Tim PHP2D BEM Fakultas Saintek Umsida Beri Pelatihan Sistem Persawahan Mina Padi

Sidoarjo, Bhirawa
Tim Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) BEM Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammdiyah Sidoarjo menggelar workshop bertajuk Optimalisasi Pengembangan Ekowisata berbasis Pertanian Terpadu beberapa waktu lalu. Kegiatan ini merupakan program kampus merdeka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Menyasar masyarakat desa Sukolelo, Prigen-Pasuruan, topik yang diusung terkait mengelola sistem persawahan mina padi.
Dosen Umsida yang juga pemateri workshop Al Machfudz WDP, MM mengatakan pengelolaan sistem persawahan mina padi akan memberi banyak manfaat bagi pertanian masyarakat. Diantaranya di perolehnya dua macam hasil produksi sekaligus. Selanjutnya, petani menjadi lebih rajin mengawasi sawahnya.
“Keuntungan lainnya yakni kotoran ikan akan digunakan sebagai pupuk bagi tanaman padi,” urainya, Kamis (23/9).
Pengelolaan sistem persawahan mina padi juga dapat memperbaiki struktur tanah karena dalam mencari makan, ikan akan mebolak-balikkan lumpur. Agus juga menambahkan ikan akan membantu memakan binatang-binatang kecil yang merupakan hama tanaman padi.
Machfud melanjutkan penerapan sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi. Fungsi ikan sebagai penyelang diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan sebagai pengganti palawija di persawahan.
“Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem tersebut bisa ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain,” katanya.
Ikan mas dan karper, lanjut Machfud merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah. Karena ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih tahan terhadap matahari.
Machfud juga memberi saran agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu. Jika pemeliharaan ikan di sawah, hal itu harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada. Sehingga produksi padi tidak terganggu. Sedangkan pemeliharaan ikan sebagai penyelang dilakukan setelah tanah sawah dikerjakan sambil menunggu penanaman padi.
“Lamanya pemeliharaan biasanya 20-30 hari, sampai pada saat benih padi siap untuk ditanam.
Pada sistem ini biasanya hanya dilakukan untuk pendederan benih ikan. Yang tujuannya adalah setelah umur 20-30 hari, hasil dederan berubah menjadi anak ikan yang siap ditebarkan di kolam,” jelas dia.
Dikatakan Machfud, sistem mina padi sebenarnya tidak asing ditelinga masyarakat Sukolela. Namun, melalui program ini pihaknya berharap masyarakat desa Sukolelo dapat meneruskan dan meluaskan informasi bahwa ada wisata edukasi di desa Sukolelo.
“Kegiatan pemeliharaan ikan bersama padi sebaiknya disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman padi. Dalam satu kali tanam padi dapat dilakukan beberapa macam pemeliharaan ikan, sesuai dengan tujan pemeliharaan, apakah untuk ukuran benih saja atau untuk ukuran ikan konsumsi,” pungkas dia.
Sementara itu, Ketua tim PHP2D, Moch. Agus Hermawanto mengaku bersyukur atas antusiasme masyarakat dalam mengikuti rangkaian workshop untuk menjadikan desa Sukolelo menjadi desa Ekowisata.
“Tanpa peran masyarakat. Program ini tidak akan jalan. Jadi kami bersyukur dengan antusias mereka, “tandasnya. [ach,ina]

Tags: