Tunggu Kinerja PSSI (Baru)

Karikatur PSSIPSII sudah memiliki pengurus baru, hasil KLB (Kongres Luar Biasa). Panglima Kostrad, Letjen (TNI) Edy Rahmayadi, terpilih dengan suara mayoritas untuk memimpin PSSI. Banyak even internasional yang akan diikuti oleh PSSI untuk meningkatkan peringkat. Terutama sebagai tuan rumah Asian Games XVIII. (2018). Juga SEA Games tahun 2017. Diperlukan pembinaan lebih sistemik, kejujuran, dan disiplin, untuk menghasilkan tim nasional sepakbola.
Sudah lama skuad yang dibawahkan oleh PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) tidak berprestasi pada ajang internasional. Padahal, tiga tahun lalu, timnas U-19, berhasil menjadi juara piala AFF. Setidaknya, hal itu membuktikan, bahwa sepakbola Indonesia memiliki harapan menjadi yang terbaik di Asia. Remaja berbakat p-sepakbola, Evan dimas, Ilham udin Armayn, dan Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, kini telah memasuki usia senior.
Pada tataran senior, kini ketiganya juga masih eksis sebagai pencetak pada masing-masing klub. Boleh jadi, ketiganya bisa dikumpulkan kembali untuk mengenang sukses tiga tahun lalu. Kenangan manis itu, terjadi di stadion Delta, Sidoarjo (Jawa Timur), Ahad, 22 September. Ketika itu pelatih Indra Sjafire, berhasil membawa anak asuhnya, timnas Indonesia U-19, meraih tropi juara AFF.
Laga final AFF U-19, menjadi even yang mendebarkan, berakhir 7-6 untuk tim merah-putih. Kemana anak-anak (berbakat) itu sekarang? tidak bisakah dikumpulkan lagi, dibentuk lagi menjadi tim yang solid, untuk membawa piala AFF senior? Inilah kejuaraan terdekat yang akan dihadapi PSSI, mulai akhir pekan ini. Indonesia berada di grup “berat” melawan Thailand, Singapura, dan tuan rumah Filipina.
Saat ini, Indonesia pada peringkat ke-8 (diantara 9 negara) di kawasan ASEAN. Di Asia, Indonesia berada pada tangga ke-37. Sedangkan FIFA (dunia) menempatkan Indonesia pada posisi ke-191, atau jauh dibawah peringkat Laos! Peringkat ini menunjukkan, bahwa pola pembinaan sepakbola di Indonesia sangat “porak-poranda.” Sebab, banyak negeri kecil, penduduknya sedikit (miskin pula) tetapi memiliki peringkat lebih baik.
Konon, buruknya peringkat (dan prestasi) sepakbola Indonesia, disebabkan buruknya pengurus per-sepakbola-an. Moralitas klub, perserikatan dan PSSI di seluruh tingkatan telah jeblok. Pemilihan manajer tim, tidak fair, bukan diserahkan pada ahlinya. Begitu pula banyak pertandingan dilaksanakan tidak fair, wasit yang mudah disuap. Sampai mengatur skor pertandingan. Dan yang paling pelik, mengatur suporter pun tidak becus. Masih sering terjadi korban jiwa suporter setelah pertandingan.
Mengurus PSSI, bagai menyulam benang kusut. Beberapa kali PSSI bermasalah dengan keuangan negara yang telah digelontorkan. Sudah banyak pengurus PSSI, tingkat pusat, propinsi serta kabupaten dan kota, masuk penjara. Masih banyak pula yang antre menjadi “klien” Kejaksaan Hubungan dengan pemerintah juga bermasalah, sampai dibekukan.
Diberlukan “tangan dingin” yang kuat untuk membangun PSSI, mulai tangga terbawah. Itu alasan sosok Panglima Kostrad, dipilih menjadi “panglima” PSSI. Boleh jadi, disiplin militer akan menjadi obat manjur memperbaiki sistem pembinaan sepakbola Indonesia. Bila perlu, dibentuk tim satgas khusus pengawasan, seperti inspektorat. Bisa melibatkan penyidik dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) atau oditur militer.
Sebenarnya tidak sulit benar memajukan per-sepakbola-an Indonesia. Dengan jumlah suporter sekitar 100 juta orang lebih, dapat dijadikan aset besar. Misalnya, dengan mencetak kartu berlangganan seharga Rp 100 ribu per-bulan, untuk seluruh pertandingan (di seluruh Indonesia). Andai hanya 1% jumlah suporter yang berlangganan, telah diperoleh dana segar Rp 100 milyar per-bulan.
Penghasilan PSSI masih bisa ditambah dengan perolehan hak siar dan sponsorship. Masih banyak jalan memajukan sepakbola nasional. Asal dipimpin oleh “panglima yang “becus” dan jujur.

                                                                                                     ——— 000 ———

Rate this article!
Tags: