Tradisi Bukber Bubur Suruh dan Muhdhor di Tuban

7-FOTO KAKI hud-Bubur Ramadhan 1Tuban, Bhirawa
Pada saat bulan suci ramadhan seperti tahun ini, hampi di setiap daerah ada tradisi unik yang dilakukan warga selama Bulan Ramadan. Seperti halnya warga sekitar Masjid Astana Kompleks makam Sunan Bonang, Kelurahan  Kutorejo, Tuban.
Tradisi yang dilakukan oleh warga sekitar Makam Sunan Bonang adalah membuat bubur dengan posri cukup besar yang dilakukan setiap hari selama bulan puasa. Banyak orang menyebut. ‘Bubur Suruh’ yang dibuat sejumlah warga kemudian menjadi  hidangan takjil (Makan Pembuka.red) bagi warga dan peziarah yag kebetulan singgah di Masjid Astana.
Bubur Suruh ini merupakan makanan khas yang hanya di buat pada bulan Ramadhan saja oleh pengurus yayasan mabarrot Sunan Bonang Tuban, untuk santapan saat berbuka puasa. Dilihat dari bahannya, bubur Suruh seperti bubur pada umumnya, yang berbahan dasar beras. Namun yang membedakan bubur Suruh dengan yang lain, terdapat campuran daging dan bumbu khusus yang diwariskan turun temurun oleh pengurus masjid sebelumnya.
Banyak warga yang meyakini, ada berkah tersendiri jika mengkonsumsi bubur yang dibuat di halaman Masjid Astana itu, tidak heran banyak warga yang rela berebut dan mengantri demi mendapatkan bubur yang akan dibagi sesaat sebelum Adzan Maghrib berkumandang.
Seperti halnya Muthalib, warga Kutorejo mengaku, hampir setiap sore, dia dan beberapa orang lainnya sudah mengantri sejak setengah lima, mereka mengantri sambil membawa tempat/piring untuk tempat bubur yang akan dibagikan. Menurutnya,  selain sebagai menu tambahan berbuka, warga juga mengharapkan keberkahan dari bubur tersebut. “Mencari berkah, sambil dibuat buka puasa,” kata Mutholib sambil mengantri bubur pada beberap hari yang lalu (15/7).
Diceritakan pula, makan bubur Suruh dan mengantri seperti ini sudah menjadi tradisi turun-temurun, khususnya yang berada di kawasan Sunan Bonang. Sebenarnya selain di halaman masjid Astana, bubur yang hampir sama juga terdapat di masjid Mudhor, Jalan Pemuda Tuban, yang di kenal dengan bubur Mudhor, bubur tersebut juga hanya di buat selama bulan Ramadhan saja. “Ini tradisi turun temurun, sudah biasa rebutan seperti ini, di masjid Muhdlor juga ada,” terang Mutholib.
Sementara di tempat terpisah, mulai awal bulan Ramadan ini Di Masjid Jalan Pemuda Tuban juga dilakukan hal yang sama. Pengurus masjid memasak 28-30 kg/hari. Bubur yang dimasak sendiri oleh pengurus masjid di halaman masjid dengan cata bergotong royong, mengaduk rebusan beras secara bergantian hingga menjadi bubur. Proses memasak dimulai setelah salat Dzuhur, sementara pembagian bubur dilakukan tepat pukul 17.00 WIB. Ratusan warga yang hadir, mulai dari pria, wanita, hingga anak-anak terlibat desak-desakan.
Diterangkan, kalau bagi-bagi takjil Bubur merupakan tradisi tahunan yang digelar sejak zaman penjajahan Belanda. Tepatnya pada tahun 1936, warga keturunan Arab yang bermukim di sekitar masjid bersepakat memberi takjil kepada warga sekitar yang kurang mampu. “Sudah sekitar 75 tahun, tepatnya tahun 1930an. Awalnya warga sekitar masjid bersepakat untuk memberi takjil warga lain yang kurang mampu,” kata Takmir Masjid Muhdhor, Agil Bunumay.
Perkembangan, bubur yang dibuat dengan bumbu khas Arab itu dikenal dengan bubur Muhdhor, sesuai nama masjid pembagiannya. Bahkan Tidak hanya warga kurang mampu, bubur Muhdhor juga dibagikan kepada warga sekitar yang berminat. “Sekarang yang datang untuk antri bubur tak hanya warga sini, tapi sudah hampir seluruh penjuru Tuban dan yang mau,” terang Agil Bunumay. [hud]

Keterangan foto : Warga sekitar Makam Sunan Bonang dan Masjid Astana saat menunggu dan antri untuk mendapatkan Bubur Suruh pada saat menjelang buka puasa tiba. (Khoirul Huda)

Tags: