Tingkatkan Kompetensi SDM Indonesia

foto ilustrasi

Guna menjawab tantangan bonus demografi, yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2030-2040 mendatang merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah yang tidak mudah. Pasalnya, dibutuhkan suatu sumber daya manusia (SDM) berkualitas unggul untuk berinovasi dalam menjawab tantangan bonus demografi tersebut. Tantangan pembangunan SDM ke depan akan semakin berat, terlebih era disrupsi akan terus terjadi seiring perkembangan zaman dan teknologi, bahkan bukan mustahil dapat mengancam masa depan generasi penerus bangsa yang tidak memiliki kesiapan. Berangkat, dari kenyataan itulah tidak heran jika persoalan SDM dinegeri ini perlu terus mendapat perhatian dari pemerintah dan publik.

Berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, pada tahun 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode itu, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia yang diproyeksikan mencapai 297 juta jiwa, (Kompas, 11/10/2021).

Itu artinya, bonus demografi haruslah dicermati secara bijak agar produktivitas dan daya saing penduduk usia produktif di Indonesia terus mengalami peningkatan. Logis adanya, jika dalam menyosong bonus demografi sangatlah dibutuhkan sebanyak mungkin SDM berkualitas unggul untuk berinovasi sekaligus menjawab tantangan ke depan, sehingga akses dan fasilitas pendidikan yang baik bagi generasi muda menjadi kunci utama untuk menghasilkan SDM Indonesia yang kompeten.

Agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah, maka haruslah diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja. Dengan demikian sangat dibutuhkan sinergisitas antara pemerintah dan masyarakat melalui pelatihan vokasi di balai latihan kerja (BLK) agar selebihnya dapat mengakselerasi penyiapan tenaga kerja terampil yang berkualitas dan berdaya saing dalam jumlah yang masif dan tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Asri Kusuma Dewanti
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: