Tingkatkan Standardisasi Kompetensi dan Butuh Campur Tangan Pemerintah

Kadisperindag Jatim Dr Ir Moch Ardi P MEng Sc ME menunjukkan salah satu akik pada Kadisbudpar Jatim Dr H Jarianto MSi  dan Kepala BKD Jatim H Siswo Heroetoto SH, MHum, MM. Akik tersebut merupakan koleksi batu nusantara milik para penggiat batu nusantara.

Kadisperindag Jatim Dr Ir Moch Ardi P MEng Sc ME menunjukkan salah satu akik pada Kadisbudpar Jatim Dr H Jarianto MSi dan Kepala BKD Jatim H Siswo Heroetoto SH, MHum, MM. Akik tersebut merupakan koleksi batu nusantara milik para penggiat batu nusantara.

Penggiat Batu Nusantara Gelar Sarasehan Bersama Pemprov Jatim
Kota Surabaya, Bhirawa
Penggiat batu nusantara menggelar sarasehan dengan menggandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim. Kegiatan sarasehan dihadiri Kepala Disbudpar Jatim Dr H Jarianto MSi juga ada Kepala BKD Jatim H Siswo Heroetoto SH, MHum, MN dan Kepala Disperindag Jatim Dr Ir Moch Ardi P MEng Sc ME.
Boomingnya batu akik atau dikenal juga batu nusantara pada 2015 lalu, kenyataannya tidak bertahan lama. Pasalnya, pemerintah tidak segera memberikan perhatiannya dengan turun tangan mengeluarkan sebuah kebijakan agar batu nusantara tetap digemari masyarakat.
Menilik hal itu, Drs Suhardjo Bagustanto MS, MSi selaku Ketua Komunitas Penggemar Batu Bergambar Jatim mengumpulkan penggiat batu nusantara seperti perajin, pedagang dan penggemar untuk mengikuti sarasehan bersama pejabat Pemprov Jatim.
“Selama ini, memang belum ada perhatian dari pemerintah berkaitan dengan batu nusantara ini. Untuk itu, saya kumpulkan  beberapa pejabat yang suka dengan batu nusantara agar bisa berdiskusi dengan para penggiat lainnya. Harapannya, batu nusantara bisa booming lagi seperti pada 2015 lalu,” katanya.
Dikatakannya, saat terjadi booming batu nusantara maka terjadi pergerakan perekonomian ekonomi kreatif dan terjadi penyerapan lapangan pekerjaan. “Mulai dari penggali, perajin, pedagang hingga kolektor, semuanya hidup dari batu tersebut,” katanya.
Dikatakannya pada dasarnya  banyak laki dan perempuan suka batu nusantara. “Adanya pertemuan sarasehan ini diharapkan bisa membantu menghidupkan batu nusantara ini, khususnya di Jatim dengan peran serta pemerintah. Selama ini penggiat batu nusantara berjalan sendiri tanpa peran pemerintah,” katanya.
Kepala Disbudpar Jatim Dr H Jarianto MSi mengatakan pihaknya memang mendapatkan keluhan dari para peggiat batu nusantara. “Mereka menginginkan batu nusantara bisa booming kembali, tidak hanya sesekali namun bisa bertahan lama,” katanya.
Untuk menjaga batu nusantara tetap booming, maka diperlukan peningkatan kejujuran bersama. “Jualan yang jujur sebagai modal utama supaya pembeli tidak kecewa dan tidak merasa ditipu, juga tidak sakit hati. Kalau jelas pertanggungjawaban dan kualitasnya, maka tidak merugikan konsumen. Kejujuran juga diperlukan komitmen bersama. Jangan satu orang jujur yang lainnya tidak,” tandasnya.
Dari sisi Disbudpar Jatim, lanjut Jarianto, pihaknya akan memanfaatkan daerah yang berpotensi sebagai objek pariwisata khusus batu nusantara. Harapannya, jika ada wisatawan baik mancanegara atau nusantara yang ingin melihat atau membeli batu nusantara bisa mengunjungi daerah tersebut.
Sedangkan Kepala Disperindag Jatim  Dr Ir Moch Ardi P MEng Sc ME mengatakan, pihaknya sudah memperkirakan perkembangan batu nusatara yang begitu cepat tidak membawa dampak yang bagus. Hal itu terbukti, kalau boomingnya batu nusantara hanya bertahan sebentar saja.
“Meredup tapi bukan berarti menghilang. Artinya, batu nusantara hanya kembali disukai orang-orang yang benar-benar hobi dan mengoleksi,” katanya.
Meredupnya batu nusantara itu dikarenakan belum adanya standardisasi tertentu terhadap batu tersebut. Jika sudah ada produk dengan standardisasi maka bisa mengangkat batu nusantara itu dengan kualitas yang tertentu dengan standar harga tertentu.
“Standardisasi inilah yang perlu digarap oleh suatu industri dan tidak banyak industri. Dalam hukum dagang ekonomi itu, semakin banyak yang bisa membuat berarti barang semakin banyak dan semakin mudah didapatkan maka akan menurunkan harga barang itu sendiri,” katanya.
Selain standardisasi, lanjutnya, yang perlu dilakukan yaitu mekanisme dan tatanan di mana yang membuat batu nusantara harus mempunyai sertifikat. “Usulan dari penggiat tadi berkaitan dengan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) juga cukup bagus. Sebab masing-masing akan mempunyai sertifikasi sehingga produk tersebut dapat menyakinkan pembeli karena ada jaminan kualitas,’ katanya.
Berkaitan dengan LSP, Ardi juga meminta agar penggiat batu nusantara yang sudah menjadi ahli untuk mendaftarkan diri sebagai asesor di BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). “Pemerintah nantinya juga harus tetap menjaga tumbuhnya industri batu nusnatara tidak melejit tinggi dengan membangun pondasi yang kuat sehingga bertahap akan tetap stabil,” katanya
Sedangkan Kepala BKD Jatim Siswo Heroetoto yang juga hobi mengoleksi batu nusantara ini mengatakan, agar batu nusantara tetap bisa booming memang diperlukan campur tangan negara, seperti negara lain. “Ketika batu nusantara booming pada 2015 lalu, saya yakin kalau ada permainan dari spekulan dan akhirnya tidak bertahan lama. Kembali lagi kondisi itu tidak bisa bertahan lama karena tidak ada campur tangan negara dalam hal ini  pemerintah,” katanya. [Rachmad Caesar]

Tags: