Tradisi Bersihkan Mata Air yang Jadi Ikon Wisata Budaya Ngawi

Tradisi Keduk Beji yang digelar setahun sekali dilakukan warga Desa Tawun Kabupaten Ngawi untuk melestarikan dan membersihkan mata air sumber kehidupan.

Tradisi Keduk Beji yang digelar setahun sekali dilakukan warga Desa Tawun Kabupaten Ngawi untuk melestarikan dan membersihkan mata air sumber kehidupan.

Upacara Keduk Beji Warga Desa Tawun
Kabupaten Ngawi, Bhirawa
Warga Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi menggelar tradisi atau upacara adat Keduk Beji yang digelar setahun sekali untuk melestarikan dan membersihkan mata air sumber kehidupan.
Upacara Keduk Beji rutin digelar warga Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Sesepuh Desa Tawun selaku Juru Silep, Mbah Wo Supomo menjelaskan upacara Keduk Beji merupakan salah satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak zaman dulu.
“Upacara itu digelar setiap Selasa Kliwon berdasarkan penghitungan tanggal Jawa Islam,” ujar Mbah Pomo panggilan akrabnya, kepada Kantor Berita Antara, Selasa (10/5).
Menurut dia, inti dari upacara Keduk Beji terletak pada penyilepan atau penyimpanan kendi di pusat sumber air Beji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang terdapat di dalam sumber.
“Setiap tahunnya, kendi di dalam sumber diganti melalui upacara ini. Hal ini dimaksudkan agar sumber air Beji tetap bersih. Sumber itu selama ini digunakan untuk minum, pengairan sawah dan suber air di taman Tawun,” terangnya.
Adapun, upacara Keduk Beji berawal dari pengedukan atau pembersihan kotoran di dalam sumber Beji. Seluruh warga pria, pemuda, dan anak laki-laki desa terjun ke sumber air untuk mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori kolam dalam setahun terakhir.
Selama proses pembersihan, para pemuda yang berada di sumber air Beji menari dan melakukan tradisi saling pukul dengan setangkai ranting sambil diringi gending Jawa.
Setelah itu, upacara dilanjutkan dengan penyilepan dan penggantian kendi ke dalam pusat sumber. Yang berhak menyelam dan mengganti kendi di sumber air adalah keturunan dari Eyang Ludro Joyo yang merupakan sesepuh desa dan dipercaya jasadnya dulu menghilang di sumber Beji saat bertapa.
Upacara dilanjutkan dengan penyiraman air legen ke dalam sumber Beji, dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber. Sesaji tersebut berisi makanan khas Jawa seperti jadah, jenang, rengginang, lempeng, tempe, yang ditambah buah pisang, kelapa, bunga dan telur ayam kampung.
Upacara ditutup dengan selamatan dan makan bersama berkat dari Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk mendapatkan berkah. Warga saling berebut makanan yang dipercaya bisa mendatangkan berkah bagi kehidupannya.
Sementara, selain melestarikan sumber air, upacara Keduk Beji oleh Pemkab Ngawi telah diakui sebagai ikon wisata budaya.
Sebab, Keduk Beji telah menjadi agenda seni budaya tahunan yang dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisata ke Ngawi. Setiap tradisi itu digelar, ribuan wisatawan selalu berkunjung ke Taman Tawun Ngawi, tempat dimana upacara tersebut dilakukan. [Rachmad Caesar]

Tags: