Tren Angka Kematian di Surabaya Paling Ekstrem

dr Makhyan Jibril Al Farabi menunjukkan prediksi kurva kasus Covid-19 di Jatim yang kemungkinan akan sampai pada puncaknya pada pertengahan Juni mendatang. [Adit hananta utama]

Diprediksi Hingga Pertengahan Juni
Pemprov, Bhirawa
Sepekan lebih penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jatim belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan para ahli memprediksi perkembangan kasus covid-19 di Jatim masih akan terus berjalan hingga puncaknya pada pertengahan Juni.
Puncak kasus masih bisa mundur jika masyarakat tidak disiplin dalam menerapkan physical distancing dan prilaku hidup bersih dan sehat. “Kalau kita melihat grafiknya yang dihitung menggunakan rumus seir, untuk sampai puncak kasus masih sekitar satu bulan lagi. Sementara kebutuhan bed juga naik,” tutur Ketua Gugus Kuratif Covid-19 Jatim dr Joni Wahyu Hadi di Gedung Negara Grahadi, Kamis (7/5).
Joni menegaskan, perhitungan yang tidak menggembirakan adalah karena angka infeksiusnya tinggi, maka kasusnya akan naik terus. Maka diwajibkan semua elemen melakukan upaya yang lebih agresif dalam physical distancing, social distancing, menggunakan masker dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Pemerintah juga akan melakukan tes secara massif dengan pemeriksaan di setiap kabupaten. Sehingga kasusnya bisa lebih cepat ditemukan dan isolasi lebih cepat dilakukan serta penelusuran juga lebih cepat sehingga mengurangi spreading dari virus ini,” ungkap dr Joni yang juga Dirut RSUD dr Soetomo.
dr Joni juga menyampaikan hasil evaluasi tren kenaikan kasus covid-19 terhadap tiga daerah yang saat ini melaksanakan PSBB. Pihaknya menegaskan bahwa di Surabaya angka penularan masih cukup tinggi sehingga, infeksi virus khususnya di kota ini masih sangat menular.
“Dua hari lagi kita diminta konsep terkait pengembangan tes oleh Gugus Tugas nasional karena masih membutuhkan pembenahan-pembenahan. Namun, perkembangan tren covid naik terus khususnya di tiga daerah PSBB,” ungkap Joni.
Penambahan positif day by day masih naik. Hingga kemarin kasus konfirmasi positif telah mencapai total 592 orang. Joni menjelaskan, progres epidemologis tiga daerah PSBB belum menunjukkan grafik yang menggembirakan. Sebab, penambahan kasus di Surabaya tetap yang paling besar.
Tidak hanya kasus positif, tren untuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP) juga mengalami kenaikan khsusunya untuk Surabaya. Sementara untuk Sidoarjo dan Gresik mulai melandai. “Kita harus berupaya maksimal untuk Surabaya,” ungkap dr Joni.
Sementara untuk kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP), dr Joni mengaku telah ada kenaikan di Sidoarjo dan Gresik. Sebaliknya, untuk Kota Surabaya justru mengalami penurunan. “Untuk ODP Gresik dan Surabaya ODP mulai naik dan itu bagus. Tapi Surabaya terbalik ,ODP-nya turun PDP-nya naik. Maka ini perlu upaya yang lebih agresif lagi di Surabaya,” ungkap dr Joni.
Sedangkan tren kematian di Surabaya disebut dr Joni cukup ekstrim. Tambahan kematian dari hari ke hari bertambah signifikan. Sementara di Sidoarjo dan Gresik juga sama-sama naik meskipun tidak seekstrim di Surabaya. “Kalau melihat grafik angka penularan dan angka kematian naik . Jenis virus ini mungkin betul sebagaimana disampaikan di beberapa jurnal bahwa yang masuk di Indonesia berbeda dengan di negara lain. Ada mutasi dari pada negara-negara lain,” kata dia.
Seperti diketahui, hingga 7 Mei 2020 angka kematian di Surabaya telah mencapai 78 orang dengan total kesembuhan 91 orang. Sementara angka kematian di Sidoarjo 16 orang dengan angka kesembuhan 13 orang dan di Kabupaten Gresik, angka kematian mencapai enam orang dengan angka kesembuhan delapan orang.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menambahkan, hingga kemarin perkembangan kasus covid-19 di Jatim telah mencapai angka 1.265 kasus positif, 3.802 PDP dan 20.759 ODP. “Kita patut bersyukur atas kesembuhan lima pasien yang telah terkonversi negative atau sembuh dan kita juga berduka dengan adanya lima pasien yang meninggal dunia,” pungkas Emil. [tam]

Tags: