Tumpahan Minyak Diduga Avtur Ditemukan di Pulau Belitung

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Manahan Sumorangkir menunjukan lokasi dan perkembangan pencarian PesawatSurabaya, Bhirawa
Tim pencari dari TNI AU menemukan benda mencurigakan yang diduga jejak dari pesawat AirAsia QZ 8501. Ditemukan tumpahan minyak yang diduga merupakan avtur dari pesawat hilang.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma TNI Hadi TJahjanto mengatakan, benda yang diduga jejak dari pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura ditemukan di sebelah barat Pulau Belitung. “Baru saja ditemukan benda mencurigakan seperti minyak yang diduga avtur. Sedang diselidiki. Pesawat yang di sekitar area mengarah ke titik tersebut,” ujar Hadi, Senin (29/12).
Benda mencurigakan tersebut ditemukan oleh tim pesawat Superpuma milik TNI AU. Pencarian hari kedua, kata Hadi, pihaknya menerjunkan enam pesawat. “Kemarin kita kerahkan tiga pesawat, hari ini (kemarin) enam pesawat. Dua Hercules, satu Boeing 737, dua Superpuma, dan satu GN 295,” ungkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat milik AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 hilang kontak setelah berangkat dari Surabaya menuju Singapura, Minggu (28/12) pagi.  Belum dapat disimpulkan apa penyebab pesawat  itu hilang kontak. Namun diduga pesawat mengalami turbulensi setelah sebelumnya sempat berputar-putar di atas perairan untuk menghindari badai petir dan diperkirakan jatuh di perbatasan laut Bangka Belitung dan Pontianak. Pesawat berjenis Airbus A320-200 itu membawa 155 penumpang dan 7 kru pesawat. Tujuh penumpang di antaranya merupakan warga negara asing yakni 1 orang Singapura, 1 orang Inggris, 1 orang Malaysia, 3 orang Korea Selatan dan 1 orang Perancis.
Komandan Guskamlabar Laksamana Pertama TNI Rasyid mengatakan pencarian pesawat AirAsia jenis Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC  kemarin difokuskan pada  tujuh titik.  “Tujuh lokasi itu terdiri dari Pulau Pejatatan, Pulau Temaju Tanjung Bangkai, Pontianak, Bangka Belitung, Tanjung Puting, Pulau Kebatu, dan Perairan Gosong Aling,” kata Rasyid kepada wartawan.
Ditambahkan dia, saat pertama kalinya pesawat dinyatakan hilang kontak, di hari pertama pihaknya telah menerjunkan pasukan TNI AL guna langsung melakukan pencarian.  “Saat hari pertama, langkah yang kami lakukan ialah menyisir daerah tersebut dengan menggunakan pesawat terbang untuk melihat dari atas. Hari ini (kemarin), kami akan mengirimkan kembali pesawat untuk melihat lokasi terakhir,” ungkapnya.
Selain di perairan Pulau Belitung, SAR Nasional menduga pesawat AirAsia QZ 8501 berada di Perairan Selat Karimata. Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Muda TNI F Henry Bambang Sulistyo menjelaskan titik ini menjadi fokus perhatian berdasarkan lokasi kontak terakhir dengan Bandara Soekarno-Hatta. “Saya dapatkan info titik terakhir di bawah radar di Perairan Selat Karimata. Hitung formula tertentu dapat searching area. Kami perluas jangkauan pencarian lagi, ini masih diduga karena koordinat yang diberikan ada di laut sehingga dugaan berada di dasar laut,” ujar Bambang dalam jumpa pers di Bandara Soekarno-Hatta.
Ia menyatakan kesulitan dalam melakukan pencarian pesawat tersebut jika berada di dasar laut. “Kalau sasaran di darat lebih mudah daripada di bawah laut. Kalau ada di bawah laut kesulitan menentukan lokasinya,” lanjut dia.
Untuk itu, kata Bambang, pihaknya dibantu kapal sonar milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mendeteksi pesawat dengan rute Surabaya-Singapura tersebut. “Kami dibantu kapal sonar BPPT. Kalaupun sudah ketemu di dasar laut untuk evakuasi dibawa ke atas permukaan harus menggunakan submerseaval (alat evakuasi). Kami belum punya. Atas kekuarangan itu, kami akan pinjam negara lain, seperti Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat,” ujarnya.
Kemarin sebanyak 27 kapal yang melintas di Selat Karimata yang  diduga lokasi AirAsia QZ 8501 menghilang, diminta ikut mencari keberadaan pesawat berpenumpang 155 tersebut. Permintaan itu dilakukan oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla).  Kapal-kapal tersebut dihubungi dengan menggunakan radio pantai untuk membantu penemuan pesawat AirAsia yang hilang.
Keberadaan puluhan kapal tersebut diketahui berdasarkan pantauan Automatic Identification System Satellite (AISSAT) di Pangkal Pinang kemarin. Hasil pantauan AISSAT Bakamla pada 29 Desember 2014, terpantau sekitar 27 kapal yang melintas di sekitar lokasi area pencarian pesawat AirAsia tersebut.
Di antara kapal yang melintas tersebut antara lain adalah Tanker MT Cosmic 10, Tanker Avor, Bulk Carrier Portland Ba, Bulk Carrier Sam Hawk, Cargo Mol Horizon, Cargo Yamoto, Passenger Dharma Ferry VIII, Tanker Scarlet Ibis, Tug Boat Mermaid Challenger, dan Tanker Raina.
Sulitnya pencarian terhadap pesawat AirAsia selain terhambat faktor cuaca buruk juga karena Emergency Locater Transmitter (ELT), alat yang memancarkan atau memantulkan sinyal yang berupa data ke satelit Cosmas Sarsat (satelit untuk emergency) yang terdapat di seluruh pesawat mati. ABK First Rescue Badan SAR Nasional (Basarnas) Jakarta KN 244, Abdul Manan mengatakan, jika ELT di pesawat AirAsia QZ 8501 menyala tentu akan memudahkan pencarian.
“ELT itu kan gunanya memantulkan data, yang nanti diterima oleh local user terminal kita. Di mana itu mencatat koordinat, nama pesawatnya dengan jarak tiga nm. Namun, sekarang tidak ada tanda-tanda itu,” ujar Abdul di atas kapal KN 244.
Jika ELT mati, kata Abdul, ada kemungkinan tidak terdeteksi lantaran baterainya habis atau memang sudah di dalam air. “Saya tidak mau berspekulasi, bisa saja juga memang tidak dihidupkan,” jelasnya.
Senada dengan Basarnas, Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi belum bisa menyimpulkan mengapa sinyal darurat dari pesawat itu tidak terpancar. Tatang menjelaskan, ada dua pemancar sinyal yang dimiliki pesawat terbang sipil yakni ELT dan Underwater Locator Beacon (ULB).
ELT diperuntukkan memberikan sinyal saat pesawat jatuh di darat, sedangkan ULB untuk sinyal darurat saat pesawat jatuh di laut. “Namun, kedua sinyal itu tak ditangkap Basarnas hingga kini,” kata Tatang dalam jumpa pers Senin kemarin.
Tatang menyebutkan ada beberapa penyebab sinyal darurat dari kedua alat itu tak menyala. “Secara teknis, di dalam locator transmitter ada antena yang pancarkan sinyal. Kalau antena putus, maka itu tidak bisa,” kata Tatang.
Hal lainnya yang membuat sinyal tak terdeteksi adalah apabila pesawat jatuh di balik gunung. Keberadaan pesawat, kata Tatang, hanya bisa dipantau melalui satelit. “Bisa juga ELT yang rusak. Kalau di penerbangan bisa bawa 1-2 ELT untuk cadangan. Sama juga dengan ULB,” ucapnya.
Hilangnya pesawat AirAsia juga memantik empati negara tetangga. Sejumlah negara turut berpartisipasi memberikan bantuan dalam pencarian pesawat AirAsia. Tiga negara asing, terdiri dari Australia, Singapura, dan Malaysia membantu mencari pesawat AirAsia jenis Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC yang dinyatakan hilang kontak setelah lepas landas dari Surabaya menuju Singapura.
Kapal-kapal, dan pesawat asing itu, selama proses pencarian berada di bawah komando Basarnas, dan TNI AL. Hal ini ditegaskan Komandan Guskamlabar Laksamana Pertama TNI Rasyid.  “Beberapa negara tetangga juga mengirimkan bantuan untuk mencari pesawar AirAsia. Seperti dari Singapura, Malaysia, dan Autralia. Kapal mereka langsung kami arahkan ke sasaran, dan juga kami fasilitasi,” katanya.
Ditambahkan dia, tidak hanya mengirimkan kapal, para negara tetangga juga mengirimkan bantuan pesawat guna mencari pesawat AirAsia yang hilang kontak sejak Minggu 28 Desember 2014 pagi.  “Australia mengirim P3C orion, Singapura C 130 dan CN Korea lewat udara,” ucap Rasyid.
Panglima Koops Satu Halim Perdanakusumah A Dwi Putranto mengatakan pesawat orion dari Australia memberikan informasi terkait penemuan di sekitar perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.  Meskipun begitu, ia belum dapat memberikan penjelasan terkait penemuan ini. “Tadi dari pesawat orion memberikan informasi ada sesuatu tapi belum bisa diyakini,” katanya di Bandara Halim Perdanakusuma.
Saat ditanya terkait bentuk penemuan tersebut, ia pun mengatakan hingga saat ini tim operasi masih mencari tahu. “Belum tahu, sekarang sedang diyakinkan,” tambahnya.
Pemerintah China juga menawarkan jasa kepada Pemerintah Indonesia untuk mencari pesawat AirAsia QZ 8501 yang hilang kontak. “Pemerintah kami telah berkomunikasi dengan Indonesia. Kami siap untuk mengirimkan kapal laut dan pesawat untuk membantu pencarian pesawat yang hilang,”ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying seperti dilansir Channel News Asia kemarin.
Garuda Juga Melintas
Sementara itu Direktur Utama Air Navigation (Airnav) Bambang Cahyono, mengungkapkan sebelum hilang kontak dengan pesawat AirAsia QZ 8501 terdapat enam pesawat yang melintas secara bersamaan yaitu Garuda Indonesia, Uni Emirates, Lion Air, dan sejumlah pesawat lainnya. “Di waktu yang sama, ada enam pesawat di sekitar AirAsia,” ujar Bambang Senin kemarin.
Kata dia, sebelumnya pilot AirAsia meminta untuk menambahkan ketinggian yang semula 34 ribu kaki menjadi 38 ribu kaki. “Di ketinggian 38 ribu kaki ternyata ada pesawat Garuda Indonesia, hingga AirAsia belok ke kiri dan hilang kontak. Jadi, AirAsia tidak bisa menambah ketinggian sesuai permintaan,” ujarnya.
Direktur Safety dan Standard Airnav Indonesia Wisnu Darjono  juga mengungkapkan, saat meminta izin untuk menaikan level ketinggian, pesawat Air Asia QZ 8501 tidak mengatakan jika hendak menghindari cuaca buruk. Namun, itu merupakan permintaan standar yang biasa diminta para pilot. “Pesawat tidak pernah menyatakan meminta naik karena cuaca, hanya request high level ke 38 ribu kaki ke ATC. Sebenarnya Itu juga permintaan yang normal dan standar,” katanya.
Namun, ATC meminta AirAsia menunggu karena melihat air lalu lintas pesawat yang ada di sekitarnya. Lima menit setelah meminta izin tersebut, AirAsia langsung hilang kontak dengan ATC.  “Lost contact pada pukul 06.17,” kata Wisnu.
Menurutnya, cuaca buruk hanya bisa dilihat oleh pilot melalui radar cuaca di dalam kokpit pesawat. Dengan radar tersebut, kondisi cuaca bisa dilihat dalam radius 100 mil.  Sementara ATC tidak bisa melihat karena dapat menganggu pandangan lalu lintas udara. “Dengan demikian, seharusnya pilot punya cukup waktu bisa untuk menghindari cuaca,” jelasnya.
Wisnu juga tidak menampik jika awan cumolonimbus yang ada saat pesawat AirAsia sedang melintas bisa menyebabkan hilang kontak. Karena awan tersebut merupakan tipikal cuaca yang harus dihindari pesawat.
Kementerian Perhubungan mengakui adanya cuaca buruk saat AirAsia QZ 8501 melakukan rute perjalanan Surabaya-Singapura. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) turut membenarkan bahwa saat kejadian terdapat awan tebal pada jalur lintasan pesawat tersebut. Bahkan Kepala BMKG Andi Eka Satya menyatakan bahwa awan tebal tersebut merupakan awan comulonimbus. Awan jenis ini selalu dihindari pesawat saat melakukan penerbangan. Mengingat awan ini termasuk awan yang berbahaya karena tebal dan di dalamnya terdapat petir juga angin, tidak heran jika pilot AirAsia Irianto melewati batas lintasan untuk menghindar dari awan. [geh, bed, ach, ira]

Keterangan Foto : Kepala-Dinas-Penerangan-TNI-AL-Laksamana-Pertama-TNI-Manahan-Sumorangkir-menunjukan-lokasi-dan-perkembangan-pencarian-Pesawat.

Tags: