Turunkan Stunting di Kabupaten Probolinggo Melalui Gerakan 1000 HPK

Sisialisasi stunting gencar dilakukan di kecamatan.

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Program gerakan 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) di Taman Posyandu dilakukan dalam rangka untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), kesehatan ibu hamil dan BADUTA (Bayi Bawah Dua Tahun) serta pemberian ASI Eksklusif. Gerakan 1.000 HPK merupakan salah satu upaya untuk menurunkan stunting.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo dr. Shodiq Tjahjono melalui Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Sutilah ketika memberikan sosialisasi program mendukung gerakan 1.000 HPK di Taman Posyandu, Rabu (5/7).
Kegiatan ini diikuti oleh 56 orang peserta terdiri dari Dinkes, Kepala Puskesmas, Camat, Kepala Desa dan TP PKK Desa, perwakilan petugas gizi dan promkes puskesmas, bidan puskesmas, bidan desa, TP PKK Kecamatan serta petugas penyuluh KB.
Menurut Sutilah, melalui kegiatan ini diharapkan ada dukungan dari Pemerintah Daerah untuk kegiatan GAIN yang bekerja sama dengan para pihak, dukungan program intervensi EMO DEMO di Taman Posyandu oleh para pihak di tingkat kabupaten dan kecamatan.
“Sekaligus, tersampaikannya alur kegiatan EMO DEMO yang dimulai dari TOT, MOT dan pelatihan kepada kader posyandu serta adanya strategi scalling up program di Kabupaten Probolinggo, “katanya.
Memorandum Saling Pengertian (MSP) antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES) dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) tahun 2017-2020 jelas Sutilah telah ditandatangani pada Desember 2017.
“Implementasi GAIN tahun 2017-2020 ini meliputi 7 (tujuh) kecamatan. Meliputi, Krejengan dan Kraksaan, Maron, Tiris, Kraksaan, Pakuniran, Paiton dan Krejengan,” jelasnya.
Sutilah menerangkan, kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit, memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa dan tidak memiliki kemampuan kognitif yang memadai, sehingga tidak saja mengakibatkan kerugian bagi individu tetapi juga kerugian sosial ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
“Fokus utama kerja sama MSP tersebut adalah untuk memperkuat dan melanjutkan dan memperluas cakupan program perbaikan gizi masyarakat di Indonesia, khususnya di wilayah program,” terangnya.
Lebih lanjut Sutilah menambahkan Indonesia merupakan negara terbesar kelima dengan jumlah anak stunting di dunia. Studi Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 mencatat terdapat 28% balita stunting di Indonesia. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama.
“Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Dimana anak secara fisik terlihat lebih pendek daripada anak lain seumurnya,” tambahnya.(Wap)

Tags: