Totalitas Ciptakan Karya inovasi

Henny Rahmawati Putri

Henny Rahmawati Putri
Prinsip totalitas menjadi faktor penting bagi para pelajar di sekolah kejuruan atau SMK. Mereka harus belajar dan mengerjakan sesuatu secara total agar dapat berhasil mencapai targetnya.
Itulah yang dipegang teguh Henny Rahmawati Putri, siswi kelas XII SMK Negeri 1 Buduran, Sidoarjo, hingga berhasil menjadi juara I dalam LKS (Lomba Kompetensi Siswa) SMK Jatim 2019 bidang Fashion Tecnology. Dia berhasil mendapatkan juara dengan karyanya ‘Fashion Technology/Ladies Dress Making.’
Siswi Jurusan Busana Wirausaha ini mengaku kaget kalau karyanya bisa tembus juara pertama. Ia mengaku pesaingnya juga cukup berat, sudah pintar-pintar semuanya. Betul tidak menyangka sama sekali, karena selama ini juga belum pernah mengikuti lomba-lomba busana. “Saya aktif dan tekun membuat baju hanya untuk persiapan nanti kalau lulus sekolah ingin jadi pengusaha konfeksi, eh ternyata bisa juara pertama,” ungkap Henny ditemui saat ada gelar UKK (Uji Kompetensi Keahlian) Program Keahlian Tata Busana ‘Singularity’ di sekolahnya kemarin, Senin (20/5).
Ia menceritakan pengalamannya dalam mengikuti LKS SMK ini sudah ada tema yang telah ditentukan, yakni membuat baju pesta yang dikerjakan selama 18 jam. Prosesnya mendesain, membuat pola, menjahit sampai jadi, lalu menghias. “Jadi sudah ada ketentuan untuk membuat dress nya, lalu disuruh mendesain membuat blazernya,” katanya.
“Jadi semua itu sudah sesuai dengan programnya, dimulai dari menjahit dasar, membuat pola sampai dengan mendesain, termasuk juga menghias, juga belajar tekstil mulai bahan sampai perlengkapan,” ujar Henny yang hasil karya mendapat nilai 348.55.
Menurutnya, apalagi dalam UKK, siswa harus mulai dari menentukan desain sampai dengan jadi baju itu diperagakan dan dilakukan oleh siswa sendiri. Tapi juga masih ada pembimbingan, termasuk juga membuat proposal perencanaan, mulai dari desain sajian, desainproduksi sampai pembuatan pecah pola, sampai jadi dan harus menentukan berapa kebutuhan bahan yang diperlukan. “Setelah peragaan juga harus ada laporan, kegiatannya apa saja, sampai dengan harga bajunya berapa,” katanya.
Kami juga dituntut untuk berkreativitas, kebetulan dalam ‘Singularity’ ini sudah ada contohnya, skemanya. “Jadi tinggal mempelajari dari buku, yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru pendamping, apa yang harus disesuaikan dengan tema masing-masing, harus mencari informasi terus agar tidak keginggalan mode,” ujar Henny yang didampingi gurunya Dwi Anas Srimarkasih. [ach]

Rate this article!
Tags: