Tujuh Bulan Guru Surabaya Tak Terima TPP

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Terdampak Konversi Kode Mata Pelajaran
Dindik Surabaya, Bhirawa
Nasib malang menimpa puluhan guru SMA dan SMK di Surabaya. Sejak Januari sampai Juli tahun ini, mereka belum merasakan nikmatnya Tunjangan Profesi Pendidik (TPP). Mereka pun berbondong-bondong mempertanyakan kejelasan nasibnya ke Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya, Selasa (7/7).
Salah satu guru yang mendatangi Dindik ialah Rasidi. Guru mata pelajaran PPKn di SMKN 1 Surabaya sejak Januari hingga kini belum menerima TPP. Dia mengaku telah memenuhi persyaratan jam mengajar 24 jam dalam seminggu. Mapel yang diajarkan pun linier. “Kami ingin tanya ke dinas kenapa TPP kami belum turun,” kata dia.
Aplikasi pendataan TPP, lanjut Rasidi, sudah diisi lengkap. Namun, menurut dinas, terdapat sejumlah konversi kode yang harus dibetulkan agar TPP bisa turun. Konversi kode inilah yang membedakan pendataan TPP tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
Hal serupa juga dialami oleh guru mapel Kimia Industri di SMKN 5 Surabaya. Selama lima tahun ke belakang, dirinya selalu mendapat TPP. Baru tahun ini tunjangan tersebut belum diterimanya. Yang cukup mengherankan, kata dia, mapel yang dia punya tidak diakui dalam pengisian aplikasi TPP.
Dari tujuh program keahlian di SMKN 5 Surabaya, hanya jurusan Kimia Industri dan Kimia Analis yang tidak tercantum di data aplikasi TPP. “Kalau tahun-tahun sebelumnya, pencairan TPP hanya menggunakan nama guru mapel Kimia saja bisa cair. Tapi ketika tahun ini mulai diubah namanya, malah tidak cair,” jelasnya.
Kabid Ketenagaan Dindik Surabaya Yusuf Masruh menjelaskan, tahun ini pendataan TPP menggunakan aplikasi data pokok pendidikan (Dapodik) pendidikan menengah (Dikmen) milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Penggunaan aplikasi ini, diakuinya, baru tahun ini diberlakukan.
Berdasar SK Pencairan TPP tahun ini dari Kemendikbud, kata Yusuf, terdapat 300 guru di Surabaya yang terhambat pencairannya. Setelah diurus oleh guru bersangkutan, sekitar 100 guru dari jumlah itu sudah mampu dicairkan. “Guru yang tanya pencairan TPP ini mungkin termasuk yang terhambat pencairannya,” tegasnya.
Terkait konversi kode mapel, Yusuf menjelaskan sudah dua tahun ini menyosialisasikan perubahan kode mapel untuk pencairan TPP. Dia mencontohkan, bila tahun lalu pengisian aplikasi TPP hanya cukup menuliskan mapel Bahasa Indonesia, tahun ini diubah dengan kode 323 untuk mapel tersebut.
Dia mensinyalir, guru-guru ini belum mengisi dengan benar aplikasi tersebut sehingga TPP-nya terlambat turun. Pasalnya, aplikasi merupakan sebuah sistem. Bila keliru mengisi, sistem bakal menolak. Jadi, guru-guru yang belum turun TPP-nya diminta mengecek kembali data yang diisikan dalam aplikasi Dapodik Dikmen Kemendikbud.
“Sebenarnya kami hanya menyalurkan TPP sesuai SK yang diturunkan oleh Kemendikbud. Kalau belum ada SK-nya, ya tidak bisa. Silakan guru cek kembali tahapan-tahapan pengisian,” ujar dia.
Tahapan ini dimulai dari pengisian aplikasi. Kemudian pemenuhan jam mengajar 24 jam dalam seminggu, dan pengisian kode sertifikasi. [tam]

Tags: