Turunkan Konsumsi Beras Melalui Diversifikasi Pangan

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Tahun ini, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jatim mengharapkan tingkat konsumsi beras bisa menurun hingga 87,4 kg perkapita pertahun. Penurunan angka konsumsi beras Jatim diantaranya melalui upaya diversifikasi pangan yang dicanangkan bisa berjalan dengan baik.
Kepala BKP Jatim, Tutut Herawati mengatakan, target penurunan merupakan implementasi dari program P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). Untuk mengantisipasi itu, pihaknya telah menyiapkan beberapa alternatif pangan guna mengurangi ketergantungan masyarakat pada konsumsi beras.
Salah satunya yakni berupa beras analog yang terbuat dari tepung mocaf atau produk olahan dari ubi kayu berupa tepung yang diberi nama beras cerdas. Beras cerdas analog tersebut juga sudah dimodif dengan rasa sayur-sayuran guna mentambah gizi balita.
“Beras cerdas analog ini bagus untuk balita dan penderita diabet. Pembuatannya kerjasama dengan kelompok tani di beberapa daerah seperti Blitar, Kediri, Jember, Bondowoso, dan Malang,” katanya, Minggu (25/1).
Kendati belum diproduksi dalam jumlah besar karena masih promosi, namun beras cerdas ini diyakininya sangat membantu program diversifikasi pangan. Beras analog ini merupakan produk olahan yang dibuat dengan bahan dari 70 persen mocaf dan 30 beras.
Untuk bentuknya, campuran bahan tersebut dicetak hingga menyerupai bulir beras, sehingga masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi beras bisa menjadikan beras analog ini menjadi bahan konsumsi pengganti.
Rekayasa pangan alternatif tersebut sebelumnya dikerjasamakan dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Riset pengembangan beras analog telah dilakukan sejak awal 2011 dan hingga kini telah dipamerkan baik skala regional atau nasional saat peringatan Hari Pangan Sedunia.
“Riset telah dilakukan. Yang terpenting adalah beras analog telah memenuhi syarat gizi triguna, yakni mengandung protein sebagai zat pembangun, sayur dan buah-buahan sebagai zat pengatur, dan karbohidrat sebagai sumber energi,” katanya. Beras analog yang masih baru dan belum terlalu dikenal masyarakat, kini juga perlu disosialisasikan. Dengan begitu, maka beras analog bisa lebih dikenal dan dikonsumsi masyarakat agar ketergantungan konsumsi beras dapat terus berkurang.
Seperti ketahui, kalau konsumsi makanan pokok masyarakat Jatim masih banyak yang bergantung pada beras. Namun jumlah konsumsi beras tersebut terus alami penurunan hingga 1,5% tiap tahun.
Hingga 2014, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jatim mencatat tingkat konsumsi beras masyarakat Jatim hanya 88,6 kg perkapita pertahun. Sedangkan sebagai pembanding, pada tahun 2010 tingkat konsumsi beras masyarakat Jatim masih di angka 94,7 kg perkapita pertahun
“Untuk memenuhi karbohidrat, masyarakat Jatim tidak harus mengkonsumsi beras sehingga tiap tahun turun 1,5%. Data terakhir  mencapai 88,6kg perkapita pertahun. Angka ini jauh lebih rendah dari angka nasional yang masih diatas 100kg perkapita pertahun,” katanya. [rac]

Tags: