Tradisi Kupatan Massal Semakin Menjamur di Tulungagung

Siapa pun boleh menikmati sajian ketupat gratis di acara kupatan massal, seperti yang diselenggarakan di Kelurahan Jepun Kota Tulungagung, Rabu (13/7) pagi.

Siapa pun boleh menikmati sajian ketupat gratis di acara kupatan massal, seperti yang diselenggarakan di Kelurahan Jepun Kota Tulungagung, Rabu (13/7) pagi.

(Lamongan Hidupkan Lagi Kupatan Tanjungkodok)

Tulungagung, Bhirawa
Memasuki hari ke-7 pasca Hari Raya Idulfitri, warga Tulungagung, Rabu (13/7), dimanjakan dengan acara kupatan massal (ketupat massal). Acara tradisi makan ketupat secara gratis ini kini semakin meluas diselenggarakan warga setempat di hampir seluruh pelosok Kota Marmer Tulungagung.
Tidak hanya di daerah tertentu saja yang biasa menyelenggarakan tiap tahun. Sekarang acara kupatan massal di Tulungagung juga dilakukan di daerah yang sebelumnya tidak melakukan acara itu, seperti di antaranya di Keluarahan Bago. Bahkan kini di Kelurahan Jepun yang biasanya hanya menyelenggarakan acara kupatan massal pada pagi hari saja, kemarin juga menyelenggarakan pada malam hari.
“Sekarang di Jepun ada dua acara kupatan massal. Yang pagi ada. Yang malam juga ada. Penyelenggaranya memang beda RT (rukun tetangga),” ujar Ratih (30), warga Kelurahan Jepun pada Bhirawa, Rabu (13/7).
Selain di Kelurahan Jepun, acara kupatan massal setiap tahun juga dilakukan di Desa Boyolangu Kecamatan Boyolangu. Kemudian di Desa Sobontoro Kecamatan Boyolangu dan di Kecamatan Ngantru.
Acara kupatan massal di Tulungagung dari tahun ke tahun semakin meriah. Tidak hanya warga sekitar yang dapat makan ketupat secara cuma-cuma, tetapi warga yang sengaja datang ke acara itu juga dapat menikmatinya secara gratis pula.
Beberapa karyawan dan anak-anak yang melintas di depan acara kupatan massal di Kelurahan Jepun kemarin tampak ikut berebut untuk mendapatkan ketupat yang telah disediakan dalam pincuk daun pisang. “Senang saja makan gratis. Ramai. Ini sangat menyenangkan karena makan bersama teman-teman,” kata Anggi (32), salah seorang karyawati swasta saat ikut antre untuk mendapat sepincuk ketupat gratis.
Acara kupatan massal merupakan tradisi yang dilakukan setelah Bulan Syawal memasuki hari ke-7. Kupatan dimaksudkan sebagai lebaran kedua setelah melaksanakan puasa sunah Syawal. Biasanya, selain acara inti menggelar makanan ketupat secara gratis, dalam acara tersebut juga disajikan berbagai macam hiburan seperti pagelaran live musik dan hiburan lainnya.
Kupatan Tanjungkodok
Sementara itu, tradisi kupatan (ketupat) di Tanjung Kodok Kecamatan Paciran yang lama mati suri dihidupkan lagi oleh Pemkab Lamongan dalam sebuah event Festival Kupatan Tanjung Kodok Lamongan, pada Kamis (14/7).
Tanjung Kodok sendiri kini sudah menjadi kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL). Sedangkan tradisi kupatan yang oleh masyarakat pantura  disebut dengan riyoyo kupatan atau hari raya ketupat ini terakhir dilaksanakan pada tahun 2010.
“Tradisi kupatan di Tanjung Kodok ini dihidupkan lagi oleh Bapak Bupati Fadeli. Karena mengandung filosofi tinggi, mengenang syiar yang dilakukan oleh Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur, ” kata Kabag Humas dan Infokom Sugeng Widodo.
Ditambahkan Sugeng, dalam festival yang akan dibuka Bupati Fadeli ini, dibuka dengan Tari Mayang Madu yang diilhami kegigihan syiar Islam oleh Sunan Mayang Madu di Lamongan. Sedangkan di Dermaga Marina  sudah disiapkan defile 18 perahu hias.
Puncak festival bakal ditandai dengan kenduri kupatan, yakni makan ketupat bersama dengan seluruh masyarakat yang hadir di WBL. Selain kenduri kupatan, menurut Sugeng, juga ada festival lomba kupat antar nelayan dengan menilai keunikan bentuk ketupat, hiasan perahu defile, komposisi dan rasa ketupat saat dicampur dengan lauk pauk. [wed,yit]

Tags: