Tingginya Kejadian Tanah Longsor, Desak Penambahan EWS di Kota Batu

Tingginya intensitas hujan saat ini harus menjadi perhatian semua pihak terutama dalam mengantisipasi bencana tanah longsor di Kota Batu

Kota Batu,Bhirawa
Baru memasuki hari ke-21 di bulan Januari, sudah tercatat sebanyak 38 kejadian bencana alam di Kota Batu. Dan yang menjadi perhatian mayoritas bencana alam ini adalah musibah tanah longsor. Hal ini mendesak segera dilakukannya penambahan pemasangan alat detektor longsor EWS di titik- titik rawan.

Sebagai tindakan kesiapsiagaan BPBD Kota Batu menargetkan 15 unit pemasangan alat pendeteksi tanah longsor early warning system (EWS). Dan saat ini Kota Batu baru memiliki 4 unit EWS dengan harga Rp 110 juta per unit. Artinya, Kota Batu masih membutuhkan 9 alat pendeteksi longsor sebagai upaya mengantisipasi adanya korban ketika terjadi bencana longsor.

“Karena itu tahun ini BPBD Batu mengajukan anggaran pengadaan enam alat pendeteksi longsor. Pengadaan dilakukan secara bertahap. Dan enam alat tersebut nantinya akan dipasang di pada desa/kelurahan yang rawan terjadi longsor. Seperti permukiman yang ada di kawasan perbukitan daerah lereng,” ujar Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, Kamis (21/1)

Saat ini BPBD telah memetakan beberapa daerah yang rawan longsor. Di antaranya, Desa Sumber Brantas, Tulungrejo, Gunungsari, dan Sumbergondo. Selain itu, satu titik berada di kawasan payung yang ada di Kelurahan Songgokerto.

“Alat ini nantinya akan mengidentifikasi pergerakan tanah yang dideteksi oleh kabel baja ekstensometer. Sehingga ketika ada pergeseran tanah, alarm akan berbunyi dan warga bisa segera mengungsi. Dengan demikian bisa mencegah adanya korban,”jelas Agung.

Diketahui, selama bulan Januari peristiwa bencana terjadi sebanyak 38 peristiwa. Musibah tanah longsor masih jadi dominan dengan 24 kejadian. Adapun musibah yang lain berupa bencana banjir, angin kencang, dan retakan tanah.

Ditambahkan Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Kota Batu, Achmad Choirul Rochim bahwa ancaman bencana rawan terjadi ketika memasuki musim hujan. Terlebih pada musim hujan kali ini disertai fenomena la nina. Dibanding tahun lalu, curah hujan harian lebih tinggi yakni bisa mencapai 300-500 milimeter.

Bencana longsor masih mendominasi, lantaran topografi Kota Batu dikelilingi oleh perbukitan. “Untuk dampak yang ditimbulkan ada beberapa. Mulai dari plengsengan ambrol, rumah rusak, hingga drainase rusak. Secara material seluruh kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,6 miliar,” ujar Rochim.

Untuk melakukan perbaikan diperkirakan menelan anggaran Rp 2,9 miliar. Anggaran perbaikan dikucurkan melalui anggaran belanja tidak terduga (BTT) yang tahun ini dialokasikan sebesar Rp 10,8 miliar.(nas)

Tags: