Tinggal Pilih Sate Kelinci atau Nasi Pecel, Depot Miroso Bisa Jadi Alternatif

Rombongan wisatawan dari Surabaya foto bersama di depan Depot Miroso. Dengan pilihan 60 menu lebih, depot ini bisa menjadi alternatif bagi wisatawan lokal dan mancanegara yang tengah berkunjung ke Telaga Sarangan.

Rombongan wisatawan dari Surabaya foto bersama di depan Depot Miroso. Dengan pilihan 60 menu lebih, depot ini bisa menjadi alternatif bagi wisatawan lokal dan mancanegara yang tengah berkunjung ke Telaga Sarangan.

Kota Surabaya, Bhirawa
Setiap berkunjung ke suatu destinasi wisata, biasanya bukan hanya melulu menikmati objek wisatanya saja. Tapi juga fasilitas penunjang lainnya seperti pernak-pernik souvenir, hiburan lain, hingga kuliner khas juga bakal diburu. Lalu apa yang menarik di Sarangan selain view telaga dan alam sekitarnya?
Setiap wisatawan yang berkunjung ke Telaga Sarangan, direkomendasikan untuk mencicipi makanan khas daerah tersebut. Yaitu sate kelinci dan nasi pecel. Dua kuliner ini sangat mudah dijumpai di kawasan wisata ini. Harganya juga sangat terjangkau, yakni hanya Rp 12 ribu per porsi untuk sate kelinci. Sedangkan nasi pecel, rata-rata harganya Rp 7.500 per pincuk. Itu sudah termasuk lauk sederhana, telur, tempe, plus peyek.
Jika ingin menikmati sate kelinci dan nasi pecel, wisatawan tak perlu susah-sudah keliling mencarinya. Sebab biasanya penjual yang warga sekitar Telaga Sarangan akan datang ke vila-vila menawarkan dagangannya. Begitu pula saat wisatawan keliling ke telaga, akan banyak penjual sate kelinci dan nasi pecel.
Menurut salah seorang penjual sate kelinci, Sutrisno, jumlah wisatawan jika hari-hari biasanya tidak begitu ramai. Namun jika memasuki akhir pekan atau hari libur, jumlahnya bisa membeludak. Apalagi, jika libur hari raya atau tahun baru jumlah wisatawan mencapai ribuan orang.
Sutrisno mengatakan, para wisatawan yang datang ke Telaga Sarangan biasanya ingin menikmati pemandangan alam pegunungan yang masih asri. Saat di Sarangan, wisatawan juga bisa menikmati speed boat dengan harga sewa Rp 60 ribu satu kali keliling Telaga Sarangan, yang bisa dinaiki empat orang. Selain itu, juga bisa naik kuda dengan harga sewa Rp 50 ribu satu kali putar telaga.
“Sebaiknya, kalau naik speed boat wisatawan bilang ke pengemudinya agar tidak terlalu cepat mengemudinya. Biar wisatawan bisa menikmati pemandangan kaki bukit Gunung Lawu yang masih asri,” kata lelaki yang sudah menjual sate kelinci selama 12 tahun ini.
Jika ingin menikmati kuliner selain sate kelinci dan nasi pecel, wisatawan juga bisa menikmati hidangan lain di depot-depot sekitar Telaga Sarangan. Terdapat puluhan depot atau rumah makan yang tentunya harganya sangat terjangkau dan menunya cukup menggoda.
Salah satu depot yang cukup populer di Telaga Sarangan adalah Depot Miroso, milik Sunarto tokoh warga Sarangan. Saat awal berdiri pada Juni 1984 silam, Depot Miroso hanya memiliki beberapa menu saja. Namun setelah sukses berkibar, Depot Miroso sekarang memiliki lebih 60 menu yang setiap saat bisa dipesan wisatawan.
Menurut Sunarto, depot yang terletak di Jalan Telaga Sarangan Nomor 88, Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Magetan ini, memiliki banyak makanan spesial. Di antaranya gurami goreng, nasi goreng, sup buntut hingga tempe penyet.
“Depot Miroso ini menjadi pelopor bagi depot-depot lain di Telaga Sarangan. Dulu menu-menu depot di Sarangan hanya menyajikan menu-menu biasa. Seperti nasi pecel, pecel lele dan beberapa ikan goreng. Kemudian istri saya mencoba resep-resep lain dan sukses. Kemudian baru diikuti depot-depot lainnya,” jelasnya.
Dengan banyaknya menu yang disajikan, wisatawan yang menikmati hidangan di Depot Miroso bukan hanya dari wisatawan domestik, tapi juga luar negeri. Seperti wisatawan Itali, Perancis, Belanda, Polandia, Jerman, Polandia, Suriname hingga Serbia.
“Mayoritas kesan para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke depot saya merasa sangat senang. Selain makanannya enak, harganya juga cukup terjangkau. Jika makan di negara mereka dengan menu yang sama harganya bisa mencapai 15 Euro, di depot saya cukup 4 Euro saja,” katanya.
Pemilik depot yang biasa disapa Pak Wo ini mengaku, selain wisatawan asing yang menikmati menunya, para petinggi negeri ini juga sering makan di depotnya. Bahkan depotnya juga sering menjadi jujukan Gubernur Jatim mulai dari Soelarso dan Imam Utomo. “Kalau Pakde Karwo belum sempat ke sini. Dulu pernah akan diagendakan, tapi dibatalkan karena padatnya waktu kunjungan ke Magetan,” ungkapnya.
Pak Wo mengatakan untuk menjaga kualitas menu-menunya, dirinya bersama istri Harti Yulianingsih rela berburu barang hingga ke Solo, Jawa Tengah. Biasanya, untuk ikan gurami, nila, lele, udang, cumi-cumi, kerupuk dan emping, ia beli dari Solo. Sedangkan sayur-sayuran diambil dari Magetan, dan ayam kampung dari Madiun.
“Semua yang masak menu istri saya didampingi empat pembantu. Istri saya memang memiliki bakat memasak dari keluarga. Semua keluarga istri bisa memasak. Kalau musim liburan kita bisa menghabiskan beras hingga 75 kg, tapi kalau sepi ya hanya 5 kg. Makanya kalau lagi ramai, kami sampai loyo,” ungkapnya, sambil tersenyum. [iib]

Tags: