Tumbuhkan Jiwa Sosial Mahasiswa Lewat ‘Gerdu’ Sosial

Fahmi Andriansyah

Fahmi Andriansyah
Menumbuhkan jiwa sosial dalam diri masing-masing individu bukan hal yang mudah. Terlebih, di era modernisasi ini sikap individualisme sangat terlihat. Karena hal itulah, yang kemudian mendorong Fahmi Andriansyah untuk menggagas Komunitas Gerdu (gerakan peduli) Sosial.
Sebagai mahasiswa, ia menilai sudah seharusnya dia dan teman-temannya yang berstatus mahasiswa untuk kembali dan mengabdikan diri untuk masyarakat. Apalagi, sebelum KGS didirikan, ia melihat bahwa teman-teman mahasiswa kurang aktif dalam kegiatan sosial. Baik dari sosialisasi kegiatan sosial maupun penggalangan dana ketika terjadi bencana.
“Sebagai bagian di masyarakat kita (mahasiswa) juga harus aktif di lingkungan masyarakat. Hal semacam ini perlu ditumbuhkan. Dan itu yang menginisiasi saya untuk mendirikan gerakan ini. Karena setelah lulus nanti, kita harus bisa memantaskan diri hidup di masyarakat,” ungkap mahasiswa Teknik Komputer Stikom Surabaya ini, Rabu (20/3).
Apalagi, sambung dia, ketika ia mampu mengajak beberapa teman-temannya untuk bergabung dalam komunitasnya, Fahmi merasa punya kebanggaan tersendiri.
“Awal saya bentuk ini (komunitas) yang ikut hanya 15 orang. Makin lama makin banyak, alhamdulillah sekarang sudah 45 orang,” katanya.
Didirikannya komunitas tersehut juga sebagai pembuktian bagi Fahmi, bahwa mahasiswa “beasiswa” juga tidak cukup dengan IPK tinggi dan kecerdasan yang dimiliki. Yang lebih penting dari itu justru pengaruh keberadaannya dalam masyarakat. “Seberapa saya bermanfaat bagi mereka (masyarakat) itu yang ingin saya cari,” imbuh mahasiswa kelahiran 2 April 1998 ini.
Dalam komunitas gardu sosial, tidak hanya bantuan dalam penggalangan dana atau relawan. Melainkan juga hibah fasilitas. Misalnya, di yayasan kanker, pihaknya membuatkan aplikasi administrasi agar petugas bisa dengan mudah untuk mendata para pasien. Di samping itu, pihaknya juga tengah fokus dalam menjalankan program desa binaan. Yang mana rencananya sebuah pelosok desa di Lamongan akan dijadikan smart desa dengan pemanfaatan sektor wisata (edu wisata berbasis teknologi.
“Karena saya dan teman-teman kebanyakan dari jurusan teknik komputer, ya kadang bantuan yang kami berikan berupa hibah aplikasi, maupun bimbingan belajar komputer bagi masyarakat yang tidak bisa menggunakan,” papar dia. [ina]

Tags: