Transportasi Massal Solusi Atasi Kemacetan di Kota Malang

Foto Ilustrasi.

Kota Malang, Bhirawa
Transportasi masal sampai sekarang dinilai menjadi salah satu solusi mengatasi kemacetan di Kota Malang. Sayangnya masyarakat masih lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi ini membuat kemacetan semakin parah.
Prof. Harnen Sulistio, M.Sc, Ph.D., pakar transportasi Universitas Brawijaya (UB) menjelaskan, salah satu kebutuhan yang harus disediakan oleh pemerintah adalah taransportasi umum. Karena selain membantu mobilitas masyarakat, transportasi umum juga berpengaruh pada pergerakan dan perputaran ekonomi sebuah daerah.
Di berbagai negara, menurutnya transportasi umum selalu dibuat tidak hanya semata-mata untuk meraup keuntungan. Melainkan dibuat untuk mendongkrak pergerakan perekonomian. Di mana tiket dibandrol dengan harga yang sangat murah lantaran mendapat subsidi dari pemerintah.
Begitu juga dengan layanan dan fasilitasnya, kata Harnen selalu memperhatikan kenyamanan dan keamanan dari para penumpang. Ketika hal itu diterapkan, roda perekonomian akan berjalan sangat baik dan berdampak pada pendapatan per kapita sebuah daerah.
“Konsep yang benar memang seperti itu. Jadi ketika pendapatan warganya meningkat, maka tarif dinaikkan tidak masalah bagi mereka,” tambahnya.
Di Kota Malang sendiri, menurutnya transportasi umum yang ada saat ini masih perlu untuk lebih dibenahi. Karena transportasi umum yang ada saat ini masih banyak dinilai masyarakat sering menimbulkan kemacetan. Ditambah dengan banykanya kendaraan pribadi milik pendatang, utamanya mahasiswa yang jumlahnya mencapai ribuan.
Sehingga, ia menilai kota pendidikan ini butuh memiliki transportasi umum yang lebih layak. Belum lama ini, ia juga sempat mengusulkan untuk menerapkan bus khusus bagi para mahasiswa dan PNS. Sehingga, beban kendaraan pribadi dapat lebih ditekan lagi.
Bus khusus yang dapat dikelola oleh perguruan tinggi dan pemerintah itu menurutnya akan menjadi sangat efektif dan dapat disebut sebagai transportasi impian masa depan di Kota Malang. Karena akan dioperasikan dengan jalur khusus dan memberi pendapatan tetap kepada para sopirnya.
“Kementerian Perhubungan bahkan sempat menawarkan bus gratis untuk transportasi umum, namun sayangnya memang belum juga direalisasikan Pemkot Malang sampai sekarang,” tambah Harnen.
Bus impian itu menurutnya sangat mungkin diterapkan di Kota Malang. Dengan kondisi jalannya sekarang, maka bentuk dari bus bisa disesuaikan dengan ukuran yang lebih kecil. Jalurmya pun dapat dibuat khusus. “Penumpang bayarnya langsung menggunakan kartu dan sopir digaji setiap bulan, itu akan lebih baik,” paparnya lagi.
Namun sayangnya, dengan kondisi yang ada pemerintah memang sulit menentukan langkah. Diantaranya kemungkinan munculnya gejolak yang terjadi dari angkutan umum seperti mikrolet dan taksi. “Tapi sebenarnya kita kan negara hukum dan semua harus dipatuhi. Tinggal kemauannya saja, kalau mau itu semua bisa diwujudkan,” jelasnya ramah.
Sementara ketika disinggung terkait kemungkinan pengadaan monorel sebagai transportasi umum yang bisa dimanfaatkan, menurutnya hal itu sangat jauh dari kemungkinan untuk diwujudkan.
Karena selain menelan biaya yang sangat mahal, menurutnya monorel sama sekali tidak sesuai dengan budaya lokal dan kontur jalanan yang ada. Sehingga ia menyarankan agar pemerintah lebih bersifat realistis. “Biaya monorel sangat besar, dan dilihat dari kondisi jalanan kita apa masih memungkinkan,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang, Kusnadi menyampaikan, beralih pada transportasi umum dengan model yang berbeda menurutnya bukanlah hal mudah. Karena dipastikan dapat menimbulkan gejolak baru. “Sopir mikrolet kita banyak, mau dikemanakan mereka nanti,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan jika penggunaan bus untuk mahasiswa dan pegawai negeri sipil tidak dapat begitu saja diterapkan. Jika memang harus diterapkan, menurutnya bus harus bersifat gratis. “Bus sekolahnya gratis, kalau bus yang lain nggak gratis saya diprotes,” paparnya.
Kusnadi menjelaskan jika saat ini pembenahan terhadap transportasi umum masih terus digalakkan. Sehingga ia tidak dapat memastikan seperti apa kendaraan transportasi umum di masa depan yang bisa mengurai kemacetan di kota pendidikan ini. [mut]

Tags: