TN Baluran-Ratusan Warga Merak Situbondo Sepakat Jaga Konservasi Satwa

Bupati Situbondo Dadang Wigiarto bersama jajaran forkopimda dan pimpinan Taman Nasional Baluran saat menyamakan persepsi di ruang IB lantai II Pemkab Situbondo. [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Perwakilan ratusan KK (kepala keluarga) yang ada di Dusun Merak Desa Sumberwaru Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo bertemu dengan Kepala Taman Nasional Baluran, Ir Bambang Suhendro di ruang IB Pemkab Situbondo.
Pertemuan tersebut difasilitasi Bupati Situbondo Dadang Wigiarto bersama jajaran forkopimda itu mencapai kesepakatan untuk menjaga konservasi satwa di kawasan Taman Nasional (TN) Baluran.
Satu poin penting yang disepakati bersama diantaranya masyarakat yang tinggal di kawasan Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo, untuk mengkandangkan sapi-sapinya agar tidak mengganggu ekosistem di TN Baluran.
Kepala TN Baluran Situbondo Bambang Suhendro menandaskan, selama ini terjadi penggembalaan sapi secara liar yang keluar dari zona khusus sampai ke zona rimba dan inti, sehingga terjadi kompetisi antara sapi dan satwa liar di kawasan konservasi. Akhirnya, kata Bambang, satwa liar bergeser ke tempat yang lain.
“Saya berharap, sapi agar dikandangkan dan tidak ada yang diliarkan, sehingga tidak mengganggu konservasi, khususnya satwa banteng liar. Sebab konservasi suaka satwa banteng menjadi komitmen TN Baluran,” tegas Bambang.
Masih kata Bambang, keberadaan banteng liar harus dijaga, karena banteng liar merupakan satwa yang dilindungi dan merupakan satwa khas jawa. ” Ini komutmen kami kepada warga merak,” ujar Bambang.
Sementara itu Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto mengatakan, permasalahan warga Labuhan Merak yang tinggal di kawasan konservasi harus segera diselesaikan agar tidak melebar.
“Jika terus dibiarkan akan menjadi bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu. Ini karena, jumlah penduduk akan terus bertambah,” kata Bupati Dadang
Bupati dua periode ini menegaskan, mulai saat ini harus ada batasan yang jelas antara pemukiman dengan kawasan konservasi, sehingga warga Labuhan Merak tidak seenaknya menggembalakan sapinya secara liar.
“Ribuan sapi dilepas liarkan dan memasuki kawasan konservasi akan menjadi penyebab munculnya varietas baru, seperti Pohon Akasia yang tidak mendukung konservasi,” ujarnya.
Di sisi lain, salah satu perwakilan masyarakat Labuhan Merak, Imam Haris, mengakui adanya sapi yang digembalakan secara liar. Kata Haris, sapi milik warga Labuhan Merak yang ditaksir mencapai 2.600 ekor, memasuki kawasan konservasi karena kelalaian para penggembala.
“Mulai pagi hingga malam, kami sudah membentuk kelompok untuk menjaga sapi. Tapi masih ada saja sapi yang keluar dari zona khusus,” akunya.
Imam Haris mewakili warga Labuhan Merak bersepakat untuk mengkandangkan sapinya demi mendukung konservasi satwa. Oleh karena itu, Haris meminta kepada pemerintah daerah, agar memberikan keterampilan cara fermentasi pakan ternak.
“Kami berharap dari dinas terkait, agar masyarakat Merak diajari cara membuat fermentasi, untuk mengganti makanan yang biasa diperoleh sapi dari hutan,” kata Haris
Imam Haris berjanji bersama ratusan warga Merak akan terus berkomitmen untuk ikut menjaga kawasan konservasi dari berbagai ancaman. Satu diantaranya dari perburuan liar dan kebakaran yang sering terjadi sejak dulu.
“Kami semua masyarakat Merak mendukung konservasi dan ikut melindungi satwa dari perburuan liar dan kebakaran,” pungkas Haris. (awi)

Tags: