Tuan Rumah Asian Games

20121109100627HanoiKalahkanSurabayaSebagaiTuanRumahAsianGames2019Indonesia sudah pernah gagal dalam pencalonan tuan-rumah Asian Games (AG) 2019. Ketika itu sudah disepakati Jawa Timur (kota Surabaya) yang diajukan sebagai penyelenggara. Namun Indonesia dikalahkan oleh Vietnam yang mengajukan kota Hanoi. Andai keinginan itu (menjadi tuan rumah Asian Games) masih kuat, saat ini ada kesempatan itu bisa diraih kembali. Maka harus dipersiapkan sarana dan prasarana, juga mental.
Konon biaya penyelenggaraan AG tidak terlalu tinggi. Hanya sekitar US$ 500 juta (sekitar Rp 5,7 triliun). Tetapi Vietnam tiba-tiba menyatakan tak cukup memiliki anggaran. Ini bisa dimengerti karena Vietnam merupakan negara kecil di ASEAN yang baru saja “bangkit” secara ke-ekonomi-an. Prestasi olahraganya juga belum seberapa nampak, kecuali sepakbola. Sehingga dikhawatirkan biaya AG tidak bisa balik modal dengan mengandalkan sponsor maupun tiket masuk arena pertandingan.
Berdasarkan pemilihan di Macau (RRC, 8 November 2012), terdapat dua negara lain yang mengajukan diri. Yakni Uni Emirat Arab (UEA) dan Indonesia. Hanya 14 suara yang mendukung Surabaya sebagai tuan-rumah. Sedangkan Hanoi memperoleh 29 suara. Tidak ada yang mendukung UEA karena dianggap tidak cukup apresiatif dan kurang berprestasi pada bidang olahraga. Walau tercatat sebagai negara kaya, UEA nyaris tidak memiliki atlet level dunia.
Pernyataan mundur (urung) sebagai tuan-rumah memang beberapa kali terjadi. Yang pertama tahun 1970, Korsel membatalkan rencananya untuk menjadi tuan-rumah, maka AG dipindahkan ke Bangkok. Terjadi lagi tahun 1977, dari Pakistan dipindah ke Bangkok lagi. Mundurnya Vietnam menjadikan Indonesia (Surabaya, Jawa Timur) cadangan terkuat. Dus, berpeluang besar menjadi tuan-rumah AG.
OCA (Olympiade Council of Asia) sebagai dewan olimpiade di Asia juga sedang melirik Indonesia untuk menjadi tuan-rumah pengganti. Bahkan awal bulan Mei, OCA akan datang ke Indonesia. Tetapi tidak serta-merta akan menetapkan Indonesia sebagai tuan-rumah. Walau sudah pernah menjadi tuan-rumah Asian Games (tahun 1962) Indonesia masih perlu mempertimbangkan berbagai hal. Terutama persiapan internal KOI (Komite Olimpade Indonesia) dan penunjukan daerah.
Saran dari beberapa daerah dari negara Asia yang pernah menjadi tuan-rumah juga diperlukan. Antaralaian Pemerintah Daerah Beijing (RRC), Tokyo (Jepang) dan Seoul (Korea Selatan). Pemerintah Daerah wajib dilibatkan, karena berdasarkan statuta OCA penyelenggara AG adalah atasnama daerah, bukan negara.
Andai telah ditetapkan di Indonesia, maka penyelenggaraan AG memang tidak harus di ibukota negara. Misalnya, AG ke-14 tahun 2002 diselenggarakan di Busan (Korea Selatan). Begitu juga AG XVI 2010 diselenggarakan di Guangzhou (RRC), serta AG XII 1994 di Hiroshima (Jepang). Dan, AG XVII 2014 (19 September sampai 4 Oktober nanti) diselenggarakan di Incheon (Korsel).
Beberapa daerah yang cukup memadai sarana olahraganya bisa ditunjuk menjadi tuan-rumah. Antaralain Palembang (karena sudah pernah menjadi tuan-rumah SEA Games), serta Jawa Timur (sudah terbukti didukung 14 negara OCA saat lelang di Macau). Lebih lagi, masih cukup waktu (lima tahun sampai September 2019) untuk menambah sarana olahraga.
Jawa Timur mesti memanfaatkan kesempatan lelang tuan-rumah AG ini. Selanjutnya bisa sekaligus meminta menjadi tuan-rumah PON XX tahun 2020. Konsekuensinya, harus disediakan anggaran yang bersumber dari APBD Jawa Timur dengan perhitungan proyek multi-years. Pasti pula akan didukung alokasi dana APBN multi-years pula.
Jika biaya AG ditaksir Rp 5,7 triliun, APBD Jawa Timur bisa sharing separuhnya (Rp 2,850 trilyun), dan dialokasikan selama 5 tahun APBD. Atau setahun sebesar Rp 570 milyar per-tahun. Tidak terlalu besar, dan dipastikan balik modal dari berbagai sponsor serta kontrak hak siar. Tetapi harus dipersiapkan mental, agar tidak tersandung korupsi proyek ke-olahraga-an.
———   000   ———

Rate this article!
Tuan Rumah Asian Games,5 / 5 ( 1votes )
Tags: