Tiga Srikandi Sumber Jadi Tukang Ojek di P-30

Tiga ojek wanita yang siap mengantarkan para wisatawan yang ingin menikmati keindangan Puncak P 30. [wiwit agus pribadi]

Kendarai Motor Trail Hingga Menggapai Negeri di Atas Awan
Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Anggapan kalau motor trail hanya dikuasau oleh kaum pria kini harus dihapus, sebab ada tiga cewek jagoan asal Kecamatan Sumber Kabupatan Probolinggo mampu mengendarai motor yang biasanya untuk medan off road itu. Bahkan ketiganya kini menjadi tukang ojek regular kawasan Wisata P-30 yang memiliki medan cukup ekstrem itu.
Nyaring suara motor trail terdengar menderu untuk menaiki Puncak P30 yang memiliki ketinggian 3.000 mdpl. Puncak P30 juga dikenal dengan Pundak Lembu di Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Perlahan, telihat sosok perempuan mengendarai sebuah motor trail warna merah muda. Kencang dan lihai melewati jalan menanjak agar bisa mengantarkan wisatawan menuju Puncak P-30 yang dikenal sebagai negeri diatas awan.
Ia adalah Anggia Dwi berusia 18 tahun, remaja asal Dusun Ledoksari, Desa Wonokerso. Dengan motor yang dinaikinya, nyaris tak tampak kesan feminin dari dirinya. Apalagi, dia begitu lihai berkendara. Kemampuan mengendarai motor trail dipelajarinya 4 tahun lalu. Berbekal kemampuan dasar mengendarai motor bebek, dia nekat belajar mengendarai motor trail miliki ayahnya.
“Awalnya saya melihat saudara laki-laki naik motor trail, kok kelihatan gagah. Pengen merasakan sensasinya. Akhirnya minta diajari sampai bisa. Dari sini, aku terus berlatih agar lebih mahir mengendarai motor kesayangannya. Beberapa rute menantang dicobaa. Mulai dari rute berlumpur, berpasir, dan berbatu dilaluinya. Ruas jalan tanjakan dan turunan juga sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Kalau latihan paling rutenya hanya sekitar Kecamatan Sumber dan Sukapura. Masih belum dibolehkan untuk rute yang jauh,” terangnya, Kamis (13/8).
Keahliannya pun kemudian dimanfaatkannya untuk memberikan jasa ojek kepada wisatawan yang datang berkunjung ke P30. Kebetulan, lokasi P30 tak jauh dari rumahnya. Ruas jalan ekstrem di tepi bukit yang curam, sudah biasa dilaluinya. Tak heran saat mengantarkan wisatawan dirinya lihai melintasi medan yang cukup menantang. “Biasanya kalau ada wisatawan perempuan, saya yang mengantar. Ini cuma hobi sih. Namun, hasilnya bisa dipakai untuk menabung,” tandasnya.
Kemampuan serupa juga dimiliki Andini Maulidya Estafani (14) asal Dusun Krajan, Desa Wonokerso. Perawakan yang tidak terlalu tinggi mengharuskan kakinya jinjit saat hendak menaiki motor. Namun setelah di atas motor, ia mampu mengendarai motor milik orang tuanya dengan cekatan. Bahkan, dia sangat lihai menggeber motor berkapasitas 150 cc itu. “Sudah biasa, jadi tidak takut lagi. Saat melintasi jalan desa juga tidak kaget lagi. Tapi, naik dan turun dari motor tetap jinjit,” tandasnya tersenyum.
Ia mengaku tertarik mengendarai motor trail karena menyukai tantangan. Medan menanjak dan bebatu menjadi salah satu rute favoritnya. Sebab dengan melintasi jalan tersebut, kemampuan menguasai kendaraan akan terasah.
Tak hanya itu, pada akhir pekan, dirinya kerap bekerliling desa melintasi ruas jalan yang berlumpur dan licin. Ini, dilakukannya untuk melatih kemampuan agar tidak kaku saat dihadapkan pada medan yang belum pernah dilalui.
Saat tidak bersekolah, dirinya memiliki tugas rutin mengantarkan ibunya ke pasar. Namun saat ada kebutuhan untuk mengantarkan pengunjung naik ke P30, dirinya tidak pernah menolak. “Biasanya kalau butuh tambahan tenaga untuk mengantar wisatawan, saya dipanggil. Demi kenyamanan pengunjung ke P30 saya harus mau,” cetusnya.
Hal senada dikatakan Veronicha Puji Pratiwi (13) warga Dusun Ledoksari, Desa Wonokerso. Dia mahir mengendarai motor trail sejak dua tahun lalu. Dirinya termotivasi untuk belajar mengendarai motor trail karena merasa butuh. Sebab, ada kondisi jalan tertentu di daerah pegunungan yang hanya bisa dilalui motor trail. “Tidak semua jalan di pegunungan enak untuk dilalui. Jadi, belajar naik motor trail agar saat dibutuhkan bisa membantu dengan cepat,” lanjutnya.
Akan tetapi, tak disangka kemampuan mengendarai motor trail menjadi begitu dibutuhkan. Khususnya saat pengembangan wisata P30 telah dilakukan. Dirinya jadi tenaga cadangan untuk mengantarkan pengunjung menikmati indahnya pemandangan di puncak Pundak Lembu. “Hanya tenaga cadangan. Kalau yang lebih senior masih ada, saya gak ikut. Soalnya pengalaman masih belum banyak. Bisa membantu karena sudah terbiasa melewati jalanan tepi bukit,” tandas Vero.
Ketua Pokdarwis Desa Wonokerso Sudir Supriyadi menyebut, pihaknya masih terus mengembangkan pengelolaan Pundak Lembu. Koordinasi dengan berbagai pihak terkait, juga terus dilakukan. Tujuannya tidak lain mengelola sebaik mungkin potensi alam Pundak Lembu. Sehingga, mampu mengerek ekonomi masyarakat sekitar. “Banyak pengunjung yang datang, tentunya perlu ada koordinasi yang baik agar pengembangan wisata bisa terealisasi sesuai rencana yang telah disusun,” tandasnya.
Untuk mencapai puncak, pengunjung harus mendaki 50 anak tangga. Kemiringan tangga pun cukup menguras tenaga. Perlu pengaturan nafas yang baik agar dapat menapaki seluruh anak tangga yang ada. Dan klimaksnya, yaitu sampai di Pundak Lembu atau P30. Di sini, pengunjung seolah menikmati lukisan alam berupa gugusan gunung. Mulai Gunung Semeru yang nampak dari jauh. Lalu Gunung Bromo, Gunung Batok, serta Gunung Kursi yang menjadi background favorit para pengunjung saat berswafoto.
Sepanjang jalan terhampar pemandangan pertanian kubis, bawang pre, wortel, dan lainnya. Penanaman yang dilakukan dengan rapi, membuat hamparan pertanian seperti sebuah permadani. “Ruas jalan pertama berupa makadam, di sini pengunjung harus berhati-hati sebab jalan berbatu. Sehingga harus pelan saat melintasi jalan menuju arah barat,” paparnya.
Setelah melewati jalan makadam, terdapat sebuah shelter yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat atau sekedar berhenti sejenak. Di shelter tersedia sebuah toilet dan ruangan yang dapat digunakan untuk merebahkan badan saat letih. “Total ada tiga shelter yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Shelter 1 ada diujung jalan macadam. Kemudian shelter 2 dan 3 masing-masing berjarak 1 kilometer hingga puncak,” tandasnya.
Setelah melewati jalan makadam, pengunjung akan melewati jalan paving sepanjang 3 kilometer melintasi sisi pegunungan. Jalan ini memiliki lebar sekitar 1 meter, hanya kendaraan roda dua yang bisa melewati ruas jalan, tambahnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: