Tim Penilai Penghargaan Pembangunan Daerah Tinjau Pemprov

Ketua Tim Penilai PPD Kementerian PPN/Bappenas Budhi Santoso saat verifikasi dan kunjungan lapangan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Pappeda) Jatim Surabaya, Senin (4/3).[adit hananta utama/bhirawa]

Pemprov Jatim, Bhirawa
Tim penilai Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meninjau capaian dan inovasi pembangunan Provinsi Jatim selama.
Ketua Tim Penilai PPD Kementerian PPN/Bappenas Budhi Santoso saat verifikasi dan kunjungan lapangan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Pappeda) Jatim Surabaya, Senin (4/3) mengatakan, PPN adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada pemerintah daerah yang berhasil menyusun perencanaan, dan melakukan pencapaian pembangunan dengan baik, serta melahirkan berbagai inovasi dan terobosan dalam perencanaan pembangunan.
“Tahun kemarin Jatim berhasil menjadi yang terbaik, hari ini (Senin kemarin, red) adalah tahapan penilaian sebelum nanti pemerintah provinsi akan paparan di Jakarta sebagai penilaian akhir,” kata Budhi Santoso.
Penilaian tidak hanya dari tim Kementerian PPN, tetapi juga melibatkan 4-5 profesor yang akan melihat capaian beberapa sector, di antaranya pembangunan indeks manusia, kesehatan, pendidikan dan infrastruktur.
Saat ini, menurut Budhi indeks pembangunan manusia Jawa Timur paling rendah dibandingkan Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jogjakarta. “Itu data dari BPS, memang indeks pembangunan itu manusia adalah tolak ukur bagi kita semua, di sini akan terlihat bagaimana kinerja Jawa Timur,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, tugas pemerintah adalah bagaimana membuat rakyatnya pintar, sehat, dan kaya. Pintar itu misalnya rata-rata lulus sekolah itu yang tadinya 9 tahun (sampai SMP) ditingkatkan menjadi 12 tahun (lulus SMA red).
Dengan kualitas pendidikan baik maka akan berpengaruh terhadap produktivitas setiap sumber daya manusia yang dihasilkan. Misal, sebelumnya seorang tenaga kerja yang sebelumnya dalam sehari hanya mampu menghasilkan lima botol air, dengan pendidikan lanjutan mampu meningkatkan produktivitas menjadi 10 botol dalam satu jam.
Sektor kesehatan, indikator capaian bisa dari jumlah kematian ibu saat melahirkan. Semakin sedikit yang meninggal pada saat melahirkan berarti baik, atau usia semakin rata-rata penduduk Jatim.
“Misal sebelumnya rata-ratanya usia penduduk 65 tahun, bisa ditingkatkan menjadi 69 atau 72 tahun, itu menunjukkan kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas usia penduduk berhasil,” terangnya.
Sementara tingkat kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan pendapatan perkapitan terendah ada di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Ngawi Ponorogo dan Bondowoso. Sedangkan Malang dan Surabaya menjadi kota dengan daya beli masyarakat yang cukup tinggi mendekati Jakarta. “Orang Surabaya dan Malang banyak makanan dan barang-barang mahal dijual tapi laris, itu sama dengan Jakarta, ini menandakan jika daya beli masyarakat di kota ini tinggi,” imbuhnya.
Agar inflasi tidak terjadi, maka pemerintah harus memperhatikan, agar daya beli masyarakat bisa dijaga, sehingga ekononi bisa meningkat di seluruh kabupaten/kota, bukan hanya kota besar seperti Surabaya dan Malang. [tam]

Tags: