Toga Dilempar Rektor, Dapat Kado Khusus Dirut TVRI

Dr Suko Widodo bersama Rektor Unair Prof M Nasih dan keluarganya usai mengikuti prosesi wisuda, Minggu (4/3).

Prosesi Tak Lazim Wisuda Dr Suko Widodo di Universitas Airlangga
Surabaya, bhirawa

Sudah umumnya terjadi, bahwa prosesi wisuda itu berlangsung khidmat dan ketat dengan protokol acara. Namun, suasana lain terjadi kala Dr Suko Widodo mengikuti prosesi wisudanya di Gedung ACC Universitas Airlangga (Unair), Minggu (4/3).
Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair itu tidak diperlakukan secara semestinya oleh rektor. Seharusnya, Rektor Unair memindahkan tali toga seperti pada umumnya wisuda di kampus lain. Namun, tali toga Dr Suko Widodo justru dilempar ke atas saat dia menunduk di hadapan sang rektor. Sorak-sorai pun menyelimuti gedung wisuda sebagai tanda kegembiraan. Suko menangkap toga itu dan kemudian melempar lagi ke hadapan peserta wisuda lainnya. Antara Suko dan rektor Unair pun tidak bersalaman, tapi keduanya menepuk tos tanda keakraban.
“Memang sengaja, itu reaksi spontan untuk perayaan kita,” kata Rektor Unair Prof M Nasih usai prosesi wisuda. Menurut dia, secara simbolis peristiwa itu merupakan wujud kegembiraan. Apalagi setelah sembilan tahun Suko Widodo mengejar gelar doktoralnya.
“Tentu itu sangat menggembirakan. Sehingga sengaja kita ambil dan lempar sebagai lompatan Pak Suko. Dengan wisudanya Pak Suko ini berarti sudah lepas kuliah, tidak ada beban lagi,” ucap pria asli Gresik ini.
Dr Suko Widodo menuturkan, tiga rasa yang dimilikinya setelah mengikuti prosesi wisuda. Pertama rasanya plong, kedua plong, dan ketiga plong. “Terima kasih Pak Rektor, senat, yang sudah memberikan kesempatan yang luar biasa ini,” ungkap Suko.
Terkait peristiwa pelemparan topi toga, menurut Suko seperti itulah seharusnya wisuda. Wisuda adalah kegembiraan karena rektor sudah mengukuhkan dengan sah. “Mudah-mudahan setelah wisuda ini saya tambah semangat,” terang Suko yang mempertahankan disertasi dengan judul Kolonisasi Ruang Publik Dalam Penyiaran Publik di Indonesia Studi Kasus Penyiaran Publik Lokal di Jawa Timur (TVRI Jateng dan A-TV Batu).
Tidak hanya prosesi wisuda yang membuat Suko bersuka cita pada saat itu. Malam sebelum mengikuti wisuda, Suko juga mendapatkan kado spesial dari Direktur Utama TVRI Helmi Yahya. Suko mendapatkan penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan hak-hak kepublikan TVRI sebagai TV publik.
Suko menjelaskan, dalam disertasinya enam bulan sebelum wisuda ini, dia mengupas seputar realitas kompetisi TV lokal dan TV publik yang ketat sehingga kesulitan menjalankan operasionalnya. Karena kondisi itu, aturan kerap diterabas demi keberlangsungan dan keberlanjutan siaran.
“Jadi akibatnya yang pasti adalah publik yang seharusnya mendapatkan ruang publiknya dalam kenyataanya tidak mendapatkan secara maksimal,” pungkas Suko. [tam]

Tags: