Timnas U-19 Naikkan Kualitas

Bundane Lifi({}).JPEG-757062Kekalahan timnas U-19 dari Myanmar, harus menjadi tonggak peningkatan performa pada pemusatan latihan. Itu kekalahan kedua selama hampir 8 bulan berlaga, sudah mulai menjadi trauma timnas U-19. Publik bola Indonesia seakan meng-haramkan kekalahan, paling apes boleh hasil seri. Ini bisa dimaklumi karena timnas sangat diharapkan bisa berlaga pada kejuaraan dunia U-20 di Sydney tahun depan.
Timnas U-19 sudah berlaga sebanyak 20 kali. Hasilnya, 5 seri dan 2 kali kalah. Ironisnya, kedua kekalahan terjadi pada ujicoba internasional. Kekalahan terakhir (dengan skor 1-2) ditekuk oleh timnas negeri tetangga dekat, Myanmar, yang sepakbolanya tidak berprestasi benar. Bagaimana jika diadu dengan timnas Jepang, China, atau Korsel? Tentu makin miris. Tetapi tim-tim terkuat Asia harus dihadapi pada Piala Asia Oktober (2014) mendatang.
Siap atau tidak siap, timnas U-19 sudah terlanjur menjadi pengharapan terakhir publik bola Indonesia. Setidaknya pada Piala Asia di Myanmar, timnas Indonesia harus berada pada peringkat ke-4, agar bisa berlaga pada Piala Dunia U-20, setahun berikutnya. Beruntung saat undian, Indonesia berada pada grup B. Yang akan dihadapi adalah timnas Uzbekistan, UEA dan Australia. Ini bukan tim lawan enteng. Misalnya, tim Australia dipersiapkan sebagai andalan tuan rumah Piala Dunia.
Maka menjadi runner-up grup sudah beruntung. Lalu coba keberuntungan lagi maju ke babak delapan besar. Targetnya harus lolos menjadi empat besar. Karena itu coach Indra Sjafire harus lebih memutar otak memperbaiki kualitas individual timnas asuhannya. Yang tak kalah strategis adalah, catatan (dan rekaman pertandingan) tiap personel lawan, terutama Australia, Vietnam, China dan Jepang.
Waktu semakin pendek (kurang 4 bulan lagi), sehingga Indra Sjafrie tak perlu bongkar pasang dengan pemain baru. Personel yang dimiliki saat ini sudah cukup bagus, tinggal meningkatkan kualitas individual serta sence team works. Dengan peningkatan ketrampilan perebutan bola serta finishing, timnas Evan Dimas dkk masih bisa diandalkan.
Dengan catatan itu seorang coach bisa menentukan siapa melawan siapa secara head to head. Seluruh pelatih timnas selalu memiliki catatan pemain lawan, termasuk kecepatan berlari dan kekuatan tendangannya. Ingat, lolosnya timnas ke Myanmar, terjadi dengan drama adu penalti melawan Korea Selatan. Begitu pula sebagai juara AFF 2013, timnas tidaklah mulus benar. Misalnya, pernah dikalahkan Vietnam pada babak penyisihan.
Sejak dikalahkan Vietnam 1-2 di babak penyisihan grup Piala AFF 2013 pada 14 September 2013, sejauh ini timnas U-19 belum terkalahkan. Bahkan memetik kemenangan besar dengan skor 4-2 saat menghadapi Persebaya yunior (U-21).  Walau belum pernah kalah, tapi itu menandakan timnas belumlah hebat. Misalnya, timnas hanya mampu meng-kongkret-kan hasil sebanyak 20 gol dari 207 peluang. Artinya, kurang dari 10% peluang yang bisa menjadi gol.
Finishing wajib ditingkatkan pada barisan penyerang. Pada laga melawan Myanmar banyak peluang (Evan Dimas, dan Ilham Udin) seharusnya berbuah gol  Sedangkan barisan belakang mesti mengontrol emosi. Tragedi bek Hansamu Yama (yang dihukum kartu merah) dan Ryuji Utomo (hands ball), tidak boleh terjadi. Karena itu emosi timnas juga harus diperbaiki. Mestinya, Indra Sjafrie menyiapkan siasat “mengawal” lawan se-tipe Aung Thu (Myanmar). Harus dihindari ball-fever, demam bola, yang menyebabkan emosi (detak jantung) tidak stabil.
Kekalahan dari timnas Myanmar tidak cuma direnungi, melainkan menjadi catatan pelatih. Misalnya, hampir seluruh peserta Piala Asia berkiblat pada sepakbola pola Eropa. Setidaknya, rata-rata pelatih pernah belajar dari Academy klub-klub Eropa. Karena itu wacana ujicoba ke Eropa patut direalisasi, termasuk mengikuti turnamen L’Alcúdia International Under-20 Football Tournament (COTIF) di Valencia, Spanyol.

———   000   ———

Rate this article!
Tags: