U-19 Akselerasi Ketrampilan

wallpaper-timnas-u19-500x312Skuad sepakbola pengharapan Indonesia, timnas U-19, kini memasuki ujicoba tur Nusantara kedua. Sampai sehari menjelang puasa Ramadhan, akan diselesaikan 30 laga ujicoba. Selanjutnya lepas Idul Fitri timnas U-19 mengikuti ujicoba tur Eropa. Diantaranya mengikuti turnamen L’Alcúdia International Under-20 Football Tournament (COTIF) di Valencia, Spanyol. Usai ujicoba tur Eropa, coach Indra Sjafrie berkesempatan meng-ujicoba simulasi bagai Piala Asia U-19 Myanmar “beneran.”
Pada tur Eropa (turnamen COTIF) Indonesia berada di grup A. Pada grup itu, tergabung pula tim-tim kuat seperti tim junior Barcelona FC, timnas Argentina U-20, timnas Mauritania U-20, dan timnas Arab Saudi U-20. Seluruhnya memiliki peringkat (FIFA) sampai 50 tingkat diatas Indonesia. Bahkan Argentina dan Arab Saudi, hampir langganan mengikuti Piala Dunia. Sedangkan Barcelola FC beberapa kali menjadi juara Champions Eropa. Tapi itu timnas senior, yang berbeda dengan U-20.
Namun apapun hasil ujicoba pada tur Eropa, sangat baik untuk melakukan evaluasi. Lebih lagi timnas U-19 akan berlaga tanpa dukungan publik Indonesia. Selama ini (ujicoba Nusantara pertama dan kedua), timnas U-19 memperoleh support pangalembono, sebagai timnas pengharapan. Pada turnaman COTIF, timnas U-19 harus mengandalkan ketrampilan individu, serta kekuatan fisik.
Masyarakat bola Indonesia telah mengikuti setiap laga ujicoba yang ditayangkan langsung di televisi. Memang terdapat kemajuan pada kemampuan (ketrampilan) individu. Tetapi coach Indra Sjafrie juga mesti mempertimbangkan aspek lain terkait fisik pemain. Misalnya VO maks (volume oksigen) yang mampu dihirup, yang sangat menentukan kebugaran dan kecerdasan pemain. Selain itu juga faktor psikologis, terutama saat menghadapi Jepang dan Korea Selatan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi ke-olahraga-an saat ini menjadi keniscayaan di seluruh dunia. Setiap atlet yang berlaga pada even internasional, bukan hanya diseleksi berdasarkan bakat dan ketrampilan. Melainkan juga direkrut melalui sistem yang mengutamakan catatan kekuatan fisik. Contoh pada even Piala Dunia 2014 di Brasil misalnya, nyata-nyata kekuatan fisik (terutama kecepatan berlari dan tendangan) menjadi faktor penentu.
Pada lima laga tur Nusantara kedua di kawasan Sumatera, timnas U-19 memetik poin sempurna, tak pernah kalah. Terutama ketika menjajal tim Kabupaten Lingga U-21 (di stadion Merdeka, Batam) timnas U-19 unggul dengan skor telak 6-0. Padahal coach Indra Sjafrie lebih banyak memasang pemain lapis kedua. Empat laga sebelumnya, masing-masing melawan Pra-PON Aceh, Semen Padang U-21, tim Pra-PON Riau, serta Sriwijaya FC U-21, seluruhnya diungguli timnas U-19.
Hasil dari lawatan ke Sumatera itu memang cukup meyakinkan. Bahkan pelatih mengapresiasi (dan memberi penilaian baik) khusus kepada Awan Setyo Raharjo dan Paulo Oktavianus Sitanggang. Awan, merupakan penjaga gawang lapis kedua, pengganti Ravi Murdianto (kiper utama). Kini Awan Setyo, dinilai telah benar-benar sekelas dengan Ravi. Sehingga coach Indra Sjafrie tidak kebat-kebit lagi manakala Ravi cidera.
Kemajuan berarti juga dialami oleh Paulo Sitanggang, tendangannya semakin kuat dan terarah ke gawang. Secara team-work, coach juga mesti mengatur emosi dan siasat. Misalnya, ketika menghadapi pemain lawan se-tipe Aung Thu (Myanmar). Tragedi bek Hansamu Yama (yang dihukum kartu merah) dan Ryuji Utomo (hands ball), tidak boleh terjadi. Harus dihindari ball-fever, demam bola, yang menyebabkan emosi (detak jantung) tidak stabil.
Tetapi siap atau tidak siap, timnas U-19 sudah terlanjur menjadi pengharapan terakhir publik bola Indonesia. Setidaknya pada Piala Asia di Myanmar, timnas Indonesia harus berada pada peringkat ke-4, agar bisa berlaga pada Piala Dunia U-20, setahun berikutnya. Kekalahan terakhir (dengan skor 1-2) oleh timnas negeri tetangga dekat, Myanmar, harus menjadi pelajaran berharga. Padahal Myanmar belum berprestasi benar.

———   000   ———

Rate this article!
Tags: