Tim Batharasurya ITS Luncurkan Dua Solar Boath

Rektor ITS Joni Hermana saat menyaksikan peluncuran solar boat Batharakala yang akan diikutkan dalam ajang Yanagawa Solar Boat Festival 2016 di Jepang. [ adit hananta utama/bhirawa]

Rektor ITS Joni Hermana saat menyaksikan peluncuran solar boat Batharakala yang akan diikutkan dalam ajang Yanagawa Solar Boat Festival 2016 di Jepang. [ adit hananta utama/bhirawa]

(Bersiap Melaju di Yanagawa Solar Boat Festival)
Surabaya, Bhirawa
Tragedi terbakarnya mobil Sapu Angin di London beberapa waktu lalu, tak menciutkan semangat para mahasiswa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk terus tampil di berbagai ajang internasional. Sebaliknya, semangat mereka seakan terus membara. Kali ini, giliran tim Bathara Surya yang akan tampil pada Yanagawa Solar Boat Festival2016.
Tim Bathara Surya telah mempersiapkan dua kapal bertenaga surya yang dinamai Batharakala dan Triton. Selasa (19/7) kemarin, Batharakala diuji keampuhannya melaju diatas air sebelum diberangkatkan ke Jepang Agustus mendatang.
“Tahu ini kita berusaha mendesain kapal seefisien mungkin. Lebih ringan dan lebih ramping supaya lebih cepat,” tutur Dosen Pembimbing Tim Bathara Surya Andika Setiyono disela uji coba dan peluncuran solar boat Batharakala di halaman Rektorat ITS.
Tahun lalu di ajang yang sama, Andika mengaku hanya mampu bertengger di peringkat ketujuh. Namun dengan berbagai pembaharuan, dia optimis dapat mengejar ketertinggalan. “Target kita adalah capaian teknis. Bukan juara berapa,” kata dia.
Saat ini, kapal rancangannya bersama 20 mahasiswa baru bisa melaju sampai 13 km/jam. “Target saya bisa sampai 20 km/jam. Karena tahun lalu pemenangnya rata-rata hanya melaju sampai 18 km/jam,” terang dosen Desain Produk ITS tersebut.
Untuk mencapai itu, Andika sengaja mendesain kapalnya hanya dengan bobot 13 Kg dari yang semula seberat 70 Kg. Tujuannya, agar kapal melaju lebih cepat. Selain ringan, kapal juga dibuat dengan jenis step holl, sehingga ketika kapal ini melaju di air bagian kapal yang tercelup air akan berkurang. Dengan begitu air yang menghambat kapal menjadi berkurang. Selain itu, desain kapalnya juga mudah dibongkar pasang agar mudah dibawa ke lokasi lomba.
“Kita berusaha agar tidak menggunakan kargo, cukup masuk bagai pesawat saja,” kata dia.
Ketua Tim Bathara Surya Irfano Azmi menjelaskan,  spesifikasi solar boat yang telah dikembangkan dari generasi sebelumnya. Motor yang digunakan berkapasitas 2.250 watt dengan batrai 24 watt 14 ampere. Solar panel yang digunakan berkapasitas 20 WP.
“Bodi kapal sudah final. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah memperkecil ukuran baling-baling agar semakin ringan,” kata dia. Dengan bobot lebih ringan, mahasiswa semester IV Jurusan Teknik Elektro mengaku bisa menambah kecepatan kapal rancangannya.
Dalam merancang kapal ini, Irfano melibatkan sejumlah mahasiswa dari empat jurusan sekaligus. Selain Teknik Elektro, ada pula mahasiswa dari jurusan desain produk , transportasi kapal dan teknologi perkapalan.
Rektor ITS Prof Jhoni Hermana menungkapkan dukungannya kepada setiap mahasiswa yang berani berkompetisi di ajang internasional. Selain berebut prestasi, hal ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa lainnya di Indonesia agar rela berjuang demi mengharumkan nama bangsa.
“Tujuan akhirnya, karya-karya mahasiswa ini tidak hanya menang di ajang internasional. Tetapi terjadi proses hilirisasi hingga menjadi produk yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata Jhoni.
Jhoni mengakui, dana yang dibutuhkan cukup besar untuk setiap karya yang akan dirilis menuju kompetisi internasional.
Karena keterbatasan dana itu, Jhoni mendorong para dosen dan mahasiswanya untuk kreatif menggalang dana baik melalui proposal penelitian maupun sumber lainnya. “Dana kita setahun untuk kegiatan mahasiswa hanya Rp6 milyar. Padahal ajang internasional yang kita ikuti cukup banyak. Jadi setiap karya kampus bisa menyubsidi hanya sekitar Rp200 sampai Rp600 juta. Sisanya mereka harus berusaha sendiri,” terang Jhoni.
Para mahasiswa ITS diakui Jhoni cukup bersemangat dalam hal penelitian. Tahun ini, proposal penelitian yang sudah didanai Dikti sampai 275 proposal. Meski anggarannya kecil-kacil hanya berkisar Rp7,5 jt tiap proposal, hal ini sudah cukup membanggakan. Sebab, jumlah penelitian yang diterima dikti sudah yang paling banyak kedua se Indonesia. [tam]

Tags: