Toleransi Antar-Umat

foto ilustrasi

Ratusan pemuda Katolik telah merasakan keindahan toleransi antar-umat di Indonesia. Agenda toleransi, diawali dengan kunjungan ke masjid Istiqlal yang bersebelahan dengan gereja Katedral (Jakarta). Peserta Asian Youth Day (AYD) juga  menjalani live in, tinggal bersama keluarga umat Islam di Yogya. Toleransi antar-umat, khususya Islam dengan Katolik, telah memiliki “rekor” panjang selama ber-abad. Di berbagai daerah, hidup dama bersama menjadi kelaziman.
Indonesia merupakan mayoritas muslim (87%) terbesar di dunia. Penduduk muslim-nya saja, setara dengan jumlah sepertiga penduduk non-muslim di Eropa. Di Indonesia, harus diakui, terdapat pernik-pernik kecil tragedi in-toleransi. Namun biasanya bisa segera diselesaikan, kembali rukun. Karena in-toleransi telah menjadi musuh bersama umat. Walau kadang tersulut oleh tindakan bodoh. Serta dipicu oleh “kerja intelijen” sindikat busuk.
Ingat misalnya, tragedi Tolikara (Papua) yang terjadi bersamaan dengan perayaan Idul Fitri (2015). Dipicu surat GIDI (Gereja Injili di Indonesia) Tolikara, yang melarang umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri. Alasannya, di Tolikara akan diselenggarakan KKR Pemuda GIDI internasional, (13-19 Juli). KKR bersamaan dengan Idul Fitri. Aksi masa terpicu, mushala, dan lebih dari 35 rumah (serta 60 kios pasar) dibakar.
Seharusnya, KKR Pemud GIDI “di-istirahatkan” sehari (17 Juli). Toh KKR bukan kegiatan ibadah, tidak sakral. Bersyukur, warga muslim di daerah lain, tidak tersulut pembalasan anarkhis. Tragedi dianggap selesai dengan penegakan hukum, walau kurang memadai. In-toleran di Tolikara, juga dilakukan kepada sesama umat Kristiani yang berbeda gereja.
Tragedi ini memendam trauma (dan kewaspadaan), karena lebih dari seratus warga Tolikara mengungsi. Diduga, sindikat intelijen coba menyulut in-toleransi, melalui radikalisme ekstrem kanan (ber-altar agama). Ekstremitas pada internal umat beragama, juga tidak kalah gaduh. Berbeda vihara, berbeda pura, berbeda gereja, beda kapel, serta beda masjid, kadang bisa menyulut ekstremitas. Begitu pula beda sangha, beda pandita, serta beda pastor maupun romo, masing-masing memiliki umat fanatik.
Harus diakui pula, in-toleransi sering ditunjukkan dengan aksi radikal kanan. Walau selalu memperoleh perlawanan sosial (oleh masyarakat). Misalnya, berbagai aksi percobaan peledakan bom. Aparat negara (bekerjasama dengan tokoh masyarakat) selalu bertindak cepat. Kini ruang gerak radikal terorisme, semakin menyempit, hanya dilakukan oleh kelompok kecil yang nekad. Bahkan dilakukan secara per-orangan (wolf lone terorism), yang gampang dilumpuhkan oleh Polisi.
Tetapi pengalaman kedamaian (toleransi), terasa lebih umum. Misalnya, ditunjukkan gereja Katedral Jakarta, pada saat Idul Fitri (2017) yang baru lalu.  Jadwal misa di Gereja Katedral Jakarta pada Minggu (25 Juni) diubah, digeser 4 jam lebih siang. Dipilih menggeser jadwal misa, karena bersamaan dengan shalat Idul Fitri di masjid Istiqlal. Hikmahnya, mobil jemaat Katedral (yang meluber) bisa diparkir di halaman masjid Istiqlal.
Pengalaman hidup damai antar-umat, telah terjalin berabad-abad, di seluruh daerah di Indonesia. Pada hari Idul Fitri, umat non-muslim (Nasrani,  Budha, dan Hindu), selalu mengunjungi rumah umat Islam, untuk mengucapkan selamat. Begitu juga pada hari Natal, Waisak (Budha) dan Nyepi (Hindu). Perayaan hari raya keagamaan di Indonesia, biasa dilakukan dengan perjamuan umum, dihadiri umat antar-agama. Bahagia bersama, makan bersama.
Banyak ajaran (tekstual) Al-Quran yang mewajibkan hidup berdampingan, menjaga perdamaian manusia. Antaralain Quran surat al-Maidah ayat ke-69, dan Quran surat al-Baqarah ayat ke-62. Juga hidup damai dengan kaum berbeda agama. Tiada ajaran Islam mengajarkan permusuhan. Bahkan me-wajibkan hidup damai, bersama seluruh manusia. Berbagai aksi keagamaan (termasuk Asian Youth Day, pemuda Katolik), seyogianya menjadi bukti kemuliaan ajaran agama.

                                                                                                         ———   000   ———

Rate this article!
Toleransi Antar-Umat,5 / 5 ( 1votes )
Tags: