Tren Perilaku Konsumen Milenials dan Generasi Y

Oleh :
Dr Asmara Indahingwati
Dosen Tetap STIESIA Surabaya
Perkembangan perilaku konsumen di Indonesia sangat pesat dilihat dari akses teknologi digital semakin membuka jalur informasi menjadi semakin kompleks termasuk dalam hal pengambilan keputusan pembelian konsumen melalui penggalian informasi digital sebagai sumber referensi terpercaya bahkan dapat menjadi sumber inspirasi. Youtuber maupun Selebgram merupakan salah satu contoh profesi baru yang muncul kepermukaan yang menjadikan konten digital sebagai produk untuk dipasarkan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat sebagai end-user dalam membantu masyarakat untuk mempermudah proses pembelian.
Berbagai perusahaan kini menjadikan Youtuber atau Selebgram sebagai salah satu model peraga dalam pemasaran produk perusahaan, mengingat jangkauan Social Media seolah tidak memiliki batas jangkauan dalam hal segmentasi konsumen. Kehadiran teknologi ditengah-tengah mengubah arus pola perilaku konsumen, contoh: model transportasi dan belanja yang dulunya konvensional (melibatkan proses tatap muka antara produsen dan konsumen) kini menggandeng akses layanan digital (memesan secara online) sebagai pelengkap dalam bertransaksi dan berinteraksi dengan pasar.
Perilaku konsumen bagi generasi millennial dan generasi Y di Era Ekonomi-Sharing lebih dominan melibatkan faktor teknologi dan sekarang telah memberikan banyak perubahan yang signifikan dalam hal pengambilan keputusan berbelanja. Tipikal belanja generasi Millenial dan generasi Y diantaranya adalah: lebih suka membeli setelah mendapat informasi dari User Generated Content (UGC) atau berdasarkan testimoni dan pengalaman pengguna, paling hobby belanja produk dari online shopping, loyal terhadap brand, keputusan pembelian berdasarkan tingkat kepercayaan dari informasi perorangan atau User Generated Content (UGC) Youtuber dan Selebgram, serta mementingkan pengalaman dan story telling dalam memilih produk.
Pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen melibatkan beberapa faktor penentu yang datang dari dalam diri konsumen itu sendiri, misalkan persepsi emosional terhadap produk yang dilihat dan kondisi mood pada saat melihat atau ingin berbelanja. Tentunya kondisi psikologi ini dapat pula menjadi jembatan bagi individu untuk memutuskan apakah seseorang akan berbelanja secara rasional ataupun tidak rasional pada dirinya. Disisi lain, aspek kognitif pada sub-bagian internal faktor merujuk pada sejauhmana pemahaman, pikiran dan penerimaan informasi bagi individu yang kemudian akan membentuk serangkaian pertimbangan yang turut serta memberikan kontribusi sikap akhir bagi individu terhadap pengambilan keputusan untuk memiliki produk barang atau jasa yang dikehendakinya. Aspek kognitif yang positif akan memberikan feedback positive juga bagi konsumen untuk membeli suatu produk, begitu juga dengan negative feedback atau bad experience yang telah diperoleh konsumen sebelumnya juga menjadi bahan pertimbangan kuat untuk menolak membeli suatu produk barang/jasa.
Pendekatan dalam teori perilaku konsumen tidak terlepas dari beberapa teori fundamental dalam diri manusia, seperti: Teori Ekonomi Mikro dimana teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsi, dimana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain, Teori Psikologis, teori ini mendasarkan diri pada faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan lingkungan. Aspek Afektif dalam teori psikologi dan marketing merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, missal: apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Aspek Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya: apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang objek. Pengetahuan tentang objek dapat diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang tertanam dalam memori individu. Aspek kognisi biasa terjadi melalui proses berpikir sadar ataupun dapat terjadi secara tidak sadar.
Faktor yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi atau mempergunakan sebuah produk adalah karena sudah ada niat pada diri seseorang setelah mengetahui dan mengexplore sebuah sistem. Setelah niat terbentuk maka akan muncul awarenes pengguna dan muncul interest dalam fikirannya. Interest yang semakin kuat akan memunculkan keinginan yang kuat untuk mencoba. Penggunaan e-commerce untuk berbelanja akan terjadi jika ada penekanan dalam pemikiran seseorang dalam proses berbelanja. Ending daripada intensi didalam berbelanja akan bermuara para perilaku berbelanja, dimana perilaku berbelanja pada e-commerce terbentuk melalui seberapa sering pengguna menggunakan e-commerce untuk belanja
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor penting misalkan: dukungan social, keinginan berbelanja secara impulsive yang melibatkan faktor emosi serta melalui pertimbangan rasional dalam bingkai marketing mix. Hasil studi ini memberikan gambaran nyata bahwa pertimbangan psikologi yang meliputi aspek kognitif, afektif dan normative secara psikologi berperan penting mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusannya. Dukungan lingkungan sekitar baik teman maupun keluarga memberikan referensi tersendiri bagi konsumen untuk lebih memantapkan lagi keputusan yang telah dibuat.
Dewasa ini perkembangan teknologi digital menambah deretan alat pengambilan keputusan, teknologi digital masuk dalam kategori sebagai wadah untuk memberikan rujukan bagi calon konsumen dalam membeli suatu produk. Tentunya kelompok rujukan dalam sistem digital harus memenuhi beberapa aspek penting seperti persoalan likeability, reliability credibility, reputation dan keahlian; bahwa faktor kesukaan konsumen atas figur tertentu memberikan dampak bagi calon konsumen untuk percaya atas produk yang Youtuber atau Selebgram sedang review pada channel social media mereka dan memberikan ilustrasi bagaiamana teknologi digital dapat mempengaruhi budaya konsumen suatu generasi dari aspek marketing dan psikologi.
Generasi millennial dan generasi Y hari ini tengah menjadikan applikasi Youtube ataupun Selebgram sebagai mesin pencari informasi yang lebih komprehensif, efektif dan murah sebelum mereka memutuskan untuk membeli dan menggunakan suatu produk.
Kehadiran Youtuber dan Selebgram dalam mengulas barang dianggap memberikan infomasi yang lebih detail dan nyata ketimbang iklan komersial yang dibuat oleh perusahaan suatu produk. Studi ini memberikan pemahaman bagi para pelaku industri, para pengambil keputusan yang target pasarnya kepada generasi millennial dan generasi Y. mengingat generasi millennial dan generasi Y hari ini merupakan salah satu generasi produktif dan konsumtif maka para pelaku industri dapat menempuh beragam alternative strategi untuk memasarkan produk mereka pada channel digital seperti menggunakan youtuber atau celebgram sebagai bagian alternative untuk mempromosikan produknya secara massif.
Kehadiran Youtuber dan Selebgram bagi generasi millennial dan generasi Y menjadi kelompok referensi baru selain suggest dari teman maupun keluarga. Tentu saja hal ini dapat menjadi peluang bagi industri untuk menjadikan kelompok rujukan (youtuber dan Selebgram) sebagai bagian dari aktivitas memasarkan produk.
———— *** ————

Tags: