
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sinarto
Pemprov, Bhirawa
Kecemasan terhadap Covid-19 berdampak signifikan pada berbagai sektor pariwisat di Jatim. Selain penutupan sejumlah tempat wisata, okupansi hotel pun terjun bebas hingga mencapai 20 persen.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sinarto menjelaskan, beberapa hotel mengaku sudah tinggal 20 persen okupansinya per tanggal kemarin, Selasa (17/3). Sementara untuk rata-rata di Jatim per 14 Maret lalu, okupansi hotel tinggal 35 persen. “Tingkat okupansi rata-rata tersebut dicatat oleh PHRI (Persatuan Hotel Republik Indonesia) secara nasional dan Jatim rata-ratanya 35 persen,” kata Sinarto ditemui di Gedung Negara Grahad, Selasa (17/3).
Sinarto mengaku, dampak yang terjadi akibat Covid-19 ini cukup signifikan. Penurunan okupansi hotel terjadi cukup drastis. Sebab, idealnya hotel dapat mencapai okupansinya di angka 80 persen ke atas.
Disinggung terkait pentupan sejumlah tempat wisata, ia menjelaskan bahwa hal tersebut diperbolehkan sebagai pilihan masing-masing pengelola atau penanggung jawab. Setiap pengelola, memiliki kebijakan atau dapat memutuskan untuk berupaya memberikan keselamatan bagi warga maupun wisatawan.
Kedua, jika tempat wisata tetap dibuka, pihaknya berharap wisatawan mendapatkan pelayanan terbaik agar dapat terhindar dari ancaman corona. “SOP kami masih sebatas pada layanan terbaik untuk wisatawan agar terhindar corona. Bukan pada SOP melarang tempat wisata dibuka,” tutur Sinarto.
Sinarto mengaku, pihamnya telah melakukan kordinasi dengan pengelola tempat wisata dan hotel di Jatim terkait perkembangan saat ini. Dari kordinasi tersebut, mereka mengeluhkan turunnya jumlah wisatawan hingga okupansi hotel. “Sampai sekarang belum ada pelarangan karena istilah lock down belum kita pikirkan sejauh itu. Dan harus diketahui bahwa pariwisata itu salah satu sumber ekonomi, tetapi keselamatan pengunjung kita harus utamakan,”pungkas Sinarto.
Sementara itu kondisi yang sama juga terjadi di Pasuruan, jumlah pengunjung hunian turun drastis “Okupansi hotel dalam beberapa pekan kemarin turun drastis. Baik hotel berbintang maupun non bintang. Ini akibat penyebaran virus corana,” ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pasuruan, Djoko Widodo.
Memang, okupansi di wilayah Pasuruan didominasi warga Jatim. Sedangkan turis asing biasa ada. Namun, semenjak heboh virus corona, turis asing tidak ada sama sekali. “Saat ini, dimana-mana terjadi penurunan okupansi. Sebelum wabah ini ada, turis di hotel-hotel berbintang di Pasuruan nyaris seliweran. Tapi semenjak wabahnya corona, langsung tidak ada turis yang berkunjung ke Pasuruan,” kata Djoko Widodo. [tam.hil]