Tingkatkan Literasi, Daerah Harus Fokus Pemberdayaan SDM

Anggota Balitbang (kiri) bersama Kepala SDN Bubutan IV, Sastro (tiga dari kiri), Kak Haris dan Duta Literasi membentuk simbol salam literasi usai meninjau kegiatan literasi sekolajh, Kamis (13/9).

Surabaya, Bhirawa
Upaya tingkatkan literasi Kabupaten/kota melalui indek literasi Nasional, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudaya, Balitbang Kemendikbud lakukan kunjungan di beberapa daerah di Indonesia. Surabaya menjadi kota ketiga setelah Pontianak dan Padang. Dua kota lainnya adalah Ternate dan Jawa Barat. Kunjungan Balitbang Kemendikbud menyasar pada perpustakaan sekolah dan taman baca yang dimiliki perkampungan.
Di Surabaya, ada tiga sekolah yang dikunjungi oleh Balitbang. Di antaranya SDN Bubutan IV Surabaya, SMPN 3 Surabaya, dan SMAN 5 Surabaya. Serta Perpustakaan kota, perpustakaan RW di kecamatan Genteng dan perpustakaan masyarakat Dolly.
Diungkapkan anggota Balitbang Kemendikbud, Lukman Solihin jika pihaknya ingin mengetahui peningkatan literasi melalui beberapa indikator. Misalnya dari fasilitas perpustakaan, sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola perpustakaan dan kondisi perpustakaan.
“Bagaimana fasilitas yang ada di perpus ini bisa digunakan. Ada program nggak untuk memantik atau meningkatkan minat baca siswa atau anak-anak? Lalu bagaimana dengan SDM nya? Sudah ada binaan dalam mengoptimalkan fungsi perpus. Hal-hal semacam itu yang nanti akan kita nilai,” ungkap dia.
Yang membedakan kota Surabaya dan tempat lain, imbuh dia, adalah adanya tenaga pustakawan yang direkrut dan dibina oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip). Sementara di tempat lain hal tersebut belum ada.
“Artinya ini terobosan yang baik, karena ada fasilitas tadi kalau tidak di dukung dengan SDM yg memadai, kebermanfaatan perpustakaan akan kurang maksimal,” terang Lukman.
Dari beberapa aspek tersebut, perpustakaan kota Surabaya mendapat kesan yang cukup bagus bagi Balitbang Kemendikbud diantara dua kota yang telah dikunjungi. Lukman Solihin mengatakan ada beberapa inovasi dan hal-hal baru yang dimunculkan dalam giat literasi. Misalnya di SDN Bubutan IV, mengadakan sebuah program mendongeng yang dilakukan oleh pustakawan. Selain itu, ada penghargaan bagi siswa dalam berliterasi.
“Ada duta literasi maupun lomba dongeng. Ini program-program yang mendukung fasilitas perpus. Terakhir kami kesini (SDN Bubutan IV) 2015 belum ada seperti ini,” papar dia.
Di samping itu, lanjut dia, perkembangan literasi di Surabaya diakui Lukman Solihin mengalami peningkatan. Di mana salah satu program nya, yaitu tantangan membaca secara kuantitas berpengaruh pada tingkat kebutuhan buku. Yang sebelumnya, di tahun 2015 kebutuhan buku hanya sekitar satu juta. Tahun ini naik menjadi dua juta buku.
“Kami katakan, Surabaya menjadi kota terbaik untuk literasi. Indikator ini bisa dilihat dari perda yang mengatur literasi. Bagimana mengatur standart dari pengelola perpustakaan,.program standarisasi perpustakaan sekolah, koleksi buku, dan merekrut tenaga pustakawan yang dilatih secara profesional. Ini menjadi dasar hukum dinas perpustakaan untuk meningkatkan giat literasi di Surabaya,” jelas dia.
Ia berharap, jika kedepan, ada banyak tempat yang bisa “meniru” langkah kota Surabaya dalam meningkatkan giat literasi. Baik disekolah maupun di masyarakat. “Di tempat lain mungkin SDM nya melimpah tapi belum tahu caranya. Atau SDM nya berkurang tapi koleksi perpusnya lengkap. Ini semoga kota-kota lain bisa belajar dari kota Surabaya dalam pemberdayaan SDM untuk peningkatan literasi,” pungkas dia.

Wajibkan Karya Tulis, Tumbuhkan Semangat Literasi
Dalam meningkatkan giat literasi, sepertinya sudah dijalankan dengan baik oleh SDN Bubutan IV Surabaya. Terbukti, salah satu syarat dalam meluluskan siswanya adalah menyertakan hasil karya literasi seperti cerita pendek maupun cerita bergambar (cergam).
“Jadi untuk kelas 6, setiap anak lulus, harus menyertakan karya hasil literasi. Selain itu, mereka juga kami dorong untuk mengikuti lomba menulis cerpen tingkat kota,” ungkap kepala SDN Bubutan IV Surabaya, Santro.
Di samping itu, pihaknya juga menekankan program wajib baca disertai dengan produk para siswa dan guru dalam menunjang pembelajaran. Ia berharap kedepan, giat literasi seperti mendongeng bisa dikombinasikan dengan berhitung.
“Selama ini literasi kan ada dongeng dan baca. Mungkin bisa dikombinasikan dengan menghitung. Jadi anak-anak lebih tertarik lagi,” tandas dia.
Sementara itu, bagi Haris Rizki menjadi tenaga perpustakaan sekaligus pendongeng merupakan bentuk panggilan jiwa dalam mengembalikan dunia anak-anak. Menurut dia, leberadaan gadget justru membuat anak kehilangan hari-hari imajinasinya.
“Saya ingin merangkul kembali anak-anak ke dunia buku dan dongeng. Agar mereka bisa kembali kedunianya,” ungkap tenaga perpustakaan kota Surabaya ini.
Seperti yang dijelaskan oleh Balitbang Kemendikbud sebelumnya, salah satu program yang bisa meningkatkan literasi dalam diri anak-anak adalah dengan duta literasi. Dalam hal ini, Haris mengaku jika ada beberapa tahapan dalam menentukan duta literasi di beberapa sekolah.
“Syarat utama menjadi duta literasi haruslah bisa mendongeng,” lanjut dia.
Salah satu duta literasi SDN Bubutan IV Surabaya, Sofiatun Nisa mengatakan dengan banyak membaca buku ia bisa mengetahui berbagai pengetahuan. Diantara buku yang sering ia baca adalah cerita rakyat. “Kalau baca cerita rakyat kan bisa tau juga pengetahuan tentang daerah itu. Kayak keong mas,” kata siswa kelas 4 itu dengan polosnya. [ina]

Tags: