Trem di Tengah Kota, Monorel Untuk Surabaya Barat

1706053620X310(Akhir April Pemkot Umumkan Prakualifikas MRT)
Pemkot Surabaya, Bhirawa
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akhir April ini bakal mengumumkan hasil prakualifikasi proyek Mass Rapid Trans (MRT). Pemkot Surabaya ingin memastikan kualifikasi yang diberikan pemenang lelang sesuai dengan keinginan Pemkot.
Menurut Sekretaris Daerah Kota (Sekkota) Surabaya-Hendro Gunawan memaparkan, detail moda transportasi bakal diberi nama Surotrem dan Boyorail. Rencananya koridor utara-selatan akan menggunakan jenis trem. Panjang jalur yang disiapkan 16,70 kilometer.
Pemilihan trem bukannya tanpa alasan. Menurut Hendro, pada jalur tersebut terdapat banyak bangunan cagar budaya sehingga trem dirasa paling pas karena tidak mengganggu estetika bangunan. Disamping itu, faktor viaduk juga menjadi pertimbangan dipilihnya trem untuk koridor utara-selatan.
Lain halnya dengan kawasan timur-barat yang dihubungkan dengan monorel. Jalur monorel sepanjang 23 kilometer membentang dari Kejawan Putih Tambak sampai Lidah Kulon. Pemilihan monorel karena dapat mengurangi titik konflik dengan persimpangan sebidang.
“Monorel juga lebih mudah dalam hal pembebasan lahan karena sifatnya yang elevated (melayang),” kata Hendro Rabu (16/4). Menurutnya pengadaan angkutan massal cepat memang sudah mendesak.
Pasalnya, pertumbuhan kendaraan pribadi sudah sangat signifikan sehingga berimplikasi pada kemacetan lalu lintas. Pertumbuhan sepeda motor yang mencapai lebih dari 20 persen per tahun serta mobil pribadi yang melebihi 15 persen per tahun tidak mampu diimbangi oleh pertumbuhan jaringan ataupun kapasitas jalan
”Kalau referensi dari berbagai negara sudah dapat hanya tinggal konsorsium perusahaan yang menawarkan ke kita itu produk dari mana itu, yang belum,” kata Sekertaris Kota Surabaya ini.
Hendro memastikan, seluruh investor yang mengikuti beauty contest untuk pra kualifikasi semuanya bagus. Namun, pihaknya tak ingin membeli ‘kucing dalam karung’ dengan memastikan beberapa hal.
”Semua bagus tinggal kita lihat sertifikasi internasional, ada faktor harga, ada faktor klasifikasi kemudian faktor after salenya. Ada gak workshopnya sehngga jaminan kelanjutan ada,” ungkap dia.
Selain beberapa kriteria penunjang, kata Hendro, pihaknya saat ini sedang melakukan filter atau penyaringan investor yang mengikuti proses prakualifikasi megaproyek senilai Rp8,8 triliun ini. ”Akan kita filter dengan kriteria tertentu,” imbuhnya.
Hendro mencontohkan, hal yang menjadi perhatian pihaknya diantaranya, masalah ketepatan waktu kedatangan serta daya tampung serta harga tiket yang murah sehingga masyarakat Surabaya mau berpindah dan menggunakan anggutan massal.
“Ada dua hal, satu kapasitas. dua, waktu tunggu. jadi kalau misalnya kapasitasnya lebih kecil, waktu tunggunya yang dibuat cepat. karena kalau waktu tunggunya terlalu lama, kapasitas terlalu kecil tentunya ketertarikan masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke umum tidak ada,” tegasnya.
Ia juga memastikan sampai saat ini, tim teknis yang dibentuk Pemkot Surabaya masih terus berjalan untuk terus mengawal hingga proses lelang dan didapatkan pemenang.
Perlu diketahui, sebanyak 60 investor asing dan lokal tertarik dengan megaproyek MRT milik Pemkot Surabaya. Puluhan investor ini hasil dari market sounding akhir tahun lalu. Nilai investasi proyek trem dan monorel yang akan menghubungkan Surabaya Barat-Timur dan Surabaya Utara_Selatan senilai Rp8,8 triliun. [dre]

Tags: