Tim Pemakaman Covid-19 Alami Kekerasan, BPBD Jember Minta Jaminan Keamanan

Plt.Kepala BPBD Kab Jember Mohammad Jamil saat memberikan keterangan kepada media, Jumat (23/7).

Jember, Bhirawa
Tim pemakaman Covid 19 mengalami tindak kekerasan dari warga. Tim pemakaman dari BPBD Jember ditimpuk batu dan dibanting oleh warga saat melakukan pemakaman jenazah yang terkonfirmasi covid 19 di desa Jatian Kecamatan Pakusari Kab Jember. Akibatnya, tiga orang petugas dari 8 orang petugas alami cidera dan luka di bagian kepala.

Plt. Kepala BPBD Kab Jember Mohammad Jamil mengatakan, kejadian penganiayaan terhadap petugas terjadi, Sabtu (17/7) lalu. Saat itu, petugas akan melakukan pemakaman jenazah atas nama Anik warga Jatian Kec Pakusari. ” Korban meninggal di RS. dr Subandi Jember karena covid 19. Saat ada permintaan percepatan pemakaman dari Camat Pakusari, kami membentuk tim baru (tim pemakaman dari unsur relawan), kalau menunggu tim yang lainnya kelamaan karena sedang bertugas di daerah lain. Petugas datang sekitar pukul 18.00 ( maghrib) bersama dengan ambulan jenazah dari pihak rumah sakit. Sampai ditempat, ada upaya paksa pengambilan paksa peti jenasah dari masyarakat yang ingin memandikan dan memakamkan secara umum,’ ujar Jamil mengawali cerita kronologis kejadian kepada media, Jumat (23/7)

Kemudian, kata Jamil, petugas (BPBD) berupaya memberi penjelasan bahwa jenazah sudah di lakukan pemulasaran di rumah sakit sesuai dengan syariat Islam. Namun keluarga dan warga tetap merebut peti jenazah dan membukanya.” Setelah peti dibuka oleh warga, petugas balik kanan karena kami ( petugas ) hanya menjalankan tugas untuk melakukan pemakaman sesuai dengan protokol covid itu saja. Namun saat hendak pulang, kendaraan kami dihadang oleh warga, bahkan petugas sudah memberikan pengertian kalau, kami hanya menjalankan prosedur pemakaman. Namun warga tetap menganiaya petugas, ada yang dipukul, tangannya di plitir kemudian dibanting dan ada yang luka dilempari batu. Akibatnya tiga petugas dari 8 petugas mengalami cidera, dan yang lainnya menyelamatkan diri,” ungkapnya.

Jamil mengakui perlakuan tidak menyenangkan terhadap tim pemakaman ini sering kali dialami oleh mereka.” Tapi kejadian di Desa Jatian Kec. Pakusari ini sudah keterlaluan. Padahal kami ini bertugas membantu mereka, agar penyebaran covid tidak meluas. Mereka tidak berterima kasih kepada kami tidak apa-apa, tapi tolong kami jangan diperlakukan seperti itu (dianiaya). Kami hanya menjalankan tugas sesuai dengan prosedur protokol covid,” ungkap Jamil.

Oleh sebab itu, atas kejadian ini Jamil meminta agar kasus ini diproses secara hukum. ” Kami minta agar kasus ini diproses secara hukum, agar penganiayaan terhadap petugas pemakaman ini tidak terjadi lagi dikemudian hari. Kami sengaja tidak melaporkan kasus ini ke pihak yang berwajib, karena ini bukan delik aduan. Apalagi saat kejadian ada dari pihak kepolisian, koramil dan masyarakat ada di lapangan,” tandasnya pula.

Jamil juga meminta jaminan kemanan dari aparat atas tugas tim pemakaman di lapangan.”Kami minta ada jaminan keamanan dari aparat di lapangan agar peristiwa ini tidak terjadi lagi. Kami tidak ingin dibelaskasihani siapapun, karena ini tugas dan tanggung jawab kami menjalankan pemakaman sesuai dengan prosedur covid 19. Kami hanya minta jaminan keamanan itu saja,” tegas Jamil kemarin.

Jamil mengakui bahwa selama ini hanya ada 4 tim pemakaman untuk melayani masyarakat. Masing – masing tim terdiri dari 8 sampai 12 orang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. ” Ada 4 tim dengan asumsi 2 tim stanby, 2 tim bertugas di lapangan. Namun jika situasi di lapangan harus ada percepatan, kami membentuk tim dari relawan hingga sampai 7 tim,” pungkas Jamil kemarin. (efi)

Tags: