KBS Segera Gelar Seminar Kelola Satwa Beretika

KBS-usai-pra-seminar

KBS-usai-pra-seminar

(Triwulan Pertama Merugi Rp352 Juta)
Surabaya, Bhirawa
Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya PDTS KBS sejak dikelola oleh pemkot memang belum pernah mendapatkan untung. Sebaliknya, berkilah bahwa orientasi utamanya adalah untuk edukasi dan rekreasi murah, perusahaan daerah ini selalu mengalami kerugian. Yang terbaru untuk triwulan pertama sepanjang tahun 2016 ini, PDTS KBS sudah mengalami regi sebanyak Rp 352 juta. Alasan utamanya adalah karena biaya operasional KBS tidak bisa tercukupi hanya dari pemasukan tiket yang harganya terlalu rendah.
Pelaksana Tugas Dirut PDTS KBS Aschta Boestani Tajudin mengatakan, harga tiket masuk KBS yang hanya Rp 15 ribu tidak cukup untuk membiayai operasional KBS yang setiap bulannya. Mulai untuk pembiayaan SDM dan juga untuk pembaiayaan makan satwa. “Setiap bulannya operasional KBS sekitar Rp 1,7 miliar. Nilai itu dipakai 45 peraenuntuk pembiàyaan gaji SDM dan 30 persennya untuk makan satwa, sisanya untuk pemeliharaan,” kata Aschta. Sedangkan dari karcis hasil pemasukannya tidak menentu bisa hanya Rp 1,1 miliar perbulannya.
Guna menutup kerugian tersebut, PDTS KBS akhirnya harus mengambil uang dari dana pendampingan yang diberikan oleh pemkot Surabaya. Dimana untuk tahun 2016 ini PDTS KBS mendapatkan sokongan dana sebesar Rp 10 miliar. Dana itu yang dipakai untuk menalangi biaya operasional yang lebih besar dibandingkan dengan pemasukannya sendiri.
Lebih lanjut wanita yang juga menjabat sebagai Direktur Operasional PDTS KBS ini menutuurkan bahwa meski merugi, namun besar kerugian PDTS KBS ini cenderung turu dari tahun ke tahun. Detailnya, pada tahun 2014 lalu kerugian PDTS KBS mencapai Rp 1,1 miliar. Lalu untuk tahun 2015 lalu kerugiannya menurun hingga Rp 220 juta. Dan dilanjutkan triwulan pertama dengan kerugian tersebut di atas, yaitu Rp 352 juta.
“Kerugian ini bisa ditutup jika pengunjung KBS mencapai 2 juta orang seetiap tahunnya. Sedangkan saat ini posisinya pengunjung kita hanya 1,4 juta dalam setahun. Itu kalau harga tiketnya tetap Rp 15 ribu ya,” kata Aschta. Akan tetapi meski sudah berupaya untuk mengajukan kenaikan tarif karcis, usulan PDTS KBS belum juga disetujui. Sebab pemkot masih bertekad untuk mengedepankan fungsi edukasi dan rekreasi murah untuk warga Surabaya. Sehingga profit memang masih belum digenjot dalam beberapa tahun ini. Terbukti bahwa tarif Rp 15 ribu tersebut belum mengalami kenaikan sejak 12 tahun lalu.
Selain itu, kerugian ini juga disebabkan karena adanya kenaikan gaji karyawan yang menyebabkan inflasi di perusahaan. Bagaimana tidak, ia menyebutkan selain mengutaman kesejahteraan satwa, kbs juga bertekad untuk mengangkat kesejahteraan sumber daya manusianya. Sehingga gaji terendah karyawan KBS adalah dibayar dengan harga UMK. Ini yang menyebabkan biaya operasional KBS naik sampai 30 persen setiap tahunnya.
Di sisi lain, masalah yang kini dihadapi KBS adalah masalah over populasi. Dimana banyak satwa yang kelebihan populasi dan berlebihan dalam kansang satwa KBS. Seperti Komodo, burung Pelikan, Bekantan, Rusa, dan juga Jalak Bali. “Ada sekitar 300 lebih satwa yang harus segera dikeluarkan dari sini. Alasannya memang terjadi over populasi dan jika terus tetap dipelihara di KBS akan tidak sehat dan tidak beretika untuk kesejahteraan satwa itu sendiri,” kata Aschta.
Melihat permasalahan tersebut, PDTS KBS berencana menggelar seminar ‘Strategi Pengelolaan KBS’ dengan judul ‘Menuju Pengelolaan Beretika dan Berkesejahteraan Satwa’ pada Senin (9/5) mendatang di ruang Sawunggaling Gedung Pemerintahan Kota (Pemkot) Surabaya.
ia menjelaskan,  seminar nantinya akan dibahas mengenai evaluasi dalam pengelolaan kebun binatang secara umum, juga membahas satwa yang surplus (kelebihan) dan single (sendiri) serta terkait Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengelola.
“Ini bentuk diskusi dengan kementerian, harap langkah manajemen di sosialisasikan melalui pelatihan dengan melibatkan masyarakat,” katanya pada acara ‘Pra Konferensi Pers Seminar Strategi Pengelolaan KBS’ di KBS, Selasa (3/5) kemarin.
Menurutnya, sosialisasi dengan cara seminar ini penting agar masyarakat paham seperti apa posisi KBS saat ini, permasalahan apa yang tengah dihadapi. Dan bagaimana jalan keluar yang harus dilakukan oleh KBS. “Supaya permasalahan cepat selesai, tidak ada lagi istilahnya ‘kongkalikong’ antara pihak A dan pihak B,” ujarnya.
Tujuan diadakannya seminar  pembenahan KBS ini, tambah Aschta, agar manajemen populasi dan breeding yaitu untuk mensosialisasikan langkah-langkah manajemen satwa yang akan dilakukan oleh PDTS KBS berdasarkan prinsip – prinsip kesejahteraan satwa. (geh)

Tags: