Tiongkok Berburu Besi Bekas

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Bisnis besi di dalam negeri di perkirakan akan terus mengalami kenaikan. Baik itu untuk besi yang baru atau pun besi bekas. Penyebab kenaikan karena bahan dasar campuran besi yang berkurang, serta bertambahnya pembeli besi bekas dari luar Indonesia. Salah satu negara yang mengincar produk besi bekas adalah Tiongkok.
Deny Bagus Indradi salah satu pelaku bisnis besi scrab (besi bekas) di Surabaya mengatakan, saat ini besi bekas bukan hanya menjadi incaran pebisnis lokal, tapi negara industri terbesar di Asia telah turut andil dalam mencari besi scrab.
“Tiongkok yang saat ini mengalami perlambatan ekonomi, lebih mengalihkan produknya untuk mencari resource dari luar negaranya. Lantaran daya beli masyarakatnya yang berkurang serta biaya penambangan yang cukup mahal di bandingkan ongkos produksinya. Bahkan industri lokal seperti Krakatau Steel juga kesulitan mencari campuran besi bekas dengan kualitas baik,” ujarnya Selasa (10/5) kemarin.
Harga besi scrab dalam tiga bulan terakhir ini mengalami peningkatan, mulai dari Rp3300 per kilogramnya mengalami kenaikan sampai Rp3700 per kilogramnya. Harga tersebut masih di tangan buyer, belum masuk ke perusahaan peleburan besi.
“Besaran harga untuk masuk ke peleburan sekitar Rp4000-4500 per kilogramnya. Tak heran, jika pabrik peleburan besi seperti PT Ispantindo atau pun PT Barata sangat tertarik untuk menerima besi bekas. Karena berdasarkan hitungannya lebih menguntungkan produksi dengan menggunakan besi bekas sebagai campuran,” jelasnya.
Selain mulai langkanya besi bekas, harga bahan baku pembuatan besi sebagaian besar masih impor. Material bahan baku industri besi dan baja yang masih di datangkan dari luar negeri, seperti billet dan slab.
“Kedua bahan baku ini masih rentan untuk mengalami perubahan harga, karena nilai tukar mata uang kita yang masih belum stabil. Tapi syukur, ekonomi kita membaik daya beli kita juga semakin membaik. Sehingga meskipun terjadi persaingan dengan negara lain, kita masih bisa bertahan,” tukasnya.
Yang perlu diperhatikan adalah, sebagai pebisnis besi scrab tidak bisa serta merta untuk menaikkan harga besi yang di jual. Karena harus memperhatikan daya serap pasar industri (peleburan besi dan baja) domestik. Oleh karena itu, produsen besi dan baja nasional harus mempersiapkan program penjualan dalam jangka panjang terkait kondisi tren menguatnya dolar AS.
“Harus ada rencana jangka panjang untuk penjualan besi scrab, termasuk bagaimana mengatur keuntungan apabila nanti terjadi kenaikan TDL ataupun gas sebagai penyokong dari perusahaan peleburan besi,” tutupnya. [wil]

Rate this article!
Tags: