Ubah Asap Cair Batok Kelapa Jadi Obat Covid-19

Irsan Surya Imana saat memproses penyulingan asap cair batok kelapa di Desa Paowan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo sebagai obat Covid 19. [sawawi]

Kesulitan Beli Instalasi, Mengadu Kepada Menteri Koperasi dan UKM
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Ditengah pandemi virus korona atau Covid-19 di Kota Santri Situbondo, ada secercah harapan penemuan obat untuk menyembuhkan penyakit mematikan tersebut. Meski belum ada hasil dari uji laboratorium serta belum mengantongi hak paten, temuan Irsan Surya Imana menumbuhkan optimisme tersendiri dari warga Situbondo. Pun demikian, temuan asap cair batok kelapa hasil temuan Irsan Surya Imana itu sampai saat ini masih belum mengantongi ijin dari Badan Pengawasan Obat dan Makan (BPOM) RI. Tetapi dari hasil uji coba selama ini, setidaknya menjadi bukti asap cair batok kelapa itu bisa menyembuhkan Covid-19. Bukti lainnya sedikitnya ada belasan pasien positif sembuh berkat menggunakan asap cair batok kelapa.
Pagi itu ada sebuah rumah yang jauh dari kesan mewah. Meski berupa seperti sebuah bangunan, tetapi sangat jauh dari kata layak untuk bisa disebut sebagai tempat produksi obat-obatan. Selain ruangannya yang sempit karena hanya memiliki lebar sekitar dua meter dan panjang enam meter.
Kondisinya kurang bersih karena banyak ditempati bahan asap cair batok kelapa. Bahkan saat berkunjung, alas kaki tamu tidak perlu dilepas jika hendak masuk ke dalam ruangan tersebut. “Masuk pakai saja sepatunya, mas,” pinta Irsan Surya Imana.
Disana oleh Irsan sejumlah ruangan dijadikan sebagai tempat produksi obat Covid-19. Lokasi persis berada di Desa Paowan, Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Disana juga Irsan membuat obat dari batok atau tempurung kelapa. Irsan Surya Imana mengaku mengawali produksi obat itu setelah banyak warga Situbondo terkena positif virus korona yang tidak kunjung sembuh. “Ya ada belasan kasus positif sudah mencoba hasil karya saya. Hasilnya setelah mereka menjalani swab dinyatakan negatif,” ucap Irsan.
Ia mengatakan, obat tersebut dibuat dari bahan baku batok kelapa. Batok-batok kelapa itu lebih dahulu sudah dikeringkan dan dibakar di instalasi yang sudah dipersiapkan. Selanjutnya keluar asap dari pipa usai dilakukan proses pendinginan. “Setelah asapnya masuk ke spiral, akhirnya terjadi proses kondensasi,” terang Irsan.
Dari proses kondensasi itu, lanjut Irsan, lalu membentuk asap cair dan selanjutnya dilakukan penyulingan. Irsan menegaskan, penyulingan pertama menghasilkan asap cair great 3. Nah, akunya, dari tetesan asap yang masih great 3 itu alu diperuntukkan bagi tanaman biar sehat. “Nyatanya tanaman-tanaman itu tidak mudah diserang virus, jamur dan bahkan tidak muncul bakteri,” jelasnya.
Selanjutnya, Irsan melakukan penyulingan kedua dengan menghasilkan asap cair great 1 yang bisa digunakan oleh hewan untuk menjaga imunnya. Dari asap cair great 1 itulah, kupas Irsan, yang sebelumnya dari penyulingan great ketiga bisa dijadikan obat Covid-19. “Itu merupakan satu kesatuan alat suling untuk mengasilkan graet 3, 2 dan great 1. Namanya instalasi,” kata Irsan.
Pria asli asal Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji itu menyadari, hasil penyulingan asap cair batok kelapa buatannya masih belum sempurna. Sebab, belum ada uji laboratorium, BPOM dan tidak memiliki hak paten. Hal itu, tuturnya, yang pernah ditanyakan oleh Teten Masduki Menteri Koperasi dan UKM RI, saat Irsan menyampaikan hasil temuannya belum lama ini. “Ya pak Menteri juga sempat menanyakan hal itu,” terang Irsan.
Jauh sebelumnya, Irsan mengaku pernah menyodorkan produksi hasil penyulingan batok kelapa itu kepada Teten Masduki. Mendapatkan pertanyaan dari sang Menteri, Irsan hanya menjawab singkat. Irsan menyampaikan dengan polos, kendala tidak memiliki tiga persyaratan tersebut karena belum memiliki uang. “Kami mengumpulkan petani dan masyarakat biasa. Bukan tidak mau dilegalitas, tetapi kami dihadapkan kepada kendala dana (uang),” kata Irsan.
Masih kata Irsan, untuk uji lab dan hak paten, sudah difasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM. Mendapat jaminan itu, Irsan mengaku bersyukur karena ada perhatian fasilitas dari pemerintah. Irsan menegaskan, jaminan itu merupakan solusi karena buah dari gagasan itu pada saatnya akan dijadikan untuk kepentingan masyarakat dan negara.
“Saya butuh uang sekitar Rp 30 juta. Saya mencoba mengajukan ke DTPHP (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultutra dan Perkebunan) Kabupaten Situbondo sesuai dengan saran Wakil Bupati. Tetapi nyatanya administrasinya yang cukup ribet,” aku Irsan.
Nah karena kesulitan mendapatkan uang, Irsan mencoba melakukan penggalangan dana dengan membuat pengumuman lewat media sosial (medsos). Disana irsan mengumumkan butuh iuran Rp 10 ribu kepada 3.000 ribu warga Situbondo. Dari situlah, katanya, bisa terkumpul biaya Rp 2,3 juta. Oleh Irsan, uang sebesar itu lalu dijadikan sebagai tambahan membeli instalasi.
Sedangkan sumber keuangan terbesar, paparnya, didapatkan dari salah satu desa di Cirebon Jawa Barat. “Ternyata ada kepedulian dari kepala desa di Cirebon. Setelah sebagian instalasi bisa kami beli, alat-alat itu saya boyong ke Situbondo,” urai Irsan.
Sementara itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Situbondo, GM Candrawati membenarkan dirinya mendengar ada warga Situbondo yang mengklaim bisa menyembuhkan pasien Covid-19 dengan pengobatan asap cair batok kelapa. Kata dokter Candra, selama belum jelas ada penelitian secara medis dan klinis, para dokter belum bisa mempercayai temuan tersebut.
“Ya kalau belum ada penelitian kami menilai temuan itu hanya sebuah suplemen saja. Ditengah pandemi korona ini, keberadaan suplemen boleh dikonsumsi agar bisa sehat,” ujar dokter Candra. [sawawi]

Tags: