guna dalam mengukur kemampuan siswa. Hal itu yang kemudian masuk dalam wacana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menerapkan sistem penilain baru pengganti ujian nasional (UN).
Menanggapi hal itu, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan sensus aplikasi Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) kepada siswa jenjang SMP di Kota Surabaya, Kamis (1/8) kemarin.
Kegiatan ini menyasar tiga sekolah, yakni SMPN 12 Surabaya, SMP Petra 5 Surabaya, dan SMPN 21 Surabaya. Total siswa yang dijadikan sampling sebanyak 416 siswa dan mengerjakan soal dengan berbasis komputer.
Diungkapkan Kepala Balitbang Kemendikbud, Totok Suprayitno, aplikasi AKSI merupakan murni program dari Balitbang Kemendikbud. Soalnya rata-rata berupa uraian. Sehingga proses penilaian belum bisa digantikan oleh mesin. “Karena itu kemampuan guru menilai soal uraian ini juga penting,”ujar dia saat meninjau langsung pelaksanaan AKSI yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ikhsan dan Kabid Sekolah Menengah (Sekmen) Sudarminto.
Menurut Totok, program AKSI berada satu tahap diatas Ujian Nasional (UN). Sebab, melalui program itu siswa akan dilatih memecahkan persoalan baru karena kehidupan itu dinamis. Maka dari itu, AKSI berbeda dengan tes. Mengingat aka nada timbale balik setelah melakukan asesmen.
“Surabaya pantas menjadi percontohan untuk AKSI ini karena berbagai inovasi di bidang pendidikan,”tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dindik Kota Surabaya, Ikhsan menuturkan, guru-guru di Surabaya telah disiapkan untuk membuat soal dengan berbagai macam tingkat kesulitan. Soal-soal tersebut kemudian dimasukkan ke dalam bank data.
“Sebagian paket soal disiapkan untuk tryout online. Sebagian lagi untuk persiapan USBN atau UN,”jelas dia. Dengan begitu, sambung dia, siswa di Surabaya terbiasa berlatih dengan berbagai model soal.
“Kami juga memiliki buku rapor antarsiswa, sekolah, perbandingan nilai di provinsi dan nasional. Buku rapor ini selalu dibagikan untuk merancang peningkatan pembelajaran,” pungkas dia. [ina]

Rate this article!
Tags: