Tolak Paham Radikalisme yang Memecah Belah Bangsa

Bupati Bondowoso Drs KH Salwa Arifin (tengah) saat memberikan sambutan di acara Forum Silahturahmi Tomas, Toga dan Masyarakat dengan Forpimda di Ponpes Al Falah kemarin. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten Bondowoso dan ulama se-Bondowoso menggelar Forum Silahturahmi Tomas, Toga dan Masyarakat dengan Forpimda di Ponpes Al Falah, Desa Kajar, Kecamatan Tenggarang, Rabu (4/12). Dengan berkomitmen, sepakat untuk bersinergi dalam memerangi dan menolak paham radikalisme, yang selalu meresahkan masyarakat dan memecah belah kehidupan bangsa.
Hadir dalam acara tersebut, antara pemerintah dan ulama kali ini, Bupati Drs Salwa Arifin, Sekretaris Daerah H Syaifullah, Ketua MUI Bondowoso KH Asy’ari Pasha, Dandim Letkol Inf Jadi, perwakilan Polres, dan seluruh ulama atau pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Bondowoso.
Seperti yang disampaikan Bupati Bondowoso Drs KH Salwa Arifin, sangat mengapresiasi atas peran para ulama dalam menjaga kondusifitas di Kota Tape, khususnya dalam mencegah masuknya paham aliran radikalisme.
“Dalam menjaga kondusifitas, tak kalah penting adalah bersama-sama, baik pemerintah, ulama dan masyarakat mencegah paham radikalisme agar tidak masuk ke Bondowoso,” kata Bupati Salwa.
Pemerintah Daerah, kata dia, akan berkomitmen bersama aparat keamanan, dalam hal ini TNI-Polri untuk terus menjaga daerah dari aliran yang dapat memecah belah bangsa.
“Tentu kami sebegagai pemerintah ada kekuatan Perda yang akan melarang (radikalisme). Ini harus bersinergi, baik anatara kiai, tokoh agama, dan masyarakat,” terangnya.
Sementara, Pengasuh Pondok Pesantren Al Maliki Koncer, KH Muhammad Hasan Abdul Mu’iz Tirmidzi mengungkapkan, bahwa dirinya dan para ulama yang lain sepakat bahwa radikalisme itu tidak boleh. Dan juga, bahwa radikalisme itu tidak punya agama. Kalau kemudian ada legalisasi untuk radikalisme, berarti yang memberikan legalitas tidak punya agama.
“Termasuk juga terorisme, juga tidak punya agama, karena agama manapun tidak setuju terhadap kekerasan, kan begitu,” terang Kiai Hasan.
Pengasuh Pondok Pesantren itu, menyarankan, jika memang radikalisme itu bahaya, maka yang harus di potong adalah penyebabnya, atau di hulunya.
“Misalnya, kenapa orang bisa jadi radikal? Mencari penyebabnya itu jauh lebih penting ditelusuri dan diselesaikan. Sebelum kita menyelesaikan radikalisme sendiri. Kalau hanya dihilangkan penyakitnya, tanpa dicari penyebabnya maka akan kambuh lagi,” jelasnya.
Menurutnya, persentase radikalisme di Bondowoso memang ada, tapi sangat kecil. Mengingat wilayah ini, masuk wilayah yang aman dan kondusif. Maka akan hal itu, tentunya sebagai ulama, ia menghimbau kepada masyarakat bahwa Islam dan agama yang lain tak membenarkan radikalisme.
“Memang perlu diantisipasi, tetapi tidak harus di blow up sedemikian rupa. Karena membesarkan-besarkan yang kecil itu tidak bijaksana. Itu bukan ajaran Agama Islam dan bukan pula ajaran agama yang lain,” tegasnya.[san]

Tags: