Tingkatkan Kualitas SMK, Magang Bisa Sampai 10 Bulan

Dr Saiful Rachman

Tekankan Sekolah Harus Proaktif Kerjasama dengan DUDI
Surabaya, Bhirawa
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak para stakeholder, baik pemerintah maupun dunia usaha dunia industri (DUDI) untuk memperkuat program pendidikan dual system SMK. Salah satunya dengan memperbaharui MoU, kurikulum maupun kerjasama magang. Upaya itu dilakukan untuk mendongkrak link and match SMK dengan DUDI sekaligus menekan angka pengangguran dari lulusan SMK.
Menurut Khofifah, selama ini pihaknya masih menjumpai magang siswa SMK yang relatif singkat, yaitu 12 hari. Padahal, siswa yang bersangkutan berasal dari jurusan mekanik. Oleh karena itu, pihaknya menginginkan jika pendidikan siswa magang akan diperkuat hingga sampai 10 bulan. Magang, katanya, masih menjadi keluhan perusahaan karena attitude siswa yang kurang baik. Selain itu, siswa juga tidak terbiasa bekerja hingga sore. Oleh karena itu, pihaknya akan menyusun kurikulum baru terkait magang.
“Diharapkan ada perbaikan attitude, tanggung jawab, kedisiplinan dan teamwork,”ujar dia.
Namun, langkah tersebut lanjut dia, juga harus didukung oleh dunia industri, agar siswa SMK bisa magang lebih lama. Tujuannya, para siswa nantinya bisa lebih siap saat masuk dunia kerja.
“Jadi sudah mulai diperluas. Misalnya untuk menyiapkan anak-anak magang dalam waktu yang cukup lama bisa sampai 10 bulan. Karena diperlukan standardisasi yang akan menjadi pintu masuk bagi akreditasi SMK,”kata dia.
Melalui penguatan program dual system SMK tersebut, pihaknya optimis masyarakat lebih sejahtera. Angka kemiskinan dan pengangguran di Jatim juga bisa ditekan. Terutama ketika program tersebut menyasar daerah pinggiran yang diasumsikan generasi mudanya tidak masuk perguruan tinggi. “Di pinggir-pinggir itulah sentra kemiskinan kita. Sehingga dual system ini bisa berdampak pada penurunan kemiskinan di pedesaan,”jelas dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Saiful Rachman mengungkapkan jika saat ini, durasi magang SMK masih parsial. Artinya, ada sekolah yang menerapkan magang industri satu semester, juga ada yang satu bulan, ada juga yang kurang dari itu.
“Akan kita wajibkan. Kalau mau jadi SMK yang berkualitas ya mengikuti pola di Jatim,”tegas dia.
Pola yang dimaksud yakni magang paling tidak satu semester (6 bulan) atau bahkan 10 bulan. Hal itu karena, pihaknya menilai jika selama ini magang masih bergantung pada kemampuan sekolah dalam bekerjasama dengan industri. Akhirnya, hal itu berdampak pada belum semua SMK serius dalam hal proses magang untuk peserta didiknya. “SMK dan industri link and match nya harus jalan. Tidak cukup satu bulan selesai,”katanya.
Oleh karena itu, pihaknya sedang menyusun teknis kurikulum magang. Sehingga durasi magang selama satu semester tidak hanya sekedar imbauan. Melainkan juga mengajak kepala sekolah untuk memperkuat kerjasama dengan industri.
“Tidak hanya sekedar nyuruh siswanya bawa surat, lalu dibiarkan cari sendiri. tapi sekolah juga harus proaktif,”tutur Saiful.
Di samping itu, Saiful juga menerangkan terkait materi untuk magang yang harus tersistem. Sehingga siswa bisa terlibat secara riil dalam proses industri. Itu dilakukan untuk menghindari siswa yang hanya diminta melakukan fotokopi berkas saat magang.
“Mental anak didik sebelum turun ke lapangan juga harus digembleng. Karena keluhan masih banyak dari industri,” kata dia.
Terkait teknis kurikulum magang tersebut, Saiful menuturkan jika akan diterapkan pada tahun ajaran baru mendatang. Hal itu sekaligus menjadi antisipasi lulusan SMK yang menyumbang pengangguran terbesar. Menurut dia, serapan lulusan SMK ke dunia kerja rata-rata 64 persen per tahun. Sekitar 11 persen lainnya masih mencari kerja. Sedangkan selebihnya melanjutkan studi ke jenjang ang lebih tinggi dan ada yang membuka lapangan kerja mandiri.
“Jadi, yang 11 persen itu targetnya diperkecil lagi. Kita hilangkan kesan SMK pengangguran terbesar,” jelasnya lagi. [ina]

Tags: