Tradisi Petolekoran Warga Gili Ketapang di Tengah Covid-19

Untuk bisa berbelanja kebutuhan Petolekoran di Kota Probolinggo, Warga Gili Ketapang harus menumpang kapal laut dengan jarak tempuh sekitar 3 mil. [wiwit agus pribadi]

Sebrangi Laut Demi Berburu Kebutuhan Lebaran
Kota Probolinggo, Bhirawa
Tradisi Petolekoran atau 27 menjadi bagi warga Gili Ketapang merupakan momen yang sangat spesial. Biasanya mereka akan menyebrangi laut untuk bisa berbelanja kebutuhan lebaran di Kota Probolinggo. Barang yang dibelipun beraneka ragam, mulai kebutuhan pokok, baju hingga motor.
Namun untuk tahun ini penduduk Desa Gili Ketapang yang berjumlah sebanyak 9.715 orang diimbau tak melaksanakan tradisi petolekoran. Tradisi ini merupakan tradisi belanja sesuai kebutuhan pada saat bulan Ramadan tingal 10 hari.
Puncaknya, penduduk Gili akan membanjiri Kota Probolinggo pada tanggal 27 puasa karena itu tradisi ini dikenal dengan nama petolekoran. Namun di tengah merebaknya covid 19 ini warga lebih lebih awal belanja ke kota Probolinggo. Mereka kuatir waralaba yang ada keburu di tutup.
Kepala Desa Gili Ketapang, kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Suparyono meminta warga berbelanja tidak dalam waktu yang sama. Dirinya meminta warga menghindari karumunan massa, serta mematuhi aturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah.
“Tradisi ini biasanya sering dilakukan masyarakat Desa Gili untuk berbelanja menjelang hari raya idul Fitri, berupa makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya. Tapi Minggu kemarin sudah mulai banyak yang ke kota,” ungkapnya, Senin (11/5).
Imbauan itu, menurut Suparyono, disampaikannya melalui pengeras suara di masjid. Diperkirakan setiap harinya terdapat 300 penduduk yang bepergian menggunakan perahu dari Pulau Gili menuju Pelabuhan Mayangan, Kota Probolinggo.
Parman salah satu warga Gili yang ke salah satu waralaba di kota Probolinggo, mengatakan untuk bisa ke Kota Prrobolinggo, penduduk Pulau Gili menaiki kapal KM. Bahagia menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo dan kemudian menuju waralaba yang ada seperti GM ataupun KDS.
“Kepala desa memang meminta untuk tidak datang bersamaan. “Sebelum tanggal 20 Mei 2020 kades mengumumkan melalui pengeras suara di masjid. Tapi dikecualikan bagi warga Gili yang memiliki kepentingan untuk pergi,” ujarnya.
Dirinya ke Probolinggo hanya untuk membeli sparepart telepon seluler miliknya. “Kebetulan saya servis hp di sana,” katanya.
Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri, dimanfaatkan banyak orang untuk berbelanja. Setelah satu bulan lamanya berpuasa di bulan Ramadan, wajar bila semua orang ingin tampil beda dan rapi saat Lebaran. Selain identik dengan ketupat, opor, dan makanan khas lainnya, Lebaran juga identik dengan yang baru, tuturnya.
Bagi warga Pulau Gili Ketapang, kebiasaan belanja mengahadapi hari raya Idulfitri ini, bahkan mereka jadikan tradisi adat, turun temurun, penduduk pulau kecil di utara lepas pantai Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, itu menyebutnya sebagai tradisi “toron petolekoran”.
Dalam tradisi ini, warga Gili, harus menempuh perjalanan laut sejauh 3 mil, menuju Kota Probolinggo, guna belanja kebutuhan Lebaran. Selain itu belanja kebutuhan sehari-hari, lanjut Suparyono.
Lamanya waktu meninggalkan pulau Gili, harus sehari penuh. “Tradisi ini pasti berlangsung setiap hari ke 27 Ramadhan. Ribuan jumlah penduduk Gili, harus berbelanja kebutuhan Lebaran” ujar H Usman, warga Gili, yang dijumpai disalah satu dept store di Kota Probolinggo, karena saat ini sedang dalam musibah adanya covid 19 maka warga melakukannya lebih awal..
Tak hanya soal baju dan bahan pokok, tambah H Usaman, penduduk Gili, juga datang ke diler motor untuk membeli kendaraan baru. “Pokoknya hari ini belanja semua kebutuhan yang mampu mereka beli,” ungkapnya.
Senada disampaikan Yuli, juga warga Gili. Menurutnya, meski cuaca buruk di laut, tradisi “toron petolekoran” tetap dijalankan. “Walau tak ada akibat jika tidak ikut tradisi toron, namun warga gili sudah sepakat tradisi ini harus terus dilakoni, dalam keadaan apapun termasuk corona ini,” katanya.
Pantauan “Bhirawa” terutama JL. DR. Sutomo, Kota Probolinggo, nyaris macet penuh sesak oleh warga Gili. Deretan toko busana dan elektronik ramai dikunjungi. Sementara di JL. Niaga, meski lalu lintas lancar, namun aksi borong bahan jajanan dan makanan oleh warga Gili, nampak jelas.
Anggota Satlantas Polres Probolinggo Kota, Aiptu Suyanto, menyatakan tak ada rekayasa jalan akibat tradisi dimaksud. Meski demikian warga pengguna jalan disarankan menghindari jalur-jalur kawasan toko busana dan elektronik. “Ini kan hanya sehari saja. Nanti malam sudah kembali lancar,” katanya.
Lebih lanjut Kepala Desa Pulau Gili Ketapang Suparyono mengatakan, pihaknya sudah mengumumkan imbauan itu melalui pengeras suara masjid dan musala yang ada di desanya. Tidak belanja bersamaan saat tradisi petolekoran itu diminta untuk mencegah penyebaran Virus Corona (Covid-19), namun mereka tetap saja melakukan.
Suparyono menyebut, tradisi petolekoran di Pulau Gili Ketapang adalah tradisi turun temurun. Di mana warga berbondong-bondong belanja ke pusat pertokoan dan swalayan untuk belanja baju hingga sembako untuk kebutuhan lebaran Hari Raya Idul Fitri. “Tradisi ini merupakan kebiasaan turun temurun sejak nenek moyang warga di pulau kami,” tandas Suparyono.
Sebelum puasa saja jumlah kunjungan warganya ke Probolinggo setiap hari kurang lebih 300 orang. Mereka menaiki kapal motor dari Pulau Gili Ketapang. “Jumlah penduduk di Desa Pulau Gili Ketapang mencapai 9.715 orang,” ungkap Suparyono.
Dia menyebut, jika warga tidak mengikuti imbauan tersebut, maka akan menerima sanksi dari pemerintah desa. Imbauan salah satu yaitu warga hanya boleh keluar dari Pulau Gili jika ada kepentingan mendadak atau benar-benar penting, tambahnya. [Wiwit Agus Pribadi]

Tags: