Tingkatkan PAD, PT PWU Ikut Garap Tol Krian-Manyar

Setelah tol Mojokerto-Surabaya (Sumo) selesai dibangun, kini PT PWU Ikut garap Tol Krian-Manyar.

Setelah tol Mojokerto-Surabaya (Sumo) selesai dibangun, kini PT PWU Ikut garap Tol Krian-Manyar.

Pemprov, Bhirawa
Salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov Jatim, PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim mengambil langkah berani dengan ikut menggarap pembangunan tol Krian-Manyar. Tujuannya untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang signifikan.
“Investasi dalam proyek ini totalnya mencapai Rp12,026 triliun. Sedangkan komposisinya PT Waskita Karya 55 persen, swasta 25 persen dan PT PWU Jatim 20 persen. Sekarang sedang dalam proses pematangan kerjasama join ventura,” ujar Direktur Utama PT PWU Jatim, Basanto, Rabu (21/9).
Menurut dia, proyek tol yang membentang mulai Krian-Legundi-Bunder-Manyar ini sepanjang 39 kilometer. Proyek tol ini tergolong baru karena menggunakan model unsolicitade. Dimana proses pembebasan lahan akan dilakukan sendiri oleh perusahaan joint venture hingga pengerjaan fisiknya. Sedangkan fungsi pemerintah hanya akan memberikan izin konsesi hingga jalan tol tersebut nantinya menjadi milik pemerintah.
“Sesuai rencana, jalan tol Krian-Manyar sebagian besar menggunakan elevated (menggantung) sehingga pengerjaanya memakan biaya mahal. Namun di sisi lain kebutuhan lahan tidak terlalu besar karena lahan yang akan dibebaskan sebagian besar berupa sawah, tegalan, tambak dan tanah milik pengairan,” paparnya.
Saat ini proses pembebasan lahan terus dilakukan sehingga dijadwalkan mulai 2017 pengerjaan fisik sudah bisa dimulai. “Kalau berjalan lancar tahun 2019 mendatang jalan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar sudah bisa dioperasikan,” harap Basanto.
Tak hanya jalan tol, PT PWU Jatim juga tengah mematangkan rencana kerjasama dengan salah satu BUMN farmasi, yaitu PT Indo Farma untuk pengembangan usaha PT Casa Husada salah satu anak perusahaan PT PWU Jatim memproduksi infus. Terlebih, usaha ini sangat menjanjikan karena pangsa pasarnya sangat terbuka.
“Kebutuhan infus di Indonesia masih kekurangan sekitar 100-120 juta. Bahkan kebutuhan infus Jatim yang mencapai hampir 40 juta baru terpenuhi sekitar 12 juta. Jadi ini merupakan peluang besar karena selama ini pemain usaha ini hanya didominasi PT Otsolen dan anak perusahaannya saja,” ujarnya.
Di singgung soal kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha produksi infus, Basanto menyatakan tidak terlalu besar yakni sekitar Rp60 miliar. “Kita hanya akan menyediakan lahan yang dekat dengan sumber air bersih. Sedangkan mesin akan ditanggung PT Indo Farma, sekaligus menjadi leader market karena sudah pengalaman di bidang farmasi,” jelasnya.
Ia juga tidak memungkiri, rencana pengembangan dan peremajaan usaha PT PWU Jatim ini belum dibicarakan dengan DPRD Jatim karena masih dalam proses pematangan. “Nanti kalau sudah matang, pasti rencana tersebut akan kami sampaikan ke DPRD Jatim supaya mendapatkan dukungan,” ujarnya. [iib]

Tags: