Tinggalkan Profesi Nelayan, Tekuni Seni Kaligrafi dan Miniatur Perahu

Haji Ahmad Rofiq dengan karya kaligrafi yang dituangkan dimedia krey bamboo. [Effendi]

Asah Talenta Selama Dalam Penjara
Jember, Bhirawa
Menekuni seni Kaligrafi menjadi pilihan hidup H. Ahmad Rofiq pasca keluar dari Lembaga Pemasyarkatan Kelas II Jember, beberapa tahun silam. Pekerjaan sebagai nelayan yang sejak muda ia sandang selama ini, harus ia tinggalkan untuk bisa mengembangkan talentanya dibidang seni lukis dan Kaligrafi secara otodidak. Berkat ketekunanya, banyak buah karya kaligrafi ayat-ayat Al-quran menghiasai beberapa masjid di Kabupaten Jember.
Haji Rofiq Kaligrafi begitu warga Puger Kulon Kecamatan Puger memanggilnya. Profesi nelayan yang ditekuni selama 19 tahun, ia ditinggalkan Beberapa perahu yang selama ini menjadi tumpuan hidup keluarga, ia jual demi menekuni profesi barunya.
Sebenarnya, kata bapak berputra empat ini mengaku, dasar menulis kaligrafi dimiliki saat mondok di beberapa pesantren safafi di Jember. Namun talenta itu tidak pernah diasah secara mendalam karena setiap hari harus berjibaku dengan kerasnya ombak laut pantai selatan. Namun semenjak kesandung persoalan hukum, pria yang akrab disapa Ji Rofiq mengaku lebih banyak mengasah talentanya didalam Lapas Kelas II Jember.
Selain lihai menulis indah huruf arab, ternyata Ji Rofiq juga ahli membuat miniatur perahu / kapal laut dari bahan dasar kayu. Tak jarang hasil karyanya laris manis terjual sebagai souvenir dari warga binaan Lapas Jember.” Banyak kegiatan yang ditempa saat menjadi warga binaan. Salah satunya mengasah kemampuan diri (talenta) yang merupakan salah satu program yang diterapkan oleh warga binaan,’ ungkap Ji Rofiq kepada Bhirawa.
Sejak menghirup udara bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Jember 2016 silam, menjadi langkah awal bagi Ji Rofiq dalam menapaki kehidupan selanjutnya. Bapak berputra empat ini lebih memilih menjadi seniman ketimbang menjadi seorang nelayan. Dengan mematok tarif yang sangat rendah, banyak pesanan kaligrafi, utamanya menulis ayat-ayat Al-quran didalam masjid.
“Kami mematok harga Rp.150 ribu / meter persegi. Ayat / kalam yang akan ditulis tergantung permintaan. Saya sengaja mematok harga murah, itung-itung untuk beramal,” ungkap pri berusia 43 tahun ini tersenyum.
Kelihaiannya corat coret tembok masjid dengan ayat-ayat kitab suci Al-quran, membuat sebagian orang yang melihatnya berdecak kagum. Pasalnya, Ji Rofiq tanpa sket terlebih dahulu, langsung memainkan kuasnya diatas tembok masjid.” Membuat kaligrafi di masjid itu ada rumusnya. Sehingga panjang ayat dengan panjang media (tembok) yang akan ditulis jadi pas. Beda dengan kaligrafi yang dibuat diatas kanvas,” ungkapnya pula.
Sementara, Mantan Pembina warga binaan di Lapas Kelas II Jember H. Achmad Sudiyono mengatakan sosok H. Ahmad Rofiq ini memiliki talenta kuat di bidang seni, mulai dari seni kaligrafi, seni lukis, seni pahat dan berbagai kerajinan tangan lainnya.
“Dengan bakatnya itu, Ji Rofiq menjadi penggerak bagi warga binaan lainnya. Dengan sedikit sentuhan dan motivasi selama menjadi warga binaan, hasilnya sangat luat biasa. Talentanya semakin terasah selain bidang keagamaan lainnya,” ujar Achmad Sudiyono kemarin.
Dari pengalaman hidupnya sebagai warga binaan, ada hikmah yang bisa dipetik secara mendalam Ji Rofiq. Dengan terus mengasah potensi dirinya, Ji Rofiq yang semula seorang nelayan besar di Puger, kini menjadi seorang seniman terkenal di Jember.
“Yang membuat orang kagum, setiap menulis ayat, Ji Rofiq ini tanpa menggunakan konsep atau sket terlebih dahulu. Biasanya orang kalau buat kaligrafi, dikonsep atau disket terlebih dahulu dengan pensil atau batu kapur, lalu baru menulis. Tapi Ji Rofiq ini beda, pokok tahu ayat yang diinginkannya, ia langsung menulis di media yang ada. Ini yang membedakan seniman kaligrafi dengan seniman-seniman lainnya,’ pungkasnya. [Effendi]

Tags: