Turunkan Harga Avtur

Foto Ilustrasi

Presiden menginstruksikan Pertamina mencermati harga avtur yang mahal, tidak kompetitif. Menyebabkan harga tiket pesawat domestik terasa mahal tak terjangkau. Efek lain, akomodasi (perhotelan, dan restoran) sepi, karena kunjungan ke-wisata-an menyurut. Padahal sektor pariwisata bisa diandalkan sebagai penggerak ekonomi, melalui kunjungan domestik maupun mancanegara.Dampak penurunan harga avtur, tidak sepele. Bahkan bisa meningkatkan cadangan devisa.
Perekonomian daerah, dan nasional akan tumbuh melalui ke-wisata-an.Sudah terbukti, daerah-daerah “kaya”di Indonesia, disebabkan sektor pariwisata yang dikelola secara baik. Contohnya, propinsi Bali, dan NTB (Nusa Tenggara Barat). Begitu pula pada tingkat kabupaten dan kota. Misalnya, Kota Batu, dan Banyuwangi (di Jawa Timur). Di Jawa Barat terdapat kabupaten Bandung Barat, dan Pangandaran. Serta di Jawa Tengah terdapat Solo.
Kawasan tujuan pariwisata, bukan sekadar tempat rekreasi, dan pelancongan. Melainkan juga sebagai sarana akomodasi untuk pertemuan, rapat, pameran dan konvensi. Terdapat 10 kawasan wisata prioritas yang dikembangkan. Yakni, danau Toba (di Sumatera Utara), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), candi Borobudur(Jawa Tengah), dan kawasan Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur). Di timur terdapat Mandalika (di NTB, Nusa Tenggara Barat), dan Labuhan Bajo di NTT.
Beberapa kawasan menjadi ikon pariwisata domestik maupun internasional. Tetapi belum tergolong tujuan utama wisata dunia. Karena harga tiket pesawat mahal. Disebabkan harga avtur di bandara Indonesia sangat mahal. Di bandara Juanda, harga avtur menjadi US$ 2,32 per-galon. Serta di Ngurah Rai seharga US$ 2,37 per-galon, dan di bandara Kualanamu (Medan) seharga US$ 2,41 pe-galon. Harga belum termasuk pajak.
Sedangkan di bandara Soetta (Tangerang), pada Januari 2019, dijual seharga US$ 2,14. Bandingkan dengan harga bahan bakar pesawat (jet-fuel) di bandara Changi Airport, Singapura dijual US$ 2,02 per-galon (setara 3,785 liter). Di Kuala Lumpur Airport seharga US$ 2,07, dan di bandara Suvarnabhumi International Airport Bangkok seharga US$ 2,10. Selisih US$ 0,07 (Rp 987,-) per-galon, atau berselisih lebih dari Rp 260,- per-liter.
Maskapai asing memilih transit di Kuala Lumpur atau Singapura untuk isi BBM Jet A-1. Maka multy-plier effect penurunan harga avtur, tidak dapat dianggap sepele. Secara langsung mempengaruhi harga tiket pesawat. Karena meliputi hampir 50% biaya operasioanl. Maka sektor pariwisata domestik terdampak langsung. Ironis, harga tiket pesawat mahal, berlaku hampir sepanjang tahun.
Sehingga pick-session wisata nasional rata-rata masih menggunakan bus pariwisata. Rute paling subur, Jakarta ke Yogya, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, ditempuh dengan armada bus. Bahkan sampai ke Bali. Sedangkan per-orangan (dan keluarga) tak jarang, memilih perjalanan dengan keretaapi. Lebih aman, lebih murah, ditambah “sensasi” pemandangan daerah pedesaan yang elok.
Pada periode booming penumpang dimanfaatkan maskapai menaikkan harga tiket. Terutama pada libur mudik lebaran (Idul Fitri), dan libur akhir tahun. Bagai prinsip dagang supply and demand. Karena dibutuhkan menyebabkan harga lebih mahal. Namun pada musim sepi (Januari sampai Maret), harga tiket tetap mahal, menutupi seatkosong.
Banyak negara menggantungkan penghasilan dari sektor pelancongan. Terutama negara-negara di Eropa,. Pada kawasan ASEAN, Thailand masih memimpin devis pariwisata. Juga menumbuhkan berbagai usaha mikro kuliner, dan kerajinan cindera mata. Berimbas pada meningkatnya pajak dan retribusi daerah.Transportasi udara nasional hingga kini masih menjadi sektor investasi menggiurkan.
UU Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, juga memberi berbagai kemudahan pendanaan, dan keringanan pajak. Namun beberapa maskapai tidak mampu bertahan sampai satu dekade.Karena tak mampu bersaing.

——— 000 ———

Rate this article!
Turunkan Harga Avtur,5 / 5 ( 1votes )
Tags: