Tokoh Media Ramai-Ramai Maju Pilwali Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Munculnya beberapa nama tokoh media di Surabaya untuk maju dalam Pilwali Kota Surabaya akhir tahun 2015, ditenggarai terinspirasi kesuksesan Arif Affandi mantan Pimred Jawa Pos menjadi wakil wali kota Surabaya berpasangan dengan wali kota Bambang Dwi Hartono pada periode 2005-2010 silam.
Bahkan saat ini sudah ada empat nama tokoh media yang muncul ke permukaan, yakni Dhimam Abror Djuraid (mantan Pimred Surya), Azrul Ananda (Direktur Jawa Pos), Sukoto (Direktur Memorandum) dan Budi Sugiharto / Uglu (Kabiro Detik Surabaya).
Menurut pengamat politik dari Bangun Indonesia, Agus Mahfud Fauzi, bermunculannya tokoh-tokoh media meramaikan kandidat Pilwali Kota Surabaya disebabkan Kota Surabaya pernah memiliki wakil wali Kota dari kalangan tokoh media, yakni Arif Affandi. “Mungkin mereka ini terinspirasi kesuksesan yang pernah diraih Arif Affandi saat menjadi wakil wali Kota Surabaya,” jelasnya saat dikonfirmasi Rabu (4/3).
Pertimbangan lainnya, kata Agus Mahfud, Kota Surabaya memiliki karakteristik khusus dibanding daerah-daerah lain di Jatim, sebab masyakatnya lebih melek media. Sehingga ada kecenderungan media dapat dengan mudah menggiring opini masyarakat untuk berbuat sesuatu supaya Kota Pahlawan menjadi lebih baik.
“Banyak ide-ide pembangunan di Surabaya itu berasal dari opini yang dibangun oleh media, lalu didukung masyarakat, sehingga kemudian direalisasi oleh pemerintah kota Surabaya,” beber mantan komisioner KPU Jatim ini.
Selain itu hingga sekarang, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini belum jelas sikapnya, apakah akan maju lagi atau tidak, serta bakal menggandeng siapa sebagai calon wakil wali kotanya. “Peluang ini nampaknya mau diambil alih oleh tokoh-tokoh media,” dalih Agus Mahfud.
Lantas dari keempat nama itu, yang paling berpotensi maju siapa?  Kembali Agus menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing  calon kandidat, nama Dhiman dan Azrul memiliki kans maju menjadi orang nomor satu maupun nomor dua di Surabaya. Sedang untuk Sukoto dan Budi Uglu paling banter menjadi calon wakil wali kota.
“Mereka itu bisa saja digandeng oleh Tri Rismaharini jika maju lagi atau diusung PDIP, serta koalisi dari parpol-parpol lain,” tambah pria asli Ponorogo ini.
Sebaliknya, pengamat komunikasi politik dari Unair Surabaya, Suko Widodo menilai munculnya tokoh-tokoh media menjadi kandidat yang maju dalam Pilwali Kota Surabaya merupakan bentuk “Syndrome Hiper Reality” atau merasa bisa membentuk opini publik karena berpengalaman di media. Padahal, realitas media itu berbeda dengan agenda publik.
“Mereka harus hati-hati dan harus tetap base on riset, jika memang serius maju dalam Pilwali Kota Surabaya mendatang,” terang Suko Widodo.
Selain itu, lanjut pria murah senyum, para bakal kandidat dari tokoh media itu juga perlu melakukan interaksi dengan publik, karena sejatinya itu menjadi modal utama maju di pemilukada. ” Ingat, ahli media itu berbeda dengan ahli komunikasi dengan publik. Jadi pengamalan berinteraksi dengan publik itu juga sangat menentukan,” imbuhnya.
Diakui Suko Widodo, Dhimam Abror memiliki pengalaman yang cukup karena pernah menjadi ketua PWI Jatim, ketua harian KONI Jatim serta Ketua Harian PSSI. Begitu juga Azrul Ananda cukup berpengalaman menangangi Bola Basket. Sedangkan Sukoto kerap bergerilya langsung ke warga pinggiran dan Budi Unglu belum memiliki pengalaman yang memadai.[cty]

Tags: