Tumbuhkan Sikap Empati Melalui Karya Tulis dan Orasi Kemanusiaan

Siswa SD Muhammadiyah 15 Surabaya melakukan aksi penggalangan dana untuk Palu-Donggala kepada pengendara motor.

Surabaya, Bhirawa
Ada berbagai cara untuk menaruh rasa empati dan simpati terhadap korban bencana alam. Terlebih, akhir-akhir ini Indonesia dirundung duka yang mendalam. Usai gempa berkekuatan 7.4 skala Richter mengguncang Lombok, berselang dua bulan kemudian, Gempa dahsyat dan Tsunami pun mengguncang kota Palu-Donggala. Ribuan nyawa tak terselamatkan. Puluhan korban berjatuhan. Masyarakat Indonesia mulai bahu-membahu menyalurkan donasinya dan relawannya. Hal tersebutpun juga dilakukan SD Muhammadiyah 15 Surabaya. Mengajak para siswanya, pihaknya turun ke jalan untuk menggalang donasi.
“Apa yang kita lakukan untuk Palu-Donggala ini sebagai bentuk kegiatan kemanusiaan. Kita menggalang dana yang menyasar pada siswa, guru dan pengendara. Alhamdulillah, antusiasme mereka sangat bagus. Sehingga total donasi yang terkumpul adalah Rp. 19 juta,” ujar ketua panitia, Bagus Waskito Utomo
Di samping itu, pihaknya juga menyelenggarakan lomba menulis cerita pendek (cerpen) bertema Bencana Alam, yang diikuti 250 siswa dari kelas IV dan V. Menurut Bagus, diadakannya lomba cerpen merupakan sarana atau wadah bagi para siswa untuk menuangkan pendapat dan pemikirannya terkait apa yang terjadi di Indonesia.
“Dengan menulis mereka bisa menuangkan apa yang mereka rasakan kepada saudara-saudara mereka. Ini juga bentuk atau cara kami dalam menumbuhkan sikap empati, simpati dan kritis kepada para siswa terhadap apa yang terjadi,” lanjut Bagus.
Sementara itu, siswi kelas V yang mengikuti lomba Cerpen, Latifah Husna Faiza mengungkapkan dengan menulis ia bisa berpendapat dengan apa yang terjadi di kota Palu-Donggala. Selain itu, ia bisa mengatakan rasa kesedihannya melalui cerpen yang dia tulis.
“Dalam cerpen ku, aku tulis pesan untuk Palu agar mereka bisa tenang, bisa sabar, banyak berdoa. Aku juga tulis apa itu Tsunami, biar teman-teman yang nggak tahu juga tahu tentang itu,” ujar siswi yang menjadi juara I menulis Cerpen ini.
Berbeda dengan Fia, Rafa Arasy Widiarta yang berkesempatan memberikan orasi dihadapan para pengendara motor justru berkeinginan untuk menjadi relawan di Palu dan Donggala. Dengan menjadi relawan, ia menilai hal itu bisa meringankan beban masyarakat Palu yang terkena bencana alam. Apalagi, sebagian besar anak-anak di usia Rafa juga turut menjadi korban Tsunami dan Gempa.
“Prihatin banget ngeliat korban bencana di sana. Banyak orang meninggal. Anak-anak ditinggalkan orang tuanya. Kalau dibolehkan anak se usia aku jadi relawan. Aku pengen jadi relawan. Menghibur mereka, membantu menyalurkan makanan-makanan juga disana” tutur siswa kelas V ini dengan polos. [ina]

Tags: